Bagai disambar petir, hati dan jiwaku seketika nelangsa. Malam ini aku begitu terpuruk, suami sendiri meminta ijin untuk poligami. Sakit teramat sakit, bagai jatuh dari lantai 13. Hancur, remuk dan sesak. Berulang aku ambil napas panjang, hal ini aku lakukan untuk melonggarkan sesaknya dada. Lama, lama aku terdiam akan kalimat suamiku dengan kata poligami. Sempat terpikir olehku untuk menolak, tetapi kuulang lagi kalimat suamiku. Kata janda kembali terdengar. Dengan berat akupun menggelengkan kepala."Mengapa harus poligami, Abi? Tidakkah kamu berbagi hanya menyantuni anak yatim itu?" kataku."Rasanya tidak puas dan nikmat jika hanya menyantuni, Umi. Aku tidak bisa bebas memberi mereka segalanya termasuk ajaran agamaku," kata suamiku membela dirinya.Aku terdiam, bibirku bungkam tetapi otakku berpikir akan kalimat suamiku itu. Masih terbayang saat dia memeluk gadis itu, istri sirinya waktu lalu. Sakit yang dulu sempat kurasa kini hadir kembali, akankah rasa itu sama seperti waktu itu
Last Updated : 2023-07-22 Read more