Hari ini tersiar kabar yang menghebohkan di Gloriston!
Seorang wanita yang tengah berlibur di Pantai Lembayung bersama suaminya diperkosa oleh tiga orang penjahat. Meski demikian, wanita tersebut akhirnya berhasil selamat dari ancaman pembunuhan. Lebih kurang, begitulah pokok utama bahasan yang ditampilkan di sebuah media online.Dari semua media, baik cetak maupun elektronik, tidak ada yang memberitakan demikian. Mereka hanya memberitakan bahwa ada suami istri yang tengah berlibur dan mereka berdua hampir saja mati terbunuh oleh tiga komplotan penjahat, tidak ada cerita diperkosa dan perlakuan seks atau semacamnya.Mendengar berita yang menghebohkan itu, Marvin Rock sangat tercengang karena namanya dan nama istrinya terpampang jelas di sana. Ditambah menjadi berita utama pula. Astaga! Dan hal yang paling membuatnya berang adalah media tersebut adalah Glory Daily.Orang pertama yang mengangkat isu tersebut ke permukaan Keluarga Winston dan KeluargSesampainya di gedung kantor yang hanya berlantai tiga ini, Russel masih saja memapah Marvin selepas keluar dari mobil.Marvin berdecak, batuk sekali, lalu berkata lirih, “Kakak ipar, aku bisa berjalan sendiri.” Marvin menegakkan bahu lalu melangkah pelan dan tegap.Russel sigap. “Baiklah, Dik. Bilang saja padaku kalau kau butuh bantuan.”Belum sempat security yang duduk tak jauh dari pintu masuk itu menyapa, tiba-tiba seorang pria berpakaian casual rapi langsung mendekat ke arah Marvin dan berkata, “Tuan, maafkan.....”Sebenarnya Marvin mau marah tapi dia masih sabar. “CEO, seharusnya Anda libur di hari Minggu. Kenapa Anda masuk bekerja?”Roy buru-buru menjajari punggung Marvin. “Ada persoalan yang sangat penting. Ada satu jurnalis yang salah dalam menulis berita dan berita tersebut menjadi tranding. Tuan Rock, maafkan kami .....” Roy menunduk takut.“Sudah kubilang, akan kita bicarakan di ruangan saja,” balas Marvin dengan nada
Perlakuan dari Roy yang sangat berlebihan membuat semua orang heran namun keheranan mereka menjadi pupus tatkala mereka baru menyadari bahwa yang berada di sampingnya itu adalah Marvin Rock, suami dari wanita yang difitnah.Sebelum pulang, Marvin memastikan bahwa si jurnalis harus mendapatkan hukuman setimpal dan Roy berjanji akan terus mengikuti kasus tersebut sampai si jurnalis mendengar ketukan palu dari hakim.Dalam perjalanan pulang di dalam mobil, barulah Marvin menceritakan kepada Russel tentang semuanya. “Semua akan baik-baik saja.”Tapi, Russel masih heran. “Bagaimana CEO itu bisa menghormatimu, Marvin?” tanyanya sambil mengawas jalanan di depan sana.“Dia tahu bahwa aku adalah suami dari Gennifer. Jadi, dia seperti ketakutan kalau aku bakal menuntut. Untungnya, kau berada di luar tadi. Jika mereka tahu kalau kau adalah kakaknya, bisa-bisa mereka kencing di celana,” Marvin sebisa mungkin melebarkan pembicaraan biar Russel tidak terus mera
Mengetahui bahwa Hartmut kembali gagal menjalankan misinya, Tuan Warren Harvard dan Raymond Harvard marah besar. Bukannya apa-apa, kegagalan besar itu bisa saja membongkar rahasia siapa sebenarnya dalang di balik rencana pembunuhan terhadap Marvin. Sementara Hartmut pun tidak bisa menafikkan tentang kegagalannya itu. Namun, dia masih meminta waktu kepada Tuan Warren agar diberi kesempatan sekali lagi. Jika sekali lagi dia gagal, dia tidak akan pernah selamanya melakukan pembunuhan terhadap Marvin Rock, selamanya.Hartmut berkata dengan agak gelisah di telepon. “Tuan Harvard, aku sedang menunggu kehadiran tangan kananku. Dia merupakan orang terpercaya dan terkuat dalam gangster asuhanku. Dia telah membunuh lebih dari dua puluh orang penting dengan sangat terencana dan terorganisir. Setelah nanti dia keluar dari penjara, tidak lama lagi, aku yakin kalau Marvin akan mati di tangannya.”Lalu tedengar getaran suara di ujung ponsel milik Hartmut. “Hartmut,
Audi hitam milik Marvin terparkir tak jauh dari lokasi sebuah proyek. Tidak ada satu pun orang di sana yang mengenal Marvin. Ketika dia mengawasi sebuah rangkai gedung berlantai empat puluh lima itu, dia hanya bersandar di body mobilnya.Karena tampilan formal ala kantoran yang melekat di tubuhnya serta dengan kaca mata hitam, Marvin tidak dianggap aneh oleh para pekerja yang hilir mudik, mungkin mereka menilai Marvin adalah salah satu pegawai kantor dari kontraktor atau konsultan yang sedang mengecek proyek.Dalam waktu yang kurang dari tiga bulan, proyek besar ini dijamin kelar tepat pada waktunya. Satu bulan ke depan gedung kantor ini harus segera beroperasi, karena jika tidak, Marvin harus menunggunya berdiri tahun depan saja. Selain idealis dan ambisius, Marvin merupakan pria yang selalu bekerja dengan melihat jam tangannya.Meskipun The Rock Holding Company tidak lama lagi akan segera didirikan, Marvin dengan kekayaan yang berlimpah hasil dari penjua
Ketika sedang berada di ruang kantornya, Rock Electra, Marvin Rock dikejutkan dengan sebuah pesan misterius di ponselnya. “Saya tahu bahwa Anda Marvin Rock yang baru saja memiliki perusahaan keamanan siber di Gloriston, Nano.Inc. Anda merupakan pimpinan tertinggi di Rock Electra. Anda sangat kaya dan luar biasa. Meskipun Anda berupaya untuk menyembunyikan semua identitas Anda, saya mengetahui semuanya, bahkan saya tahu semua kontak yang ada di ponsel Anda serta tahu apa saja percakapan di ponsel Anda. Saya pengagum rahasia Anda, Tuan Marvin! Jika Anda ingin agar semua data Anda tetap terjada dari musuh-musuh Anda, balas pesan ini dengan mengatakan bahwa ‘Saya mau berkencan dan dugem bersama Anda’. Katakan itu pada saya. Jika Tuan tidak mau, saya pastikan rencana pendirian The Rock Holding Company akan diketahui oleh musuh Anda. Bukankah Keluarga Harvard begitu membenci Anda? Balas pesan ini sekarang juga! Salam kenal, Pengagum rahasiamu!”Marvin ter
Gennifer beranjak dari tempat tidur dan mendekat ke suaminya. “Ketemu siapa? Pak Lester? Anak buahmu? Siapa? Biar aku yang bilang padanya, besok saja kan bisa.” Gennifer memberengut begitu tahu Marvin mau keluar rumah malam-malam begini. Biasanya, Marvin tidak pernah keluar malam, kecuali jika terjadi trouble besar di pembangkit.Seketika Marvin memegang dan mengelus kedua bahu istrinya dan menatapnya lekat-lekat. “Jika aku tidak keluar malam ini, rencana besarku bisa berantakan. Musuh yang selama ini mengintai kita, akan lebih leluasa. Sayang, aku jangan khawatirkan aku. Ingat, kau harus nurut apa yang akan katakan.”Mendengar ucapan Marvin yang dalam dan menggetarkan, Gennifer lantas menunduk sebab dia tidak mau ucapan dan tindakannya malah bikin bencana lagi. “Baiklah, aku patuh pada suamiku. Aku hanya mengkhawatirkanmu. Jika kau tidak pulang, kasih kabar padaku, sayang.” Gennifer lalu memeluk suaminya dan melekatkan wajahnya di dada suaminya.“Tidurlah
“Minumlah Tuan. Masih ada waktu dua jam sebelum kita menikmati musik bersama. Setengah cangkir wiski akan membuatmu enteng. Ayo kita nikmati malam ini. Karena Tuan adalah bosnya, aku rasa tidak ada jam kerja bagi Tuan.”Tidak mau muntah lagi, Marvin menyingkirkan wiski itu lalu menuangkan bir ke gelas besar, penuh. “Oke, aku minum.”“Bir? Apa Tuan sedang main gaple? Aku tahu Tuan belakangan dapat masalah yang cukup banyak dan pelik. Tuan butuh hiburan, bukan? Aku akan menemani Tuan, sampai pagi.”Dengan sangat terpaksa Marvin mengangkat gelas bir lalu menghirupnya berkali-kali sampai setengah gelas. “Aku tidak bisa minum seperti itu.”Emelda memajukan kursinya, lalu mengangkat sebotol anggur merah yang cukup mahal. “Secangkir anggur merah bisa langsung menaikkan mood Tuan. Langsung diminum saja, Tuan.”Dengan cepat Marvin menggeleng tegas. “Tidak perlu. Kalau kebanyakan minum, nanti ngobrol malah tidak nyambung. Aku tidak mau walaupun se
Gelak tawa Emelda tertahan karena dia membekap mulutnya sendiri. “Hihihi.”“Astaga!” Marvin cemas. Jika pengelola tempat ini tahu kalau pelakunya adalah Emelda, bisa-bisa Marvin kena juga. “Sekarang, aku percaya kalau kau merupakan hacker andal. Jadi, berhenti berbuat seperti ini.”Dengan gemas Emelda membulatkan ujung bibirnya lalu berkata genit. “Temani aku goyang sampai pagi, oke?”Marvin menghembuskan napas panjang, tanpa mengeluarkan ekspresi apa pun, lalu menjawab dengan nada ragu, “Baiklah. Aku hanya akan menemanimu.”Emelda agak mabuk, entahlah, namun yang pasti dia terjebak dengan mulutnya sendiri. Hanya menemani, tidak lebih dari itu.Setelah mendengar jawaban dari Marvin yang melegakan hatinya, Emelda pun kembali mengutak-ati laptop beberapa detik saja, lalu ....Tada!Tring!Listrik kembali menyala dan semua lampu kembali hidup, ruangan kembali terang diselimuti pelangi.Tiba-tiba wajah Emel