Hari Senin."Bu Guru! Ada salam, dari Papah!"Aku hanya tersenyum lalu mengelus pipi bakpau anak itu, kemudian berlalu setelah memeluknya.Hari Selasa."Bu Guru, Papah titip salam!"Aku bengong menatap mata bening Gio yang enggak berdosa.Lagi, anak itu melakukannya."Dan ini buat Bu Guru dari Gio, ini permen kesukaan Gio, Papah yang membelikannya, sekarang jadi milik Bu Guru!""Eh, Gio tapi kan ini milik Gio, masa buat Ibu?""Gak apa-apa, pokoknya ini buat Ibu ayo terima Bu!"Gio kali ini memaksaku untuk menerima permennya, dengan ragu aku mengangguk sambil mengucapkan terimakasih pada Gio, bukan pada papanya.Hari itu jujur aku berdoa agar ucapan salam dari orang tua muridku itu berhenti, karena guru-guru di SD tempatku mengajar sudah mulai menggodaku. Namun, ternyata sayang, doaku belum terkabul.Hari-hari berikutnya, Gio selalu datang menemuiku, baik di ruang kelas maupun di ruang guru hanya untuk sekedar menyampaikan salam dari papanya yang duda tersebut secara terus-menerus.Hin
Read more