Bab 21. Setidaknya Beri Satu Alasan
Pukul sepuluh pagi, aku langsung berkunjung ke rumah Ainun. Sebenarnya semalam sudah menolak dengan beberapa alasan karena masih belum sanggup menemuinya, tetapi Ainun selalu mendesak.
Menghela napas panjang, aku mengetuk pintu yang setengah terbuka. Setelahnya, Ainun datang, meminta aku masuk dan duduk di kursi. Bu Madinah membuka tirai agar kami masih dalam pantauannya.
"Kumohon, jangan menangis, Ai!" pintaku memelankan suara begitu melihat matanya berkaca-kaca.
Mata indah itu, basah oleh air mata. Aku tidak sanggup untuk melihatnya. Perlahan, tangan kananku merogoh kantong mengambil Fresh Care, lalu mengoles hidung dan pelipis demi menyembunyikan kesedihan.
Aku tidak mau Bu Madinah menaruh curiga dan dicap sebagai lelaki tidak bertanggungjawab. Sejujurnya, aku masih sangat mencintai Ainun dan sulit melupakannya, tetapi ibu ... tidak mungkin aku lebih memilih gadis itu daripada dirinya.
"Nizar, katakan a
Bab 22. Berdamai dengan TakdirPoV Alia_______________Aku sengaja mendekati mereka ketika melihat raut wajah Nizar yang tidak bersahabat. Pak Darsono memang seorang lelaki, tetapi mulutnya pedas seperti wanita. Tidak jarang dia bergabung dengan ibu-ibu tukang gosip, mengajak anaknya serta.Ketika ada Pak Darsono, maka gosip seketika memanas. Apalagi dia selalu mengabadikannya lewat siaran langsung di Face-book tanpa peduli jika ada yang menegur di kolom komentar dan kebiasaan paling tidak bisa dia tinggalkan adalah memuji anak gadis sendiri, menganggapnya mengungguli semua gadis yang ada di negara ini."Bukan pacar, Pak. Tepatnya calon suami Alia." Nizar kemudian memberi jawaban dengan santun.Aku yang tidak tahan langsung memintanya pulang saja daripada masalah semakin runyam. Biasanya jika tetangga sudah ikut campur, maka kita akan kesulitan menemukan jalan keluar karena mereka pintar bicara saja. Selebihnya mencari kekurangan untuk dija
Bab 23. Aku bukan Perebut"Maksud kamu apa, Ainun?"Gadis itu tersenyum sangat manis, tetapi menurutku memiliki makna tertentu."Orang yang tidak tahu masalah kita, pasti menganggap aku sebagai orang ketiga jika aku mendesak Nizar untuk memberiku sebuah alasan paling logis, sementara kamu adalah korban. Padahal pada kenyataanya kamu lah yang hadir merusak segalanya. Aku yang hampir menikah dengan Nizar harus gagal karena dirimu. Aku yakin, kalian memiliki hubungan di belakang aku sejak beberapa minggu yang lalu, betul? Karena tidak mungkin seorang lelaki tiba-tiba melamar orang lain jika sebelumnya tidak selingkuh."Aku menggelengkan kepala. Memang pernah ada kasus di mana seorang wanita diputus lamarannya secara mendadak karena orang ketiga dengan alasan langsung menaruh hati pada pandangan pertama padahal sebenarnya mereka sudah lama memiliki hubungan.Namun, aku tidak sepertinya. Menurut pengakuan Nizar saja, lamaran ini terjadi atas keinginan i
Bab 24. Air MataAku menepikan motor, tidak lama kemudian Diqi ikut melakukan hal yang sama. Aku memutar bola mata malas tidak menduga kalau dia lah yang memanggilku tadi karena suaranya samar terbawa angin.Membasahi bibir dengan lidah, lalu bertanya, "kenapa?""Kenapa, kenapa. Jelasin, tadi bahas apa sih sama Ainun dan Nizar? Jangan-jangan kamu udah nyerah, terus maksa Nizar buat balikan lagi sama Ainun?" tebaknya membuatku semakin malas saja."Nggak. Ainun cuma ngejelasin sesuatu biar Nizar nggak salah paham. Lagian kamu kok bisa ada di sini, bukannya sibuk apa kek. Sengaja mantau apa emang kebetulan lewat doang? Ah, masa sih, lewat doang orang kamu tahu kalau tadi aku ketemu Nizar sama Ainun padahal Nizar sendiri sudah pulang lebih dulu menyusul Ainun." Mataku memicing mencari jawaban.Pasalnya, Diqi itu tipe orang yang selalu mencari tahu apa pun yang membuatnya penasaran dan aku yakin kalau saat ini dia sedang memantau demi sebuah jawaban yan
Bab 25. Alasan yang LainAku memarkir motor di depan rumah Ainun, sengaja menjemputnya karena malu berangkat sendirian. Memang sudah lama ikut pengajian di rumah Ustazah Halimah, tetap saja malu kalau tidak sengaja bertemu santri yang lain. Sementara Ainun, dia orangnya super pede.Kadang-kadang, hehe.Cuaca hari ini cukup terang, mentari menampilkan senyum terindahnya di sisi awan tebal serupa kapas bercahaya. Kurasa, hari ini akan ada kabar baik. Semoga itu nyata."Alia, masuk dulu!" panggil Ainun ramah.Kaki melangkah panjang melewati pintu rumahnya, duduk di sebuah kursi dengan nyaman. Aku tidak mengerti kenapa perasaan senang itu datang di dalam hati, padahal tidak ada kabar baik pagi ini dari siapa pun.Berselang lima menit, Ainun kembali, memintaku duduk duduk dulu karena dia harus mengantar kue pesanan orang. Sementara itu, umi menyusul, duduk di depanku masih dengan senyum ramah seperti kemarin."Umi sudah dengar cerita dari
Bab 26. Undangan PernikahanPoV Author________________Berbicara tentang takdir, aku tidak tahu harus mengatakan apa. Aku hanya percaya skenario terindah dari Tuhan.Cinta?Aku juga tidak tahu bagaimana menjabarkannya. Makna cinta itu luas, termasuk cinta kepada makhluk-Nya. Itu sesuatu yang wajar. Kita bahkan tidak bisa mengatur hati harus berlabuh kepada siapa karena cinta datang tanpa kita duga.Terkadang pada pandangan pertama atau bisa juga pada pendengaran pertama, yakni jatuh cinta setelah mendengar tentangnya dari banyak orang padahal belum pernah bertemu dengannya.“Jantungku di sini, setiap detaknya di sana. Hati ini adalah milikku, sedangkan detaknya adalah dirimu.” — Maulana Jalaluddin Rumi.~~~~~Nizar mengembuskan napas kasar ketika selesai membaca surat dari Ainun yang disampaikan oleh Diqi. Lelaki berkulit sawo itu tidak tahu lagi bagaimana cara menyadarkan Ainun tentang takdir ya
Bab 27. Permohonan"Tolong aku, Alia. Aku sudah berusaha kuat menerima semua takdir, tetapi ternyata sulit. Aku meminta umi agar kami pindah ke luar kota, sayang sekali karena terkendala biaya. Aku tidak tahu bagaimana cara melupakan Nizar karena dia sudah meraja dalam hati, mengalir di setiap aliran darahku. Melepaskan Nizar sama saja membunuhku secara perlahan, Alia. Tolong, aku tidak bisa berbuat banyak meskipun nanti menemukan pengganti!" jerit Ainun bersujud di bawah kaki Alia.Gadis berjilbab kuning muda itu langsung menunduk, memeluk Ainun untuk menenangkannya. Untung saja di rumah Rania sedang sepi, jadi mudah bagi Ainun untuk meluahkan perasaannya.Sebenarnya tadi Ainun bertamu ke rumah Alia, tetapi takut dengan orang tuanya yang mulai kurang respect pada Ainun. Jadi, dia membawa gadis malang itu ke rumah Rania. Apalagi di rumahnya sedang ramai karena besok adalah hari pernikahan. Waktu bergerak begitu cepat bagi mereka."Ainun, bagaimana aku bis
Bab 28. WalimahHari yang dinanti-nanti telah tiba. Aku menghela napas panjang begitu MUA meninggalkan aku sendirian dalam kamar setelah melakukan sentuhan akhir.Rasanya mata ini terlalu lelah setelah begadang sepanjang malam. Bukan tanpa tujuan, aku menghabiskan sebagian waktu untuk curhat pada Rania, lalu beralih sujud di sepertiga malam.Air mata terus merembes ketika menceritakan semua masalah kepada Tuhan meskipun sebenarnya Dia sudah tahu."Alia ...."Alia yang sedang merenung, tersentak mendengar suara Rania. Saat menoleh, ternyata gadis itu datang bersama Ainun yang langsung melempar senyum."Alhamdulillah, akhirnya sahabatku bakal jadi istri orang!" seru Ainun lantas memeluk Alia begitu lama karena menyempatkan diri untuk menyeka air mata.Dia sudah berjanji pada diri sendiri untuk tidak merusak hari bahagia Alia. Ainun sadar, bahwa berbuat kericuhan di rumah Alia sama saja sengaja menjatuhkan harga dirinya."Insya Al
Bab 29. Masalah Baru"Pelankan suaramu. Menyakiti apa?"Novita tersenyum sinis, kemudian menatap Nizar dengan tatapan merendahkan. Dia mewarisi sifat angkuh yang dimiliki oleh Darsono."Sudahlah, hampir semua orang di sini juga tahu apalagi tadi Ayu mengumumkan di depan kalau Ainun pernah dekat dengan Nizar. Gadis itu malu sampai kabur gitu aja."Mendengar itu, Alia mengepalkan kedua tangannya yang dia sembunyikan di belakang. Alia tidak bisa berbuat banyak mengingat dirinya akan dianggap salah dalam keadaan apa pun.Semua bisa saja terjadi karena bagi mereka, jika memakai jilbab itu, maka haram untuk mengomel padahal bisa saja terjadi jika membela kehormatan. Terutama jilbab adalah kewajiban meskipun akhlak masih buruk."Nggak usah diladenin, nanti malah makin kacau. Cuek aja seolah nggak kenal sama dia." Nizar berbisik lembut dengan tempo cepat tepat di telinga Alia."Kasian banget, ya, si Ainun. Udahlah kekasihnya direbut sahabat s