Sesampainya di gedung kantor yang hanya berlantai tiga ini, Russel masih saja memapah Marvin selepas keluar dari mobil.Marvin berdecak, batuk sekali, lalu berkata lirih, “Kakak ipar, aku bisa berjalan sendiri.” Marvin menegakkan bahu lalu melangkah pelan dan tegap.Russel sigap. “Baiklah, Dik. Bilang saja padaku kalau kau butuh bantuan.”Belum sempat security yang duduk tak jauh dari pintu masuk itu menyapa, tiba-tiba seorang pria berpakaian casual rapi langsung mendekat ke arah Marvin dan berkata, “Tuan, maafkan.....”Sebenarnya Marvin mau marah tapi dia masih sabar. “CEO, seharusnya Anda libur di hari Minggu. Kenapa Anda masuk bekerja?”Roy buru-buru menjajari punggung Marvin. “Ada persoalan yang sangat penting. Ada satu jurnalis yang salah dalam menulis berita dan berita tersebut menjadi tranding. Tuan Rock, maafkan kami .....” Roy menunduk takut.“Sudah kubilang, akan kita bicarakan di ruangan saja,” balas Marvin dengan nada
Read more