Perlakuan dari Roy yang sangat berlebihan membuat semua orang heran namun keheranan mereka menjadi pupus tatkala mereka baru menyadari bahwa yang berada di sampingnya itu adalah Marvin Rock, suami dari wanita yang difitnah.
Sebelum pulang, Marvin memastikan bahwa si jurnalis harus mendapatkan hukuman setimpal dan Roy berjanji akan terus mengikuti kasus tersebut sampai si jurnalis mendengar ketukan palu dari hakim.Dalam perjalanan pulang di dalam mobil, barulah Marvin menceritakan kepada Russel tentang semuanya. “Semua akan baik-baik saja.”Tapi, Russel masih heran. “Bagaimana CEO itu bisa menghormatimu, Marvin?” tanyanya sambil mengawas jalanan di depan sana.“Dia tahu bahwa aku adalah suami dari Gennifer. Jadi, dia seperti ketakutan kalau aku bakal menuntut. Untungnya, kau berada di luar tadi. Jika mereka tahu kalau kau adalah kakaknya, bisa-bisa mereka kencing di celana,” Marvin sebisa mungkin melebarkan pembicaraan biar Russel tidak terus meraMengetahui bahwa Hartmut kembali gagal menjalankan misinya, Tuan Warren Harvard dan Raymond Harvard marah besar. Bukannya apa-apa, kegagalan besar itu bisa saja membongkar rahasia siapa sebenarnya dalang di balik rencana pembunuhan terhadap Marvin. Sementara Hartmut pun tidak bisa menafikkan tentang kegagalannya itu. Namun, dia masih meminta waktu kepada Tuan Warren agar diberi kesempatan sekali lagi. Jika sekali lagi dia gagal, dia tidak akan pernah selamanya melakukan pembunuhan terhadap Marvin Rock, selamanya.Hartmut berkata dengan agak gelisah di telepon. “Tuan Harvard, aku sedang menunggu kehadiran tangan kananku. Dia merupakan orang terpercaya dan terkuat dalam gangster asuhanku. Dia telah membunuh lebih dari dua puluh orang penting dengan sangat terencana dan terorganisir. Setelah nanti dia keluar dari penjara, tidak lama lagi, aku yakin kalau Marvin akan mati di tangannya.”Lalu tedengar getaran suara di ujung ponsel milik Hartmut. “Hartmut,
Audi hitam milik Marvin terparkir tak jauh dari lokasi sebuah proyek. Tidak ada satu pun orang di sana yang mengenal Marvin. Ketika dia mengawasi sebuah rangkai gedung berlantai empat puluh lima itu, dia hanya bersandar di body mobilnya.Karena tampilan formal ala kantoran yang melekat di tubuhnya serta dengan kaca mata hitam, Marvin tidak dianggap aneh oleh para pekerja yang hilir mudik, mungkin mereka menilai Marvin adalah salah satu pegawai kantor dari kontraktor atau konsultan yang sedang mengecek proyek.Dalam waktu yang kurang dari tiga bulan, proyek besar ini dijamin kelar tepat pada waktunya. Satu bulan ke depan gedung kantor ini harus segera beroperasi, karena jika tidak, Marvin harus menunggunya berdiri tahun depan saja. Selain idealis dan ambisius, Marvin merupakan pria yang selalu bekerja dengan melihat jam tangannya.Meskipun The Rock Holding Company tidak lama lagi akan segera didirikan, Marvin dengan kekayaan yang berlimpah hasil dari penjua
Ketika sedang berada di ruang kantornya, Rock Electra, Marvin Rock dikejutkan dengan sebuah pesan misterius di ponselnya. “Saya tahu bahwa Anda Marvin Rock yang baru saja memiliki perusahaan keamanan siber di Gloriston, Nano.Inc. Anda merupakan pimpinan tertinggi di Rock Electra. Anda sangat kaya dan luar biasa. Meskipun Anda berupaya untuk menyembunyikan semua identitas Anda, saya mengetahui semuanya, bahkan saya tahu semua kontak yang ada di ponsel Anda serta tahu apa saja percakapan di ponsel Anda. Saya pengagum rahasia Anda, Tuan Marvin! Jika Anda ingin agar semua data Anda tetap terjada dari musuh-musuh Anda, balas pesan ini dengan mengatakan bahwa ‘Saya mau berkencan dan dugem bersama Anda’. Katakan itu pada saya. Jika Tuan tidak mau, saya pastikan rencana pendirian The Rock Holding Company akan diketahui oleh musuh Anda. Bukankah Keluarga Harvard begitu membenci Anda? Balas pesan ini sekarang juga! Salam kenal, Pengagum rahasiamu!”Marvin ter
Gennifer beranjak dari tempat tidur dan mendekat ke suaminya. “Ketemu siapa? Pak Lester? Anak buahmu? Siapa? Biar aku yang bilang padanya, besok saja kan bisa.” Gennifer memberengut begitu tahu Marvin mau keluar rumah malam-malam begini. Biasanya, Marvin tidak pernah keluar malam, kecuali jika terjadi trouble besar di pembangkit.Seketika Marvin memegang dan mengelus kedua bahu istrinya dan menatapnya lekat-lekat. “Jika aku tidak keluar malam ini, rencana besarku bisa berantakan. Musuh yang selama ini mengintai kita, akan lebih leluasa. Sayang, aku jangan khawatirkan aku. Ingat, kau harus nurut apa yang akan katakan.”Mendengar ucapan Marvin yang dalam dan menggetarkan, Gennifer lantas menunduk sebab dia tidak mau ucapan dan tindakannya malah bikin bencana lagi. “Baiklah, aku patuh pada suamiku. Aku hanya mengkhawatirkanmu. Jika kau tidak pulang, kasih kabar padaku, sayang.” Gennifer lalu memeluk suaminya dan melekatkan wajahnya di dada suaminya.“Tidurlah
“Minumlah Tuan. Masih ada waktu dua jam sebelum kita menikmati musik bersama. Setengah cangkir wiski akan membuatmu enteng. Ayo kita nikmati malam ini. Karena Tuan adalah bosnya, aku rasa tidak ada jam kerja bagi Tuan.”Tidak mau muntah lagi, Marvin menyingkirkan wiski itu lalu menuangkan bir ke gelas besar, penuh. “Oke, aku minum.”“Bir? Apa Tuan sedang main gaple? Aku tahu Tuan belakangan dapat masalah yang cukup banyak dan pelik. Tuan butuh hiburan, bukan? Aku akan menemani Tuan, sampai pagi.”Dengan sangat terpaksa Marvin mengangkat gelas bir lalu menghirupnya berkali-kali sampai setengah gelas. “Aku tidak bisa minum seperti itu.”Emelda memajukan kursinya, lalu mengangkat sebotol anggur merah yang cukup mahal. “Secangkir anggur merah bisa langsung menaikkan mood Tuan. Langsung diminum saja, Tuan.”Dengan cepat Marvin menggeleng tegas. “Tidak perlu. Kalau kebanyakan minum, nanti ngobrol malah tidak nyambung. Aku tidak mau walaupun se
Gelak tawa Emelda tertahan karena dia membekap mulutnya sendiri. “Hihihi.”“Astaga!” Marvin cemas. Jika pengelola tempat ini tahu kalau pelakunya adalah Emelda, bisa-bisa Marvin kena juga. “Sekarang, aku percaya kalau kau merupakan hacker andal. Jadi, berhenti berbuat seperti ini.”Dengan gemas Emelda membulatkan ujung bibirnya lalu berkata genit. “Temani aku goyang sampai pagi, oke?”Marvin menghembuskan napas panjang, tanpa mengeluarkan ekspresi apa pun, lalu menjawab dengan nada ragu, “Baiklah. Aku hanya akan menemanimu.”Emelda agak mabuk, entahlah, namun yang pasti dia terjebak dengan mulutnya sendiri. Hanya menemani, tidak lebih dari itu.Setelah mendengar jawaban dari Marvin yang melegakan hatinya, Emelda pun kembali mengutak-ati laptop beberapa detik saja, lalu ....Tada!Tring!Listrik kembali menyala dan semua lampu kembali hidup, ruangan kembali terang diselimuti pelangi.Tiba-tiba wajah Emel
Walaupun mabuk, Emelda masih bisa membaca situasi. Dia sebenarnya tidak mau rencananya malam ini jadi berantakan meskipun barusan dia tidak bisa mengontrol nafsunya. Karena itu, dia mesti mengusir dua begundal yang numpang minum ini. “Kalian berdua, pergilah! Teman mabukku kali ini adalah orang yang sangat pandai berkelahi, jika besok kalian tidak ingin masuk rumah sakit, mending kalian cari tempat duduk lain saja sekarang.” Salah satu dari mereka menyergah, “Kau mabuk, Emelda! Mending kau diam saja!” Gusar, Marvin sontak mencekik leher pria itu dengan cukup kuat hingga pria itu kesulitan bernapas. “Pergi atau wajahmu akan babak belur!?” sentak Marvin dengan pandangan yang tajam dan sadis. Tidak butuh waktu yang lama akhirnya dua pria itu pun lari tunggang langgang, segera menyelamatkan diri. Emelda segera melempar tubuhnya ke kursi dan langsung tersandar lemas. Lucunya, dia malah tertawa sendir. “Tuan Rock, kau adalah bosku. Hahaha. Kenapa sekarang kau malah jadi begini? Sangat t
Tidak ada kebimbangan di dalam diri Marvin. Tanpa banyak pikir, dia langsung melencit keluar dan mengatakan, “Emelda, nanti setelah aku mengurus istriku, aku akan menemuimu lagi.” Emelda mengambil kotak susu UHT itu lagi. “Semoga istrimu sehat selalu, Bosku! Cepatlah ke sini!!” Audi hitam itu pun melaju dengan kecepatan tinggi, membelah jalanan Gloriston yang padat di pagi hari. Sesampainya di rumah, Marvin langsung lari tergesa-gesa menuju kamar. Dilihatnya Gennifer sedang terbaring lemah. Marvin mendekat dan memeriksa kening istrinya. “Badanmu tidak panas, sayang. Sejak kapan kau merasa sakit?” “Tidak lama dari kau pergi, sayang.” Tiba-tiba tatapan Gennifer menjadi kosong. “Aku tidak bisa tidur.” “Karena mengkhawatirkanku?” “Bukan, sayang. Aku tiba-tiba terbayang waktu kita berada di Hotel South, saat kita berdua hampir terbunuh.” Marvin menjadi sangat cemas. “Kau memikirkan itu dari semalam dan tidak tidur sampai sekarang?” “Ya. Aku sangat khawatir hal itu akan terjadi lagi.