Bab 27. Permohonan
"Tolong aku, Alia. Aku sudah berusaha kuat menerima semua takdir, tetapi ternyata sulit. Aku meminta umi agar kami pindah ke luar kota, sayang sekali karena terkendala biaya. Aku tidak tahu bagaimana cara melupakan Nizar karena dia sudah meraja dalam hati, mengalir di setiap aliran darahku. Melepaskan Nizar sama saja membunuhku secara perlahan, Alia. Tolong, aku tidak bisa berbuat banyak meskipun nanti menemukan pengganti!" jerit Ainun bersujud di bawah kaki Alia.
Gadis berjilbab kuning muda itu langsung menunduk, memeluk Ainun untuk menenangkannya. Untung saja di rumah Rania sedang sepi, jadi mudah bagi Ainun untuk meluahkan perasaannya.
Sebenarnya tadi Ainun bertamu ke rumah Alia, tetapi takut dengan orang tuanya yang mulai kurang respect pada Ainun. Jadi, dia membawa gadis malang itu ke rumah Rania. Apalagi di rumahnya sedang ramai karena besok adalah hari pernikahan. Waktu bergerak begitu cepat bagi mereka.
"Ainun, bagaimana aku bis
Bab 28. WalimahHari yang dinanti-nanti telah tiba. Aku menghela napas panjang begitu MUA meninggalkan aku sendirian dalam kamar setelah melakukan sentuhan akhir.Rasanya mata ini terlalu lelah setelah begadang sepanjang malam. Bukan tanpa tujuan, aku menghabiskan sebagian waktu untuk curhat pada Rania, lalu beralih sujud di sepertiga malam.Air mata terus merembes ketika menceritakan semua masalah kepada Tuhan meskipun sebenarnya Dia sudah tahu."Alia ...."Alia yang sedang merenung, tersentak mendengar suara Rania. Saat menoleh, ternyata gadis itu datang bersama Ainun yang langsung melempar senyum."Alhamdulillah, akhirnya sahabatku bakal jadi istri orang!" seru Ainun lantas memeluk Alia begitu lama karena menyempatkan diri untuk menyeka air mata.Dia sudah berjanji pada diri sendiri untuk tidak merusak hari bahagia Alia. Ainun sadar, bahwa berbuat kericuhan di rumah Alia sama saja sengaja menjatuhkan harga dirinya."Insya Al
Bab 29. Masalah Baru"Pelankan suaramu. Menyakiti apa?"Novita tersenyum sinis, kemudian menatap Nizar dengan tatapan merendahkan. Dia mewarisi sifat angkuh yang dimiliki oleh Darsono."Sudahlah, hampir semua orang di sini juga tahu apalagi tadi Ayu mengumumkan di depan kalau Ainun pernah dekat dengan Nizar. Gadis itu malu sampai kabur gitu aja."Mendengar itu, Alia mengepalkan kedua tangannya yang dia sembunyikan di belakang. Alia tidak bisa berbuat banyak mengingat dirinya akan dianggap salah dalam keadaan apa pun.Semua bisa saja terjadi karena bagi mereka, jika memakai jilbab itu, maka haram untuk mengomel padahal bisa saja terjadi jika membela kehormatan. Terutama jilbab adalah kewajiban meskipun akhlak masih buruk."Nggak usah diladenin, nanti malah makin kacau. Cuek aja seolah nggak kenal sama dia." Nizar berbisik lembut dengan tempo cepat tepat di telinga Alia."Kasian banget, ya, si Ainun. Udahlah kekasihnya direbut sahabat s
Bab 30. Dibujuk Rania"Ini konsekuensinya karena dia sudah merebut Nizar dari kamu. Ayo, dong, lakukan sesuatu. Masa dia udah bahagia sama Nizar sementara kamu masih nangis di pojokan?" Sudah hampir satu jam Rania terus membujuk gadis bermata indah itu.Namun, Ainun terus menolak. Sekalipun dia sudah dua hari menangis serta mengurung diri dalam kamar, pantang baginya merebut suami orang. Kebahagiaan Alia adalah takdir yang Tuhan berikan dan Ainun tidak mau menentangnya.Apalagi sampai merebut suami sahabat sendiri. Apa tanggapan orang nanti? Mereka akan melupakan fakta bahwa Alia lah yang telah lebih dulu merebut Nizar."Paling tidak, usik kebahagiaannya. Tahu sendiri kan kalau sejak dulu aku kurang suka sama Alia? Abis dia kayak benar sendiri kalau ngomong. Pokoknya aku bakal selalu ada di sampingmu buat melawannya. Minimal lakukan sesuatu untuk mengusiknya.""Aku tidak bisa, Rania.""Hei, kamu itu Gemini yang two faced. Aku yakin kamu pali
Bab 31. Alia Orang KetigaSepulang dari mengaji, Ainun langsung belok ke rumah Rania. Hari ini mereka harus menjalankan satu rencana besar sebagai permulaan konflik untuk sahabat yang dia anggap orang lain sejak kemarin.Namun, Ainun akan pura-pura menganggapnya seperti saudara seperti dulu. Tepatnya bermuka dua dan hal itu memang keahlian Ainun sejak dulu."Jadi, gimana? Tadi di pengajian kamu apa saja yang terjadi? Kamu tetep baik sama Alia, kan?""Tentu saja. Cuman aku jadi kayak nggak tega gitu karena Alia baik banget sama aku selama ini. Apa nanti bakal aman nggak, ya? Jangan sampai ketahuan umi atau Bu Zahra, bisa kena hukuman lagi aku. Paling menakutkan itu kalau ketahuan sama Ustazah Halimah. Tadi aja aku was-was, untung Alia kayak melupakan masalah kemarin.""Nggak bakal ketahuan. Di sini kita bakal bermain, tepatnya mempermainkan pikiran Alia agar terus mengingatmu. Kemarin saja saat mengerjai Nizar pakai nomor baru, dia langsung blokir i
Bab 32. Beradu Mulut"Siapa yang berani meledek anak saya, hah?!" teriak Bu Zahra lagi di sepanjang jalan diikuti oleh Alia di belakangnya.Melihat Pak Darsono, Gendis dan juga Novita sedang nongkrong di warung tadi sambil menikmati kopi hitam plus pisang goreng, Bu Zahra langsung mampir memberi tatapan tajam serupa elang yang siap menerkam mangsanya.Napasnya memburu, Bu Zahra menatap dongkol pada mereka begitu Novita dan Gendis tersenyum mengejek, paham tujuan Bu Zahra ke sana."Mau klarifikasi kalau Alia itu nggak merebut kekasih Ainun, iya?" celetuk Novita semakin berani.Bu Zahra pun menunjuk wajahnya dengan spatula. "Heh, Centong Nasi. Siapa yang katamu merebut kekasih Ainun? Lia? Emang pacaran itu diperbolehkan dalam Islam? Kagak, kan? Jadi Nizar itu bukan pacarnya Ainun. Mereka cuma pernah dekat!""Enak aja anak gue dikatain centong nasi. Anak lu kali yang mirip ampas onggok!" timpal Pak Darsono menunjuk wajah Lia.Suasana sem
Bab 33. Salah Paham"Alia, percaya sama aku. Aku bisa jelasin semuanya dari awal. Ini bukan pertama kalinya." Suara Nizar tetap lembut berharap dirinya serupa air yamg bisa memadamkan api.Namun, sepertinya percuma saja memelankan suara karena Alia malah menatap kesal pada suaminya disebabkan oleh hati yang terbakar api cemburu."Halo, Nizar? Kenapa kamu blokir nomor aku tadi? Apa kamu udah nggak sayang lagi sama aku? Kamu janji bakal lamar aku bulan depan, kenapa malah menghilang? Untung aja aku masih simpan nomer kamu waktu kita marahan. Nizar sayang, aku kangen. Sayang kenapa diem aja? Aku kapan dilamar jadinya? Pokoknya aku nggak mau tahu, nggak mau dengar alasan apa pun. Kita udah setahun pacaran dan kamu bahkan udah pernah cium pipi aku. Jadi, aku nuntut tanggungjawab atau aku laporin ke bunda," ucap Alia menirukan suara manja wanita misterius tadi."Sayang, please. Aku nggak kenal sama dia. Sebelum nikah sama kamu, yang dekat sama aku itu cuma Ainu
Bab 34. Tidak DiinginkanSeperti biasa, setiap pagi Nizar akan sibuk bersiap ke sekolah untuk mengajar. Sebagai guru honorer, dia harus rajin meskipun gaji tak seberapa. Nizar pun tengah memikirkan bagaimana caranya agar bisa menafkahi istri sendiri tanpa bantuan orang tua lagi."Pecinya jangan sampai ketinggalan." Alia sedikit berjinjit memasang peci hitam itu di kepala sang suami yang menunduk.Setelah motor Nizar meninggalkan halaman rumah, Alia pun bersiap menuju tempat pengajian. Butuh waktu tiga puluh menit untuk tiba karena harus membereskan kamar terlebih dahulu serta menjemur pakaian.Namun, sebelum keluar dari rumah, langkah Alia terhenti ketika melihat saudara ibunya sedang berkacak pinggang di depan sana. Wajahnya ditekuk menyiratkan amarah.Untung saja pintu sedikit terbuka, jadi Alia bisa menguping pembicaraan. Masih di balik tirai jendela, Alia menghela napas panjangnya."Tidak, Rita. Mereka saling mencintai, kamu jangan perca
Bab 35. Suamiku bukan Pengangguran"Salah satunya adalah ilmu yang bermanfaat. Jadi, kami sudah merencanakan jadwal untuk aku mengkaji beberapa kitab bersamanya termasuk akhlak suami kepada istri, begitu juga sebaliknya dan ilmu itu tidak bisa dibeli dengan uang." Alia menjawab penuh percaya diri karena mengingat jawaban Ustazah Halimah tadi.Nizar bukan tidak mau bertanggungjawab urusan nafkah, tetapi belum waktunya saja. Dia sedang memikirkan usaha apa yang bisa dia lakukan sebagai kerja sampingan di mana dirinya masih boleh menimba ilmu.Sebenarnya di waktu magrib, Nizar juga mengajar beberapa tetangganya mengaji al-qur'an, tetapi semenjak tinggal di rumah mertua, pengajian justru diliburkan sementara atau ditangani teman Nizar yang masih dekat rumah dengannya.Hanya saja, Nizar tidak pernah mengizinkan mereka untuk membayar iuran pengajian sesuai ajaran dari Ustaz Hamka. Anggap aja itu sedekah sekaligus ajang mengulang kembali pelajaran dasar agar tid