Bab 21. Setidaknya Beri Satu AlasanPukul sepuluh pagi, aku langsung berkunjung ke rumah Ainun. Sebenarnya semalam sudah menolak dengan beberapa alasan karena masih belum sanggup menemuinya, tetapi Ainun selalu mendesak.Menghela napas panjang, aku mengetuk pintu yang setengah terbuka. Setelahnya, Ainun datang, meminta aku masuk dan duduk di kursi. Bu Madinah membuka tirai agar kami masih dalam pantauannya."Kumohon, jangan menangis, Ai!" pintaku memelankan suara begitu melihat matanya berkaca-kaca.Mata indah itu, basah oleh air mata. Aku tidak sanggup untuk melihatnya. Perlahan, tangan kananku merogoh kantong mengambil Fresh Care, lalu mengoles hidung dan pelipis demi menyembunyikan kesedihan.Aku tidak mau Bu Madinah menaruh curiga dan dicap sebagai lelaki tidak bertanggungjawab. Sejujurnya, aku masih sangat mencintai Ainun dan sulit melupakannya, tetapi ibu ... tidak mungkin aku lebih memilih gadis itu daripada dirinya."Nizar, katakan a
Read more