Share

Bab 24. Air Mata

Author: Bintu Hasan
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bab 24. Air Mata

Aku menepikan motor, tidak lama kemudian Diqi ikut melakukan hal yang sama. Aku memutar bola mata malas tidak menduga kalau dia lah yang memanggilku tadi karena suaranya samar terbawa angin.

Membasahi bibir dengan lidah, lalu bertanya, "kenapa?"

"Kenapa, kenapa. Jelasin, tadi bahas apa sih sama Ainun dan Nizar? Jangan-jangan kamu udah nyerah, terus maksa Nizar buat balikan lagi sama Ainun?" tebaknya membuatku semakin malas saja.

"Nggak. Ainun cuma ngejelasin sesuatu biar Nizar nggak salah paham. Lagian kamu kok bisa ada di sini, bukannya sibuk apa kek. Sengaja mantau apa emang kebetulan lewat doang? Ah, masa sih, lewat doang orang kamu tahu kalau tadi aku ketemu Nizar sama Ainun padahal Nizar sendiri sudah pulang lebih dulu menyusul Ainun." Mataku memicing mencari jawaban.

Pasalnya, Diqi itu tipe orang yang selalu mencari tahu apa pun yang membuatnya penasaran dan aku yakin kalau saat ini dia sedang memantau demi sebuah jawaban yan

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Menerima Lamaran Kekasih Sahabatku   Bab 25. Alasan yang Lain

    Bab 25. Alasan yang LainAku memarkir motor di depan rumah Ainun, sengaja menjemputnya karena malu berangkat sendirian. Memang sudah lama ikut pengajian di rumah Ustazah Halimah, tetap saja malu kalau tidak sengaja bertemu santri yang lain. Sementara Ainun, dia orangnya super pede.Kadang-kadang, hehe.Cuaca hari ini cukup terang, mentari menampilkan senyum terindahnya di sisi awan tebal serupa kapas bercahaya. Kurasa, hari ini akan ada kabar baik. Semoga itu nyata."Alia, masuk dulu!" panggil Ainun ramah.Kaki melangkah panjang melewati pintu rumahnya, duduk di sebuah kursi dengan nyaman. Aku tidak mengerti kenapa perasaan senang itu datang di dalam hati, padahal tidak ada kabar baik pagi ini dari siapa pun.Berselang lima menit, Ainun kembali, memintaku duduk duduk dulu karena dia harus mengantar kue pesanan orang. Sementara itu, umi menyusul, duduk di depanku masih dengan senyum ramah seperti kemarin."Umi sudah dengar cerita dari

  • Menerima Lamaran Kekasih Sahabatku   Bab 26. Undangan Pernikahan

    Bab 26. Undangan PernikahanPoV Author________________Berbicara tentang takdir, aku tidak tahu harus mengatakan apa. Aku hanya percaya skenario terindah dari Tuhan.Cinta?Aku juga tidak tahu bagaimana menjabarkannya. Makna cinta itu luas, termasuk cinta kepada makhluk-Nya. Itu sesuatu yang wajar. Kita bahkan tidak bisa mengatur hati harus berlabuh kepada siapa karena cinta datang tanpa kita duga.Terkadang pada pandangan pertama atau bisa juga pada pendengaran pertama, yakni jatuh cinta setelah mendengar tentangnya dari banyak orang padahal belum pernah bertemu dengannya.“Jantungku di sini, setiap detaknya di sana. Hati ini adalah milikku, sedangkan detaknya adalah dirimu.” — Maulana Jalaluddin Rumi.~~~~~Nizar mengembuskan napas kasar ketika selesai membaca surat dari Ainun yang disampaikan oleh Diqi. Lelaki berkulit sawo itu tidak tahu lagi bagaimana cara menyadarkan Ainun tentang takdir ya

  • Menerima Lamaran Kekasih Sahabatku   Bab 27. Permohonan

    Bab 27. Permohonan"Tolong aku, Alia. Aku sudah berusaha kuat menerima semua takdir, tetapi ternyata sulit. Aku meminta umi agar kami pindah ke luar kota, sayang sekali karena terkendala biaya. Aku tidak tahu bagaimana cara melupakan Nizar karena dia sudah meraja dalam hati, mengalir di setiap aliran darahku. Melepaskan Nizar sama saja membunuhku secara perlahan, Alia. Tolong, aku tidak bisa berbuat banyak meskipun nanti menemukan pengganti!" jerit Ainun bersujud di bawah kaki Alia.Gadis berjilbab kuning muda itu langsung menunduk, memeluk Ainun untuk menenangkannya. Untung saja di rumah Rania sedang sepi, jadi mudah bagi Ainun untuk meluahkan perasaannya.Sebenarnya tadi Ainun bertamu ke rumah Alia, tetapi takut dengan orang tuanya yang mulai kurang respect pada Ainun. Jadi, dia membawa gadis malang itu ke rumah Rania. Apalagi di rumahnya sedang ramai karena besok adalah hari pernikahan. Waktu bergerak begitu cepat bagi mereka."Ainun, bagaimana aku bis

  • Menerima Lamaran Kekasih Sahabatku   Bab 28. Walimah

    Bab 28. WalimahHari yang dinanti-nanti telah tiba. Aku menghela napas panjang begitu MUA meninggalkan aku sendirian dalam kamar setelah melakukan sentuhan akhir.Rasanya mata ini terlalu lelah setelah begadang sepanjang malam. Bukan tanpa tujuan, aku menghabiskan sebagian waktu untuk curhat pada Rania, lalu beralih sujud di sepertiga malam.Air mata terus merembes ketika menceritakan semua masalah kepada Tuhan meskipun sebenarnya Dia sudah tahu."Alia ...."Alia yang sedang merenung, tersentak mendengar suara Rania. Saat menoleh, ternyata gadis itu datang bersama Ainun yang langsung melempar senyum."Alhamdulillah, akhirnya sahabatku bakal jadi istri orang!" seru Ainun lantas memeluk Alia begitu lama karena menyempatkan diri untuk menyeka air mata.Dia sudah berjanji pada diri sendiri untuk tidak merusak hari bahagia Alia. Ainun sadar, bahwa berbuat kericuhan di rumah Alia sama saja sengaja menjatuhkan harga dirinya."Insya Al

  • Menerima Lamaran Kekasih Sahabatku   Bab 29. Masalah Baru

    Bab 29. Masalah Baru"Pelankan suaramu. Menyakiti apa?"Novita tersenyum sinis, kemudian menatap Nizar dengan tatapan merendahkan. Dia mewarisi sifat angkuh yang dimiliki oleh Darsono."Sudahlah, hampir semua orang di sini juga tahu apalagi tadi Ayu mengumumkan di depan kalau Ainun pernah dekat dengan Nizar. Gadis itu malu sampai kabur gitu aja."Mendengar itu, Alia mengepalkan kedua tangannya yang dia sembunyikan di belakang. Alia tidak bisa berbuat banyak mengingat dirinya akan dianggap salah dalam keadaan apa pun.Semua bisa saja terjadi karena bagi mereka, jika memakai jilbab itu, maka haram untuk mengomel padahal bisa saja terjadi jika membela kehormatan. Terutama jilbab adalah kewajiban meskipun akhlak masih buruk."Nggak usah diladenin, nanti malah makin kacau. Cuek aja seolah nggak kenal sama dia." Nizar berbisik lembut dengan tempo cepat tepat di telinga Alia."Kasian banget, ya, si Ainun. Udahlah kekasihnya direbut sahabat s

  • Menerima Lamaran Kekasih Sahabatku   Bab 30. Dibujuk Rania

    Bab 30. Dibujuk Rania"Ini konsekuensinya karena dia sudah merebut Nizar dari kamu. Ayo, dong, lakukan sesuatu. Masa dia udah bahagia sama Nizar sementara kamu masih nangis di pojokan?" Sudah hampir satu jam Rania terus membujuk gadis bermata indah itu.Namun, Ainun terus menolak. Sekalipun dia sudah dua hari menangis serta mengurung diri dalam kamar, pantang baginya merebut suami orang. Kebahagiaan Alia adalah takdir yang Tuhan berikan dan Ainun tidak mau menentangnya.Apalagi sampai merebut suami sahabat sendiri. Apa tanggapan orang nanti? Mereka akan melupakan fakta bahwa Alia lah yang telah lebih dulu merebut Nizar."Paling tidak, usik kebahagiaannya. Tahu sendiri kan kalau sejak dulu aku kurang suka sama Alia? Abis dia kayak benar sendiri kalau ngomong. Pokoknya aku bakal selalu ada di sampingmu buat melawannya. Minimal lakukan sesuatu untuk mengusiknya.""Aku tidak bisa, Rania.""Hei, kamu itu Gemini yang two faced. Aku yakin kamu pali

  • Menerima Lamaran Kekasih Sahabatku   Bab 31. Alia Orang Ketiga

    Bab 31. Alia Orang KetigaSepulang dari mengaji, Ainun langsung belok ke rumah Rania. Hari ini mereka harus menjalankan satu rencana besar sebagai permulaan konflik untuk sahabat yang dia anggap orang lain sejak kemarin.Namun, Ainun akan pura-pura menganggapnya seperti saudara seperti dulu. Tepatnya bermuka dua dan hal itu memang keahlian Ainun sejak dulu."Jadi, gimana? Tadi di pengajian kamu apa saja yang terjadi? Kamu tetep baik sama Alia, kan?""Tentu saja. Cuman aku jadi kayak nggak tega gitu karena Alia baik banget sama aku selama ini. Apa nanti bakal aman nggak, ya? Jangan sampai ketahuan umi atau Bu Zahra, bisa kena hukuman lagi aku. Paling menakutkan itu kalau ketahuan sama Ustazah Halimah. Tadi aja aku was-was, untung Alia kayak melupakan masalah kemarin.""Nggak bakal ketahuan. Di sini kita bakal bermain, tepatnya mempermainkan pikiran Alia agar terus mengingatmu. Kemarin saja saat mengerjai Nizar pakai nomor baru, dia langsung blokir i

  • Menerima Lamaran Kekasih Sahabatku   Bab 32. Beradu Mulut

    Bab 32. Beradu Mulut"Siapa yang berani meledek anak saya, hah?!" teriak Bu Zahra lagi di sepanjang jalan diikuti oleh Alia di belakangnya.Melihat Pak Darsono, Gendis dan juga Novita sedang nongkrong di warung tadi sambil menikmati kopi hitam plus pisang goreng, Bu Zahra langsung mampir memberi tatapan tajam serupa elang yang siap menerkam mangsanya.Napasnya memburu, Bu Zahra menatap dongkol pada mereka begitu Novita dan Gendis tersenyum mengejek, paham tujuan Bu Zahra ke sana."Mau klarifikasi kalau Alia itu nggak merebut kekasih Ainun, iya?" celetuk Novita semakin berani.Bu Zahra pun menunjuk wajahnya dengan spatula. "Heh, Centong Nasi. Siapa yang katamu merebut kekasih Ainun? Lia? Emang pacaran itu diperbolehkan dalam Islam? Kagak, kan? Jadi Nizar itu bukan pacarnya Ainun. Mereka cuma pernah dekat!""Enak aja anak gue dikatain centong nasi. Anak lu kali yang mirip ampas onggok!" timpal Pak Darsono menunjuk wajah Lia.Suasana sem

Latest chapter

  • Menerima Lamaran Kekasih Sahabatku   Bab 88. Takdir Itu Selalu Indah

    Bab 88. Takdir Itu Selalu Indah.Setiap hari selalu sama, diisi dengan warna kehidupan yang indah. Seperti dulu, seolah tidak ada kisah kelam di masa lalu yang menyebabkan hati hancur tanpa kepingan lagi.Ainun bahagia berada di dekat teman-temannya, tetapi tentu saja ada masa dia menangis dalam kesendirian mengingat orang yang telah mendahului.Semua orang bahagia meski tidak ada kabar dari Rania. Semenjak pindah ke Manado, dia menghilang bagai ditelan bumi. Namun, mereka semua berusaha untuk terlihat santai walau khawatir pindah agama.Tak terasa sudah dua tiga berlalu. Usaha bakso meriang pun tidak lagi berada di depan rumah Bu Zahra melainkan di sampingnya. Jadi tetangga sebelah rumah Alia pindah ke luar kota, jadi mereka membeli lokasi itu karena lumayan luas.Rumah diratakan, lalu membangun warung makan yang lebih terkesan mewah dan bersih. Sementara pada tingkat dua adalah rumah Nizar dan Alia."Cie yang mau nikah. Jadinya sama

  • Menerima Lamaran Kekasih Sahabatku   Bab 87. Pengaruh Ngidam

    Bab 87. Pengaruh NgidamAlia pulang ke rumahnya setelah siang karena Nizar yang meminta. Sementara Ainun berkumpul dengan keluarga Diqi, mereka begitu baik karena mau membantu Ainun.Sebenarnya perempuan itu merasa sedih, seolah dilupakan oleh Rania. Dia hanya menanggapi status Face-book tentang kematian sang umi dengan emotikon sedih, tanpa mengirim pesan apalagi memunculkan batang hidungnya.Dia terbuai oleh godaan Cris. Mereka terlalu bucin sampai lupa pada teman dan yang lainnya. Mereka seperti perangko, menempel siang dan malam. Rania melangkah semakin jauh dari Tuhannya."Kamu pake parfum kopi ya?"Sebelah alis Nizar terangkat tipis. "Iya, emang selalu pake, kan?"Alia mengulum senyum, kemudian memeluk erat Nizar padahal posisinya sedang berada di depan rumah. Untung saja lagi sepi pelanggan siang itu karena cuaca benar-benar panas.Menghirup lekat-lekat aroma parfum Nizar, membuatnya mengulum senyum. "Suka banget!""Lepa

  • Menerima Lamaran Kekasih Sahabatku   Bab 86. Aroma Menyengat

    Bab 86. Aroma MenyengatPukul delapan pagi, Ainun baru saja keluar dari kamar mandi tepat setelah Nawaf dan Nizar pulang karena harus bekerja, begitu pula dengan kedua mertuanya.Saat tiba di dalam kamar, aroma sabun lemon menguar begitu saja sampai menusuk indra penciuman Alia yang sedang sibuk berkirim pesan dengan suaminya."Ainun!" pekik Alia merasa mual. Dia berlari keluar dari kamar sambil menutup hidung rapat. Kepalanya mendadak pusing, keringat membasahi pelipis.Perempuan yang baru saja ingin mengambil daster panjang dalam lemari pakaian itu mengerutkan kening, bingung. Kenapa Alia menutup hidung seakan mencium bau busuk atau menyengat?Padahal selama ini selera sabun mereka sama. Lantas, kenapa? batin Ainun penasaran.Sementara dalam kamar mandi, Alia muntah sedikit. Setelah itu mengambil minum dan langsung meneguknya setengah gelas. Dia terduduk lesu di meja makan sambil sesekali menghela napas panjang."Kamu kenapa, sih?"

  • Menerima Lamaran Kekasih Sahabatku   Bab 85. Jangan Tinggalkan Aku

    Bab 85. Jangan Tinggalkan Aku"Jangan larut dalam kesedihan, Ainun. Perbanyak doa untuk umi, semoga Allah menerima semua amal kebaikannya," kata Ustazah Halimah begitu melihat perempuan itu duduk di dalam kamarnya, menatap kosong dalam pelukan Alia."Umi sudah nggak ada. Sekarang aku yatim piatu, Ustazah," balas Ainun lirih. Tidak ada lagi air mata yang mengalir di sepanjang pipinya.Puncak dari segala kesedihan adalah ketika mata tak lagi mampu menangis. Kehilangan kedua orang tua sangat menyakitkan, membuat Ainun merasa sendiri di dunia.Sakit yang disebabkan kehilangan itu tidak memiliki obat. Mereka bilang, hati akan pulih seiring berjalannya waktu. Akan tetapi, menurut Ainun berbeda. Sampai kapan pun, rasa sakit itu akan selalu ada.Apalagi karena kehilangan orang tua, di mana setiap insan tidak bisa terlahir kembali. Orang tua adalah sosok yang tidak ada gantinya. Mereka ada dalam hati, di tempat paling istimewa.Perempuan itu menunduk

  • Menerima Lamaran Kekasih Sahabatku   Bab 84. Berujung Air Mata

    Bab 84. Berujung Air MataEmosi Diva meluap sampai ke ubun-ubun. Baru saja si Kemayu itu ingin menyerang Ainun ketika Diqi lantas mendorongnya.Diqi sudah berjanji akan melindungi Ainun dalam keadaan apa pun bahkan jika harus kehilangan nyawa sendiri. Dia memberi tatapan tajam, dingin tak tersentuh pada Diva. "Jangan berani menyentuh istriku atau kamu harus berakhir di rumah sakit!" ancamnya serius."Serius amat, Yang? Padahal kalau kamu bagi nomer Whats-App, kan, gak bakal seribet ini. Ayolah!" Diva mengedipkan sebelah mata, sengaja ingin menggoda Diqi.Namun, siapa yang akan tergoda padanya? Setiap lelaki normal itu mencintai wanita dan bukan waria. Diqi sangat tahu bagaimana Islam melarang perbuatan yang meniru umat terdahulu, sebut saja Kaum Sodom."Minggir!" Ainun dengan penuh keberanian mendorong bahu lelaki kemayu itu sampai harus tersungkur ke belakang. Beberapa pasang memperhatikan mereka. Ada yang merasa kasihan ada pula yang menganggap m

  • Menerima Lamaran Kekasih Sahabatku   Bab 83. Senyum Tanpa Makna

    Bab 83. Senyum tanpa Makna"Kamu beneran hamil, Sayang?" tanya Nizar sangat antusias. Kedua matanya berbinar, lalu bulir bening menggenang di sana."Iya, alhamdulillah. Sebentar lagi kamu akan jadi seorang ayah." Alia mengulum senyum, tidak lama setelah itu Nizar langsung menariknya masuk kamar agar bisa leluasa memeluk sang istri.Sebenarnya bisa saja melakukan itu di luar, tetapi khawatir tertangkap basah sama Bu Aminah dan Pak Abdullah, mereka bisa malu. Di dalam kamar, Nizar memeluk erat istrinya sambil menghujaninya dengan kecupan lembut di seluruh wajah."Makanya tadi aku suruh mandi dulu sebelum ngasih tahu, takut bau jigong!" kata Alia setelah Nizar melonggarkan pelukannya.Namun, lelaki itu tidak menanggapi. Dia menuntun Alia untuk duduk di tepi ranjang, setelah itu dia akan mensejajarkan wajahnya dengan perut Alia yang masih sangat rata.Tangan kanannya mengusap perut perempuan itu. "Anak abi. Apa kabar, Sayang? Oh iya, kamu jangan

  • Menerima Lamaran Kekasih Sahabatku   Bab 82. Takdir yang Dirindukan

    Bab 82. Takdir yang DirindukanPukul sebelas malam, kedua mempelai sudah memasuki kamar karena kelelahan karena terus melayani tamu dan memaksakan senyuman. Padahal, Ainun merasa nyeri di bagian perut dan pinggangnya.Saat sedang duduk di depan kaca rias untuk menghapus make up dengan remover, tiba-tiba Diqi berlutut dan memeluknya dari belakang membuat bulu kuduk perempuan itu meremang."Ada apa?" tanya Ainun sedikit gugup. Dia takut melakukan itu. Apalagi sekarang ada di rumah Diqi, mudah bagi lelaki itu untuk memaksanya.Bibirnya yang sedikit gemetar terlihat jelas dari pantulan cermin. Diqi menarik sudut bibir tipis, kemudian berdiri, melangkah menuju lemari pakaian.Setelah kembali, dia meletakkan hadiah dari Alia tadi di meja, tepat depan Ainun. "Buka sekarang!""Nanti saja, Diq–""Eh, bukan Diqi. Habibi, singkatnya 'bi'. Mengerti, Sayangku?"Jauh di lubuk hati, Ainun merasa senang karena melihat binar cinta terpanc

  • Menerima Lamaran Kekasih Sahabatku   Bab 81. Gemuruh dalam Dada

    Bab 81. Gemuruh dalam DadaLepas salat asar, kedua mempelai kembali ke pelaminan. Semua masih saja, tamu undangan silih berganti menyalami mereka. Tentu saja, baik Ainun maupun Nizar hanya mengulurkan tangan kepada mahram saja dan mengatup kedua tangan di depan dada untuk yang lainnya.Rasa lelah duduk seharian hadir memeluk raga mereka. Ainun ingin sekali masuk kamar untuk meregangkan otot walau sebentar. Namun, senyum dari setiap tamu seolah membakar semangatnya lagi dan lagi."Kamu udah buka kado dari Alia?" Kembali Diqi bertanya sesuatu yang tidak ingin Ainun bahas saat ini."Belum. Gak mau buka sekarang, nanti saja.""Kenapa?""Pokoknya nanti saja. Gak usah terlalu penasaran, nanti malah gak sesuai harapan. Alia pasti ngasih jilbab kalau gak gamis.""Menurut aku bukan gamis, melainkan ...." Diqi tersenyum, sengaja menggantung ucapannya lantas mengerling manja pada sang istri.Ainun sendiri menghela napas panjang, lalu memb

  • Menerima Lamaran Kekasih Sahabatku   Bab 80. Qobiltu

    Bab 80. Qobiltu"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur wa radhiitu bihi, wallahu waliyyu taufiq," ucap Diqi begitu lantang melafazkan sighot qabul di depan penghulu dan semua orang.Air mata Ainun kembali menggenang ketika mengingat momen beberapa jam lalu saat dia telah resmi menjadi seorang istri. Seluruh keluarga serta tamu undangan nampak bahagia, Ainun mengulum senyum.Achmad Asshidiqi adalah sosok lelaki yang sudah lama menjadi sahabat gadis bermata indah itu. Mereka sering berbagi pengalaman dan saling melempar pendapat sehingga Diqi tidak menyadari bahwa benih cinta perlahan tumbuh di dalam hatinya.Dia anak bungsu, tetapi hidup mandiri. Tanpa sahabatnya ketahui bahwa sejak sekolah, Diqi memang pernah diajari berbisnis oleh orang tua. Padahal dia terlahir dari keluarga berada.Cinta yang terus tumbuh detik demi detik. Diqi berjanji akan selalu menjaga Ainun, dalam suka duka bahkan di siang dan malamnya."Alhamdulillah, s

DMCA.com Protection Status