Home / Pernikahan / Kau Peras Peluhku Demi Madu / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Kau Peras Peluhku Demi Madu: Chapter 51 - Chapter 60

168 Chapters

51. Pekerja Baru

Akhirnya aku pun menyetujui bahwa Samuel masuk ke dalam usaha ayam bakar. Lelaki muda itu membantu Topan dalam membedah ayam. Pagi itu kulihat Topan sudah datang bersama Samuel."Pan, ajari saja Samuel bagaimana cara bedah ayamnya!" kataku pada Topan."Baik, Bu!" jawab Topan.Aki pun segera membantu di dalam membakar ayam sesuai daftar yang tertulis dipapan. Kebetulan nanti pada jam sembilan ada pesanan ayam bakar sebanyak lima kotak. Akhirnya aku yang mulai bakar. Sementara Topan dan Samuel masih berada di belakang untuk membedah ayam.Setelah lima sudah aku bakar segera kusiapkan lima kotak untuk tempat ayamnya. Sesuai pesanan dari lima itu ya g tiga utuh dan yang dua dipotong. Maka seperti itu pula aku siapkan ayam bakarnya. Setelah semua siap kutata kalima kardus itu di depan dalam keadaan terbuka.Hal ini aku lakukan agar ayam tersebut segera dingin. Pembeli yang memesan pun akhirnya datang juga. Semua segera aku siapkan sesuai takarannya. Pembeli itu merasa puas. Aku kembali mel
last updateLast Updated : 2023-08-05
Read more

52. Jualan Mulai Ramai

Aku terbangun saat adan ashar, gegas aku melaksanakan ibadahku. Kulihat si Yahya masih terlelap dalam mimpi, tetapi aku meneruskan langkahku untuk menjemput Zahra karena waktunya dia pulang. Saat melewati kembali tubuh suamiku, hatiku tergerak untuk membangunkan dia."Bi, Abi, bangun. Sudah ashar!" kataku sambil menyentuh ujung ibu jari kakinya."Hem," jawabnya singkat sambil menatapku sendu.Kulihat kabut hasrat menyelimuti kelopak matanya. Aku tertegun sesaat. Tiba-tiba denting jam berbunyi tiga kali menandakan jam tiga sore, gegas aku menyambar hijabku juga selembar cadar. Sudah waktunya untuk Zahra pulanh."Hai, mau kemana kamu, Umi?!" kata Yahya dengan lantang."Mau jemput Zahra, Abi mau nitip?" tanyaku."Oo, tidak jadi. Pergilah!" jawabnya enteng.Aku pun segera melanjutkan langkahku sambil bernapas lega. Akhirnya bisa terbebas dari sebuah kewajiban yang lain. Apakah aku salah jika merasa muak akan hubungan ranjangku dengan suami? Apalagi jika ingat saat ini dia bukan hanya mili
last updateLast Updated : 2023-08-07
Read more

53. Jualan Mulai Ramai 2

Bulan puasa akhirnya tiba, aku bersiap secara mental dan tenaga. Untuk awal puasa jualan ayam masih seperti hari biasanya. Kami masih sanggup dan Topan kulihat masih berpuasa. Biasanya jika sudah memasuki minggu ketiga barulah puasa Topan protol seperti halnya suamiku itu.Jika bulan puasa seperti ini, Yahya ikut terjun membantu penjualan meski hanya sesekali menampakkan wajahnya. Paling lama dia hanya membakar ayam lima ekor selanjutnya masuk lagi untuk main gawainya.Selama bulan puasa di dua minggu awal penjualan ayam bakarku masih terbilang stabil. Mereka para pembeli masih sesekali datang, biasanya menjelang berbuka sekitar jam empat sore. Topan pun inginkan ikut lembur sesekali, maklun dia masih lajang dan sedang menjadi tulang punggung ibunya yang sakit-sakitan. Aku memaklumi saja apa yang dia keluhkan, selagi aku bisa bantu tetap aku bantu."Lembur boleh, Pan. Asal tidak menganggu istirahat kamu," kataku suatu hari."Jam paginya saja yang dikurangi, Bu. Jadi tetap delapan jam
last updateLast Updated : 2023-08-08
Read more

54. Minggu ke Tiga

"Ada berita apa lho kok sampai seramai itu, Mbak?" tanyaku ketika Mbak Susi menceritakan semua."Ini lho Mbak Arini, ada seorang pria yang selingkuh dan hal ini terjadi di warga kita," jawab Mbak Susi."Iya kah, masak mereka saling sikut, Mbak?" tanyaku yang sedikit tidak percaya."Iya bener, Mbak. Hanya saya belum tahu pasti. O ya, ayam bakar yang aku pesan tadi sudah apa belum?" tanya Mbak Susi memastikan pesanan ayamnya.Topan segera menyerahkan ayam bakar pesanan Mbak Susi. Saat aku tanya buat apa ayam bakar itu, si Mbak nya jawab buat acara bangun rumah. Kebiasan warga jika pasang kuda-kuda nya sebuah bangunan pasti memasak ayam bakar. Ini adalah rezeki bagi usahaku yang jarang ada buka jasa ayam bakar.Aku sangat bersyukur dengan ide awal ponakanku itu. Entahlah, mungkin tanpa bantuan ide dari anak itu keluargaku masih dibawah ekonominya. Ternyata Allah berkehendak lain. Semua doaku terjawab sudah."Mbak Arini, apakah nanti juga akan ikut rekreasi dari rt?" tanya Mbak Susi."Lih
last updateLast Updated : 2023-08-09
Read more

55. Minggu Ketiga 2

Pagi kembali menyapa, runitasku datang lagi. Semua seperti roda yang berputar tanpa lelah. Begitu juga dengan aktifitasku di pagi hari, selalu seperti itu. Pagi ini sedikit berbeda, biasanya makan sahur hanya bertiga sekarang menjadi berlima."Umi beli nasi apa?" tanya Abdul.Setiap puasa aku hampir tidak pernah masak. Hal ini dikarenakan lelahnya jiwa akibat banyaknya order ayam bakar yang semakin meningkat menjelang lebaran. Apalagi minggu ke tiga saatnya banyak godaan untuk berpuasa. Jadi untuk ibadah puasa akan banyak menyusut jumlah yang berpuasa, begitu juga jamaah di masjid."Aku nasi pecel saja, Dul. Yang lain mungkin nasi jotos saja!" kataku."Aku dua porsi ya, Dul. Jangan lupa es teh!" kata Adam."Aku juga mau dong es tehnya, Mas Abdul!" ucap Zahra yang ikut terbangun.Aku segera mengeluarkan dua lembar uang kertas berwarna biru dan menyodorkan pada Abdul. Suasana makan sahur menjadi sepi. Aku pun keluar rumah melihat suasana sekitar dan memang sepi. Tidak seperti waktu aku
last updateLast Updated : 2023-08-09
Read more

56. Malam Takbir

Hari terus berlalu tanpa terasa puasa sudah menjelang akhir. Seperti biasa pasti ada kerancuan dalam menentukan hilal untuk hari lebaran. Seperti tahun ini ada perbedaan dalam menentukan hari raya. Aku selalu mengikuti hari yang ditentukan oleh pemerintah. Hari ini adalah hari terakhir untuk berpuasa maka semakin sibuklah aku dan semua anggota keluarga dalam melancarkan penjualan ayam bakar. Yahya mengeluarkan hingga empat kompor berskala besar karena omset naik drastis. Setiap hari selama seminggu sebelum lebaran omsetku setiap hari mencapai 50-60 ekor ayam.Apalagi jika malam takbir dan pagi setelah solat ied, pasti banyak yang order. Seperti hari ini, hari terakhir puasa. Yahya suamiku itu sampai mendatangkan ayam sebanyak 200 ekor. Hingga isya hampir tiba pembeli masih saja ada. Aku dan semua anggota keluarga sampai kuwalahan melayani para pembeli. Lebaran adalah lebarnya uang, semua warga kota hampir memilih membeli daripada masak sendiri. Ini merupakan berkah para penjual lauk
last updateLast Updated : 2023-08-10
Read more

57. Lebaran

Pagi sudah kembali menyapa, suara gema takbir berkumandang sejak semalam hingga pagi. Semua muslim pada tidur tapi tidak dengan kami berempat. Aku, suami dan kedua anak laki-lakiku kini sedang berkutat di warung. Mulai jam dua dini hari, kami sudah mulai membakar ayam sejumlah 100 kotak. Ternyata kemarin itu, suamiku memesan ayam mentah hingga 300 ekor. Pantas saja kelelahan begitu terasa. Namun, semua terbayar lunas pagi ini. Ayam itu ludes habis tanpa sisa.Saat adan subuh semua pekerjaan membakar ayam sudah selesai. Maka kami pun bergantian untuk melaksanakan salat subuh. Eh, tidak dech. Hanya aku yang salat di rumah, sementara ketiga laki-laki dalam keluargaku pergi ke masjid terdekat. Mereka selalu melakukan ibadahnya dengan berjamaah di masjid. Khusus untuk wanita tidak wajib beribadah berjamaah di masjid. Bagi kami kaum wanita cukup melakukan ibadah salat lima waktu di rumah saja. Tidak wajih berjamaah di masjid. Aku mengikuti apa yang sudah diatur dalam agama."Umi, Zahra pa
last updateLast Updated : 2023-08-10
Read more

58. Lebaran 2

Omset jualan ayam bakarku di lebaran ke dua pun masih ramai. Kedua anak tiriku pun masih aktif membantu, sedangkan Topan masih ingin libur. Untung masih ada Samuel. Pemuda itu hanya mengambil libur satu hari saat lebaran."Sam, jangan lupa ayamnya yang di presto 15 ya. Yang lainnya direbus saja," jawab Samuel.Aku pun segera pergi meninggalkan Samuel lalu aku kembali membungkus lalapan dan sambel. Stock sudah habis, maka dari itu aku langsung membukus apa yang sudah habis. Abdul pun juga ikut membantu dengan membuat kotak ayam bakar. Omset yang begitu ramai membuat tabungannya mengembung cukup banyak. "Selama lebaran sepertinya Mas Abdul banyak duit ya, Umi?" tanya Zahra sambil membantuku membungkus lalapan."Adik juga dikasih abah uang saku 'kan?" tanyaku."Iya, tetapi banyak Mas Abdul, Umi," keluh Zahra sedikit mengerucutkan bibirnya. Aku hanya menatapnya dengan senyum. Selama minggu ketiga, Abdul dan Adam selalu membantu semua mengenai penjualan ayam bakar. Bahkan sekarang kuliha
last updateLast Updated : 2023-08-12
Read more

59. Halal Bi Halal

Akhirnya keluarga Yahya pun bisa hadir dalam acara halal bi halal keluarga besar Joesni. Keluarga dari ayahku. Memang semua saudara perempuanku sangat rukun dan tidak pernah ada perselisihan paham. Acara ini sangat ramai dengan hidangan yang sederhana. Para kaum muda saling berbicara, sedangkan kami sesama saudara hanya menyisakan empat orang."Bagaimana kabar kamu, Arini?" tanya kakak keduaku yang bernama Murtini."Sehat, Mbak. Semoga Mbak Mur juga sehat selalu," balasku dengan doa tulus."Bagaimana kabar hubunganmu dengan suami, aku kok ada kabar selentingan yang tidak baik?" kata kakak keduaku itu.Aku pun terdiam, tidak mungkin aku menceritakan aib suamiku. Aku harus bisa menjaga marwah suamiku apapun itu. Meski sakit aku harus mampu."Semua sudah ada takarannya, Mbak. Doa kan saja adikmu ini kuat," jawabku mencari jalan tengah."Semua sudah ada jalannya dan takarannya. Kamu pasti kuat, Arini!" kata kakak ketigaku yang lebih hangat.Aku pun mengulas senyum untuk menenangkan hati k
last updateLast Updated : 2023-08-12
Read more

60. Wanita Baru

Aku masih menguping pembicaraan dari Yahya dengan seseorang di seberang. Saat aku masih asyik menguping kulihat Abdul mengangkat dagunya seakan sedang bertanya padaku. Aku hanya menempelkan jari pada mulutku sendiri agar si Abdul tidak banyak bicara dan untungnya anak itu menurut.Aku bernapas lega, akhirnya Abdul pun pergi menjauh. Dan aku melanjutkan menguping pembicaraan Yahya di telepon."Apa yang kamu mau, Sayang?" suara Yahya yang aku dengar.Hatiku terasa ngilu saat mendengar kata sayang terlontar pada lawan bicaranya itu. Sedangkan saat bersamaku tidak pernah sekali pun menggunakan kata itu. Jujur, dulu mungkin masih sesekali dia memanggilku dengan sebutan sayanh. Namun, saat ini hilang tanpa bekas."Iya, kamu pesan saja beberapa gamis yang berwarna salem. Dan nanti jika sudah datang aku ingin berjalan bersamamu dengan gamis itu, Sayang!" Sebuah kalimat permintaan yang aku dengar.Sungguh tega pria itu, aku yang bekerja hampir setiap hari bangun pagi menyiapkan segalanya dia y
last updateLast Updated : 2023-08-15
Read more
PREV
1
...
45678
...
17
DMCA.com Protection Status