Gennifer beranjak dari tempat tidur dan mendekat ke suaminya. “Ketemu siapa? Pak Lester? Anak buahmu? Siapa? Biar aku yang bilang padanya, besok saja kan bisa.” Gennifer memberengut begitu tahu Marvin mau keluar rumah malam-malam begini. Biasanya, Marvin tidak pernah keluar malam, kecuali jika terjadi trouble besar di pembangkit.
Seketika Marvin memegang dan mengelus kedua bahu istrinya dan menatapnya lekat-lekat. “Jika aku tidak keluar malam ini, rencana besarku bisa berantakan. Musuh yang selama ini mengintai kita, akan lebih leluasa. Sayang, aku jangan khawatirkan aku. Ingat, kau harus nurut apa yang akan katakan.”Mendengar ucapan Marvin yang dalam dan menggetarkan, Gennifer lantas menunduk sebab dia tidak mau ucapan dan tindakannya malah bikin bencana lagi. “Baiklah, aku patuh pada suamiku. Aku hanya mengkhawatirkanmu. Jika kau tidak pulang, kasih kabar padaku, sayang.” Gennifer lalu memeluk suaminya dan melekatkan wajahnya di dada suaminya.“Tidurlah“Minumlah Tuan. Masih ada waktu dua jam sebelum kita menikmati musik bersama. Setengah cangkir wiski akan membuatmu enteng. Ayo kita nikmati malam ini. Karena Tuan adalah bosnya, aku rasa tidak ada jam kerja bagi Tuan.”Tidak mau muntah lagi, Marvin menyingkirkan wiski itu lalu menuangkan bir ke gelas besar, penuh. “Oke, aku minum.”“Bir? Apa Tuan sedang main gaple? Aku tahu Tuan belakangan dapat masalah yang cukup banyak dan pelik. Tuan butuh hiburan, bukan? Aku akan menemani Tuan, sampai pagi.”Dengan sangat terpaksa Marvin mengangkat gelas bir lalu menghirupnya berkali-kali sampai setengah gelas. “Aku tidak bisa minum seperti itu.”Emelda memajukan kursinya, lalu mengangkat sebotol anggur merah yang cukup mahal. “Secangkir anggur merah bisa langsung menaikkan mood Tuan. Langsung diminum saja, Tuan.”Dengan cepat Marvin menggeleng tegas. “Tidak perlu. Kalau kebanyakan minum, nanti ngobrol malah tidak nyambung. Aku tidak mau walaupun se
Gelak tawa Emelda tertahan karena dia membekap mulutnya sendiri. “Hihihi.”“Astaga!” Marvin cemas. Jika pengelola tempat ini tahu kalau pelakunya adalah Emelda, bisa-bisa Marvin kena juga. “Sekarang, aku percaya kalau kau merupakan hacker andal. Jadi, berhenti berbuat seperti ini.”Dengan gemas Emelda membulatkan ujung bibirnya lalu berkata genit. “Temani aku goyang sampai pagi, oke?”Marvin menghembuskan napas panjang, tanpa mengeluarkan ekspresi apa pun, lalu menjawab dengan nada ragu, “Baiklah. Aku hanya akan menemanimu.”Emelda agak mabuk, entahlah, namun yang pasti dia terjebak dengan mulutnya sendiri. Hanya menemani, tidak lebih dari itu.Setelah mendengar jawaban dari Marvin yang melegakan hatinya, Emelda pun kembali mengutak-ati laptop beberapa detik saja, lalu ....Tada!Tring!Listrik kembali menyala dan semua lampu kembali hidup, ruangan kembali terang diselimuti pelangi.Tiba-tiba wajah Emel
Walaupun mabuk, Emelda masih bisa membaca situasi. Dia sebenarnya tidak mau rencananya malam ini jadi berantakan meskipun barusan dia tidak bisa mengontrol nafsunya. Karena itu, dia mesti mengusir dua begundal yang numpang minum ini. “Kalian berdua, pergilah! Teman mabukku kali ini adalah orang yang sangat pandai berkelahi, jika besok kalian tidak ingin masuk rumah sakit, mending kalian cari tempat duduk lain saja sekarang.” Salah satu dari mereka menyergah, “Kau mabuk, Emelda! Mending kau diam saja!” Gusar, Marvin sontak mencekik leher pria itu dengan cukup kuat hingga pria itu kesulitan bernapas. “Pergi atau wajahmu akan babak belur!?” sentak Marvin dengan pandangan yang tajam dan sadis. Tidak butuh waktu yang lama akhirnya dua pria itu pun lari tunggang langgang, segera menyelamatkan diri. Emelda segera melempar tubuhnya ke kursi dan langsung tersandar lemas. Lucunya, dia malah tertawa sendir. “Tuan Rock, kau adalah bosku. Hahaha. Kenapa sekarang kau malah jadi begini? Sangat t
Tidak ada kebimbangan di dalam diri Marvin. Tanpa banyak pikir, dia langsung melencit keluar dan mengatakan, “Emelda, nanti setelah aku mengurus istriku, aku akan menemuimu lagi.” Emelda mengambil kotak susu UHT itu lagi. “Semoga istrimu sehat selalu, Bosku! Cepatlah ke sini!!” Audi hitam itu pun melaju dengan kecepatan tinggi, membelah jalanan Gloriston yang padat di pagi hari. Sesampainya di rumah, Marvin langsung lari tergesa-gesa menuju kamar. Dilihatnya Gennifer sedang terbaring lemah. Marvin mendekat dan memeriksa kening istrinya. “Badanmu tidak panas, sayang. Sejak kapan kau merasa sakit?” “Tidak lama dari kau pergi, sayang.” Tiba-tiba tatapan Gennifer menjadi kosong. “Aku tidak bisa tidur.” “Karena mengkhawatirkanku?” “Bukan, sayang. Aku tiba-tiba terbayang waktu kita berada di Hotel South, saat kita berdua hampir terbunuh.” Marvin menjadi sangat cemas. “Kau memikirkan itu dari semalam dan tidak tidur sampai sekarang?” “Ya. Aku sangat khawatir hal itu akan terjadi lagi.
“... Jika Tuan mampu memenuhinya, aku malah akan menjadi orang pertama yang akan menjaga semua rahasia Tuan. Perlu Tuan ketahui kalau aku pernah bekerja untuk lembaga pemerintahan, meskipun aku benci dengan beberapa oknum pemerintah yang jahat, aku masih bisa loyal. Dan nanti, aku akan sangat loyal kepada Tuan.”Marvin mengedikkan bahu sambil terus menajamkan matanya, terus fokus di saat pikiran kalut. “Asalkan kau tidak mengajakku ke tempat kotor seperti itu saja! Dan jangan pula meminta padaku melakukan hal yang tidak mungkin bisa aku lakukan.”“Kali ini, permintaanku tergolong besar dan cukup sulit, tapi semata-mata demi kemajuan perusahaan dan kesejahteraan karyawan. Intinya, demi kepentingan bersama.”Kemudian Emelda menyampaika keluhannya terkait pemerintah korup dan curang. Jika dana yang diperlukan untuk sebuah project adalah dua ratus ribu dollar, pemerintah akan menganggarkannya tiga ratus ribu dollar dan memberikannya kepada developer hanya sebe
Dokter Joycelyn berkeinginan supaya ayahnya yang bakal menjadi calon pengganti Lambert, jika hal tersebut sudah terjadi, keluarganya akan lebih mudah dalam mengontrol apa saja yang ada di rumah sakit ini. Meskipun tujuannya baik supaya rumah sakit ini jauh lebih baik, dia juga punya kepentingan pribadi dan keluarga agar kiranya mereka punya kuasa nantinya.“Saya bisa menebak bahwa Tuan Marvin punya kuasa untuk menggeser posisi Lambert. Jika Tuan menginginkan agar rumah sakit milik negara ini lebih baik pelayannya kepada masyarakat, saya akan menjadi orang pertama yang mendukung upaya Tuan. Saya yakin Tuan punya koneksi yang luas dan kuat dalam usaha memberikan perubahan di tubuh rumah sakit.”Ada dua tugas berat Marvin dalam mengurus pemerintah : Pertama, memberantas oknum korup yang sering mempermainkan dana project di Nano.Inc. Kedua, berupaya agar pemerintah mau memberikan kebijakan baru terkait apa saja yang ada di Rumah Sakit Gloriston.Namun, Marvin
Si pria cepak mengoles dagu dan berkata akrab, “Aldous Morgan, kami sangat menghormatimu. Kau adalah putra sulung dari Big Boss Morgan. Apa kabar ayahmu sekarang?”Bukannya menjawab pertanyaan pria yang tak dikenalnya itu, Aldous malah menghadapkan wajahnya ke arah Marvin dan berkata, “Ada masalah apa, Tuan Rock? Apakah kita memang mau bertemu dengan dua orang ini?”Si wanita menyergah. “Aldous, jika kau butuh sesuatu, biar kami bantu segera. Walaupun posisi kami terbilang tinggi di kantor ini, kami dengan senang hati melayani salah satu bagian dari masyarakat seperti Anda.”Mendengar omongan yang sok diplomatis itu, Marvin mau terkekeh rasanya. Marvin melempar pandangannya ke arah pintu masuk. Dia ingin segera ke sana tetapi pria dan wanita menyebalkan ini sepertinya mau cari masalah.Aldous acuh tak acuh dengan penawaran wanita itu. Sekilas dia melirik huruf-huruf yang menempel di dada dia dan rekannya. “Tuan Rock, kalau kita tidak ada urusan d
Marvin sedikit muak. “Sebaiknya kalian pergi saja dan bekerjalah. Sekarang merupakan jam sibuk. Apa kalian sedang membuang waktu jam kerja?”Aldous berdeham lagi, sampai terbatuk untuk membuat takut dua orang itu. Dia berkata dengan suara menggetarkan, “Robbie dan Chyntia, kami tidak ada urusan dengan kalian berdua sekarang. Tinggalkan kami.”Robbie mengangkat bahu. “Aldous, kami tidak tahu apa hubunganmu bersama Marvin Rock. Hanya saja, karena dia orang yang pernah dianggap menjadi musuh negara, jadi kami selaku orang yang bergelut di dalam pemerintahan, wajar khawatir bertemu dengannya, wajar kalau kami ngeri kalau-kalau tempat ini bakal dihancurkannya.”Chyntia menimpali, “Apalagi kami berdua selaku kepala dinas di kantor ini. Kalau maling saja berbahaya, bagaimana dengan orang seperti Marvin?”Mendengar terlalu banyak ocehan yang menyempali telinganya, Marvin asli makin muak. “Berhenti mengatakan kalau aku pernah terlibat kasus terorisme. Bany