Home / Pernikahan / Dinikahi Profesor Galak / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Dinikahi Profesor Galak: Chapter 91 - Chapter 100

155 Chapters

22. Pikiran Berkelana (S2)

Ira memalingkan wajah. Ia tak berani menatap punggung Bian terus karena khawatir khilaf.‘Sadar, Ira! Jangan sampe khilaf. Jangan malu-maluin,’ batin Ira sambil komat-kamit.Saat seperti itu, ternyata Bian sudah selesai mencuci piring. Bahkan ia berdiri tepat di samping Ira.“Kenapa?” tanyanya tanpa dosa.Deg!Ira refleks menoleh dan ternyata Bian sudah ada di hadapannya. “Astaghfirullah!” pekik Ira. Ia sangat terkejut karena Ira pikir Bian masih berada di tempat cuci piring.Ira yang terkejut pun langsung mundur, hingga ia hampir terjatuh. Beruntung Bian yang merupakan seorang tentara itu sigap menangkap Ira dan menariknya.Set!Buk!Ira pun langsung mendarat di dada Bian yang sedang berdiri tegak itu. Tanpa sengaja posisi mereka saat ini sedang berpelukan.“Hati-hati!” ucap Bian. Ia dapat merasakan d
Read more

23. Sama-sama Khilaf (S2)

“Kamu ini mau nanya apa ngagetin?” tegur Bian. Ia kesal karena anak buahnya itu sangat mengejutkan. Padahal biasanya jika anak buahnya bicara pelan, Bian pun menegurnya karena tidak bersemangat.“Hehehe, Komandan udah kayak orang lagi mojok di semak-semak aja. Pake kaget segala,” ledek anak buah Bian. Ia jadi merasa serba salah karena sikap Bian.“Ck! Sembarangan. Mau aku tembak kamu, hah?” ancam Bian sambil mengambil senjata yang ada di balik jaketnya. Bian tersinggung karena ucapan anak buahnya memang benar. Meski ia tidak sedang mojok di semak-semak, tetapi Bian sedang perang batin agar bisa berbincang dengan Ira.“Hehehe, jangan dong, ndan! Maaf, Ndan. Ini kan masih pagi, jadi harus semangat. Kalau gak semangat nanti disuruh lari di lapangan 7 putaran,” jawab anak buah Bian. Ia menyindir Bian karena biasanya Bian menghukum mereka seperti itu.“Oke, kalau be
Read more

24. Pemandangan Ganteng (S2)

Mereka pun melanjutkan jalannya menuju ke atas bukit. “Hati-hati!” ucap Bian sambil bersiaga, barang kali Ira akan terpeleset lagi.“Iyah. Masih jauh gak?” tanya Ira.“Enggak, kok. Nanti di ujung sana, kita tinggal jalan lurus, udah gak perlu nanjak lagi. Gubuknya juga pasti kelihatan,” jawab Bian.“Ooh.”Setelah itu mereka pun hening kembali. Hanya terdengar suara napas yang ngos-ngosan karena kelelahan menanjak.“Cakep, ya?” tanya Bian.“Hah?” Ira pikir ia salah paham karena memang sedang canggung.“Capek. Kamu capek, gak?” Bian langsung meralatnya.“Oh, iya lumayanlah. Namanya juga manjat bukit,” jawab Ira. 'Masa iya aku salah denger?' batinnya.Namun kemudian mereka merasa ada yang aneh. Kata ‘memanjat bukit’ memiliki konotasi yang lain jika diucapka
Read more

25. Berani Sengaja (S2)

Saat Bian dan Ira sedang melamun, ternyata anak-anak membuat kesepakatan. “Oke, setuju, ya!” ucap mereka sambil berbisik.Mereka pun selama memperlama lagunya. Hingga membuat Ira semakin salah tingkah. Setelah itu, saat lagunya selesai, Ira dan Bian hendak menangkap salah satu dari anak tersebut.Namun, saat Ira dan Bian hendak memeluknya, anak itu malah berjongkok kemudian berlari. Sehingga Ira dan Bian berpelukan dan bibir mereka tak sengaja bertabrakan.Deg!Sontak saja bola mata mereka hampir melompat. Mereka yang sejak tadi memang sudah salah tingkah itu seperti kehilangan akal. Jika tidak ada anak-anak, mungkin Bian akan melanjutkan yang lebih dari itu.“Ciee! Cieee!” ledek anak-anak.Bian dan Ira pun langsung memisahkan diri dengan cepat. Ira melipat bibirnya, sebab ia seolah masih merasakan bagaimana bibirnya bersentuhan dengan bibir Bian.Sementara
Read more

26. Khilaf (S2)

Saat Ira menoleh, Bian terdiam. Mulutnya sedikit terbuka, tetapi ia yang hendak mengatakan sesuatu itu begitu sulit mengucapkannya.‘Astaga, kenapa sulit sekali? Lidahku terasa kelu,’ batin Bian. Ia merasa seperti orang bodoh. Sebab dirinya tak mampu mengatakan cinta pada Ira. Mulutnya hanya bergerak-gerak tanpa bisa mengeluarkan suara.Ira mengangkat kedua alisnya. “Apa?” tanyanya lagi. Ia bingung karena Bian seperti orang gagap. Hal itu pun membuat Ira takut. Ia khawtair Bian diganggu oleh makhluk halus yang ada di sana.Ira menoleh ke sekitar, khawatir Bian melihat sesuatu. Namun ia tak melihat apa pun yang menakutkan di sana. "Kenapa sih, Bi?" tanya Ira, panik.Bian sudah tidak sanggup menahannya lagi. Jantungnya terasa hampir meledak karena debarannya begitu kencang. Mengatakannya pun tak bisa. Sehingga Bian langsung megungkapkannya dengan sebuah tindakan yang cukup ekstrem.
Read more

27. Aku Cinta Kamu (S2)

Ditanya seperti itu, Ira pun tertegun. Tenggorokkannya tercekat, ia bingung bagaimana cara menjawab Bian. Jika langsung menjawab iya, rasanya terlalu malu.“Bi, ini terlalu mendadak. Jujur aku masih shock. Bisa kasih waktu, gak?” tanya Ira. Ia ingin menenangkan diri dari keterkejutannya lebih dulu.Mendapat jawaban seperti itu, Bian langsung tidak enak hati. Ia pun salah tingkah karena Bian pikir Ira akan langsung menerimanya. Apalagi setelah apa yang mereka lakukan barusan. Bian mengira Ira memiliki perasaan yang sama dengannya.Bian menunduk sambil melipat bibirnya ke dalam. “Emm, oke. Aku gak mungkin maksa juga, kan. Tapi kalau emang kamu mau nolak aku juga gak apa-apa, kok. Itu hak kamu,” ucap Bian.Ia salah paham dengan jawaban Ira barusan. Sehingga Bian pikir Ira menolaknya.“Lho, aku bukannya mau nolak, Bi. Aku cuma butuh waktu aja. Kamu paham gak, sih?” tanya
Read more

28. Rencana Bian (S2)

Sebagai pria dan wanita normal, melakukan hal seperti itu membuat gairah mereka semakin memanas. Bian pun mulai kehilangan akal, tangannya menelusup ke dalam baju Ira.Greb!Ira menggenggam tangan Bian dengan cepat. Kemudian tautan bibir mereka pun terlepas.“Jangan!” lirih Ira. Sebenarnya saat ini ia sedang perang batin. Antara ingin pasrah, tapi ia merasa itu tidak benar dan harus menolak.Gluk!Bian jadi tidak enak hati karena hampir saja melewati batas. Kemudian ia memejamkan mata dan mengusap wajah dengan kedua tangannya. Setelah itu Bian menangkupkan kedua tangan di depan dadanya.“Maaf, aku khilaf,” ucap Bian.“Lagi,” jawab Ira.“Kamu mau lagi?” tanya Bian, serius. Seolah ia sangat siap jika Ira menginginkannya lagi.“Bukan! Maksudnya kamu khilaf lagi. Kalau dua kali begini apa masih disebut khilaf?&
Read more

29. Seperti Sensus (S2)

“Ngaco kamu! Mana ada begitu. Kamu itu wanita pertama yang aku kasih kalung ini,” jawab Bian. Ia tak menyangka Ira akan menganggapnya playboy.Namun ucapan Ira ada benarnya. Padahal Bian memiliki dua kalung karena yang satunya hanya untuk cadangan apabila hilang. Apalagi saat ini ia sedang hidup di perbatasan.“Masa? Tapi aku taunya tentara itu terkenal playboy. Aku jadi ragu, deh. Jangan-jangan kamu mau mainin aku, ya?” tanya Ira lagi. Ia jadi berpikir negatif karena ucapan Bian tadi.Bian menatap Ira dengan tatapan yang tak dapat diartikan. Ia memikirkan cara menjelaskan pada Ira agar Ira tidak menuduhnya lagi.“Sekarang aku balik tanya ke kamu. Di luar sana kan ada beberapa kasus dokter. Ada yang mal praktek, atau pelecehan, atau lainnya. Kalau aku bilang semua dokter seperti itu, kamu mau gak?” tanya Bian.“Ya enggaklah. Gak semua begitu. Itu cuma ulah beberapa oknum yang kebetulan profesinya dokter aja,” jawab Ira, sebal.“So? Apa karena ulah beberapa oknum tentara yang jadi play
Read more

30. Kamu yang Pertama (S2)

Ira tersenyum lebar saat mendengar ucapan Bian barusan. Hidungnya pun kembang kempis karena tidak bisa menahan kebahagiaan.“Bi!” ucap Ira.“Hem?” sahut Bian.“Oke kalau kamu bilang gak semua tentara playboy. Tapi kayaknya kalau gombal mah emang iya, ya?” tanya Ira.“Maksudnya?” Bian balik bertanya.“Entahlah, aku merasa kamu itu suka banget gombal. Mungkin karena udah kebiasaan. Dan aku taunya emang tentara pada pinter gombal,” ucap Ira.Beberapa teman Ira ada yang menikah dengan anggota TNI. Termasuk yang tempo hari ia mendapat bucket bunga secara tidak sengaja. Temannya yang dokter itu menikah dengan teman Bian yang merupakan TNI.Sehingga sedikit banyak Ira mengetahui tentang anggota tersebut. Hal itulah yang membuat Ira sempat sesumbar bahwa ia tidak ingin memiliki pasangan apalagi suami seorang TNI.“Oya? Emang kamu merasa aku gombalin?” tanya Bian.“Iyalah. Dari tadi kamu gombal terus!” ucap Ira, sebal. Ucapan Bian terlalu manis. Sehingga Ira merasa digombali olehnya.“Hem ...
Read more

31. Segera Pulang (S2)

Mendengar suara anak buah Bian, mereka langsung salah tingkah. Apalagi anak buah Bian malah menggoda mereka.“Sore!” sahut Bian, kikuk. Ia sangat malu karena ketahuan anak buahnya sedang berduaan dengan Ira.“Wah, jaganya lancar ya, Ndan?” sindir anak buah Bian. Mereka ingin tertawa melihat Bian yang tertangkap basah sedang asik menikmati mie berdua.“Silakan dilanjut, Ndan! Anggap aja kami gak lewat,” ucap anak buah Bian. Namun anak buah Bian yang langsung berlalu itu membuat Bian tidak bisa menjelaskan apa pun."Hihihi, kalian lihat gak muka Komandan tadi? Kaget banget pas lihat kita lewat," gumam anak buah Bian, cekikikan."Iya, pantesan aja betah. sampe gak pulang-pulang. Ternyata asik berduaan.""Kalian jangan senang dulu! Siap-siap nanti kalau Komandan pulang ke markas, kita pasti dihukum.""Aku gak yakin, sih. Kalau lagi kasmaran gitu kan biasanya suka lupa segalanya. Hahaha."Mereka asik menertawakan Bian.‘Ck! Sial. Pasti mereka sengaja lewat ke sini. Ini kan bukan jam patrol
Read more
PREV
1
...
89101112
...
16
DMCA.com Protection Status