Bab 24. Air Mata
Aku menepikan motor, tidak lama kemudian Diqi ikut melakukan hal yang sama. Aku memutar bola mata malas tidak menduga kalau dia lah yang memanggilku tadi karena suaranya samar terbawa angin.
Membasahi bibir dengan lidah, lalu bertanya, "kenapa?"
"Kenapa, kenapa. Jelasin, tadi bahas apa sih sama Ainun dan Nizar? Jangan-jangan kamu udah nyerah, terus maksa Nizar buat balikan lagi sama Ainun?" tebaknya membuatku semakin malas saja.
"Nggak. Ainun cuma ngejelasin sesuatu biar Nizar nggak salah paham. Lagian kamu kok bisa ada di sini, bukannya sibuk apa kek. Sengaja mantau apa emang kebetulan lewat doang? Ah, masa sih, lewat doang orang kamu tahu kalau tadi aku ketemu Nizar sama Ainun padahal Nizar sendiri sudah pulang lebih dulu menyusul Ainun." Mataku memicing mencari jawaban.
Pasalnya, Diqi itu tipe orang yang selalu mencari tahu apa pun yang membuatnya penasaran dan aku yakin kalau saat ini dia sedang memantau demi sebuah jawaban yan
Bab 25. Alasan yang LainAku memarkir motor di depan rumah Ainun, sengaja menjemputnya karena malu berangkat sendirian. Memang sudah lama ikut pengajian di rumah Ustazah Halimah, tetap saja malu kalau tidak sengaja bertemu santri yang lain. Sementara Ainun, dia orangnya super pede.Kadang-kadang, hehe.Cuaca hari ini cukup terang, mentari menampilkan senyum terindahnya di sisi awan tebal serupa kapas bercahaya. Kurasa, hari ini akan ada kabar baik. Semoga itu nyata."Alia, masuk dulu!" panggil Ainun ramah.Kaki melangkah panjang melewati pintu rumahnya, duduk di sebuah kursi dengan nyaman. Aku tidak mengerti kenapa perasaan senang itu datang di dalam hati, padahal tidak ada kabar baik pagi ini dari siapa pun.Berselang lima menit, Ainun kembali, memintaku duduk duduk dulu karena dia harus mengantar kue pesanan orang. Sementara itu, umi menyusul, duduk di depanku masih dengan senyum ramah seperti kemarin."Umi sudah dengar cerita dari
Bab 26. Undangan PernikahanPoV Author________________Berbicara tentang takdir, aku tidak tahu harus mengatakan apa. Aku hanya percaya skenario terindah dari Tuhan.Cinta?Aku juga tidak tahu bagaimana menjabarkannya. Makna cinta itu luas, termasuk cinta kepada makhluk-Nya. Itu sesuatu yang wajar. Kita bahkan tidak bisa mengatur hati harus berlabuh kepada siapa karena cinta datang tanpa kita duga.Terkadang pada pandangan pertama atau bisa juga pada pendengaran pertama, yakni jatuh cinta setelah mendengar tentangnya dari banyak orang padahal belum pernah bertemu dengannya.“Jantungku di sini, setiap detaknya di sana. Hati ini adalah milikku, sedangkan detaknya adalah dirimu.” — Maulana Jalaluddin Rumi.~~~~~Nizar mengembuskan napas kasar ketika selesai membaca surat dari Ainun yang disampaikan oleh Diqi. Lelaki berkulit sawo itu tidak tahu lagi bagaimana cara menyadarkan Ainun tentang takdir ya
Bab 27. Permohonan"Tolong aku, Alia. Aku sudah berusaha kuat menerima semua takdir, tetapi ternyata sulit. Aku meminta umi agar kami pindah ke luar kota, sayang sekali karena terkendala biaya. Aku tidak tahu bagaimana cara melupakan Nizar karena dia sudah meraja dalam hati, mengalir di setiap aliran darahku. Melepaskan Nizar sama saja membunuhku secara perlahan, Alia. Tolong, aku tidak bisa berbuat banyak meskipun nanti menemukan pengganti!" jerit Ainun bersujud di bawah kaki Alia.Gadis berjilbab kuning muda itu langsung menunduk, memeluk Ainun untuk menenangkannya. Untung saja di rumah Rania sedang sepi, jadi mudah bagi Ainun untuk meluahkan perasaannya.Sebenarnya tadi Ainun bertamu ke rumah Alia, tetapi takut dengan orang tuanya yang mulai kurang respect pada Ainun. Jadi, dia membawa gadis malang itu ke rumah Rania. Apalagi di rumahnya sedang ramai karena besok adalah hari pernikahan. Waktu bergerak begitu cepat bagi mereka."Ainun, bagaimana aku bis
Bab 28. WalimahHari yang dinanti-nanti telah tiba. Aku menghela napas panjang begitu MUA meninggalkan aku sendirian dalam kamar setelah melakukan sentuhan akhir.Rasanya mata ini terlalu lelah setelah begadang sepanjang malam. Bukan tanpa tujuan, aku menghabiskan sebagian waktu untuk curhat pada Rania, lalu beralih sujud di sepertiga malam.Air mata terus merembes ketika menceritakan semua masalah kepada Tuhan meskipun sebenarnya Dia sudah tahu."Alia ...."Alia yang sedang merenung, tersentak mendengar suara Rania. Saat menoleh, ternyata gadis itu datang bersama Ainun yang langsung melempar senyum."Alhamdulillah, akhirnya sahabatku bakal jadi istri orang!" seru Ainun lantas memeluk Alia begitu lama karena menyempatkan diri untuk menyeka air mata.Dia sudah berjanji pada diri sendiri untuk tidak merusak hari bahagia Alia. Ainun sadar, bahwa berbuat kericuhan di rumah Alia sama saja sengaja menjatuhkan harga dirinya."Insya Al
Bab 29. Masalah Baru"Pelankan suaramu. Menyakiti apa?"Novita tersenyum sinis, kemudian menatap Nizar dengan tatapan merendahkan. Dia mewarisi sifat angkuh yang dimiliki oleh Darsono."Sudahlah, hampir semua orang di sini juga tahu apalagi tadi Ayu mengumumkan di depan kalau Ainun pernah dekat dengan Nizar. Gadis itu malu sampai kabur gitu aja."Mendengar itu, Alia mengepalkan kedua tangannya yang dia sembunyikan di belakang. Alia tidak bisa berbuat banyak mengingat dirinya akan dianggap salah dalam keadaan apa pun.Semua bisa saja terjadi karena bagi mereka, jika memakai jilbab itu, maka haram untuk mengomel padahal bisa saja terjadi jika membela kehormatan. Terutama jilbab adalah kewajiban meskipun akhlak masih buruk."Nggak usah diladenin, nanti malah makin kacau. Cuek aja seolah nggak kenal sama dia." Nizar berbisik lembut dengan tempo cepat tepat di telinga Alia."Kasian banget, ya, si Ainun. Udahlah kekasihnya direbut sahabat s
Bab 30. Dibujuk Rania"Ini konsekuensinya karena dia sudah merebut Nizar dari kamu. Ayo, dong, lakukan sesuatu. Masa dia udah bahagia sama Nizar sementara kamu masih nangis di pojokan?" Sudah hampir satu jam Rania terus membujuk gadis bermata indah itu.Namun, Ainun terus menolak. Sekalipun dia sudah dua hari menangis serta mengurung diri dalam kamar, pantang baginya merebut suami orang. Kebahagiaan Alia adalah takdir yang Tuhan berikan dan Ainun tidak mau menentangnya.Apalagi sampai merebut suami sahabat sendiri. Apa tanggapan orang nanti? Mereka akan melupakan fakta bahwa Alia lah yang telah lebih dulu merebut Nizar."Paling tidak, usik kebahagiaannya. Tahu sendiri kan kalau sejak dulu aku kurang suka sama Alia? Abis dia kayak benar sendiri kalau ngomong. Pokoknya aku bakal selalu ada di sampingmu buat melawannya. Minimal lakukan sesuatu untuk mengusiknya.""Aku tidak bisa, Rania.""Hei, kamu itu Gemini yang two faced. Aku yakin kamu pali
Bab 31. Alia Orang KetigaSepulang dari mengaji, Ainun langsung belok ke rumah Rania. Hari ini mereka harus menjalankan satu rencana besar sebagai permulaan konflik untuk sahabat yang dia anggap orang lain sejak kemarin.Namun, Ainun akan pura-pura menganggapnya seperti saudara seperti dulu. Tepatnya bermuka dua dan hal itu memang keahlian Ainun sejak dulu."Jadi, gimana? Tadi di pengajian kamu apa saja yang terjadi? Kamu tetep baik sama Alia, kan?""Tentu saja. Cuman aku jadi kayak nggak tega gitu karena Alia baik banget sama aku selama ini. Apa nanti bakal aman nggak, ya? Jangan sampai ketahuan umi atau Bu Zahra, bisa kena hukuman lagi aku. Paling menakutkan itu kalau ketahuan sama Ustazah Halimah. Tadi aja aku was-was, untung Alia kayak melupakan masalah kemarin.""Nggak bakal ketahuan. Di sini kita bakal bermain, tepatnya mempermainkan pikiran Alia agar terus mengingatmu. Kemarin saja saat mengerjai Nizar pakai nomor baru, dia langsung blokir i
Bab 32. Beradu Mulut"Siapa yang berani meledek anak saya, hah?!" teriak Bu Zahra lagi di sepanjang jalan diikuti oleh Alia di belakangnya.Melihat Pak Darsono, Gendis dan juga Novita sedang nongkrong di warung tadi sambil menikmati kopi hitam plus pisang goreng, Bu Zahra langsung mampir memberi tatapan tajam serupa elang yang siap menerkam mangsanya.Napasnya memburu, Bu Zahra menatap dongkol pada mereka begitu Novita dan Gendis tersenyum mengejek, paham tujuan Bu Zahra ke sana."Mau klarifikasi kalau Alia itu nggak merebut kekasih Ainun, iya?" celetuk Novita semakin berani.Bu Zahra pun menunjuk wajahnya dengan spatula. "Heh, Centong Nasi. Siapa yang katamu merebut kekasih Ainun? Lia? Emang pacaran itu diperbolehkan dalam Islam? Kagak, kan? Jadi Nizar itu bukan pacarnya Ainun. Mereka cuma pernah dekat!""Enak aja anak gue dikatain centong nasi. Anak lu kali yang mirip ampas onggok!" timpal Pak Darsono menunjuk wajah Lia.Suasana sem