Semua Bab TERPAKSA AKU PERGI,MAS: Bab 21 - Bab 30

121 Bab

Bab 21. Mulai Bekerja

Sampai pagi Mas Dani juga belum pulang perasaan campur aduk jadi satu. Sesuai janji Mbak Must padaku akan mengantarkan aku ke rumah Bu Tatik, orang kaya yang mencari tukang cuci gosok. Sengaja aku bangun pagi untuk mencuci piring dan menyelesaikan pekerjaan di rumah Mbak Desi. Semua itu kulakukan karena aku masih menumpang di rumah Mbak Desi. Terpaksa aku mencuci baju Mbak Desi dan Dimas.Setelah itu aku segera mandi dan memandikan Zaki."Dek Minah, hari ini kamu jadi kerja?" tanya Mbak Desi kepadaku."Ya Mbak. Mas Dani tidak pulang aku mau minta uang sama siapa kalau tidak bekerja," jawabku tanpa menoleh kepadanya."Zaki mau kamu titipkan siapa, Dek Minah?" tanya Mbak Desi."Aku sendiri banyak tamu jadi gak bisa menolongmu," ujar Mbak Desi. "Nggak papa Mbak. Aku bisa membawanya kok. Lagian Mbak Mus bilang kalau aku boleh bawa anak yang penting pekerjaanku selesai," ujarku tanpa melihat ke arah kakak iparku. "Oh ya sudah. Baguslah jadi tidak merepotkanku," kata Mbak Desi.Ak
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-11
Baca selengkapnya

Bab 22. Uang Tutup Mulut

Aku sangat terkejut ketika Pak Dedi menyentuh dan menarik tubuhku.Tanpa sengaja tangannya mendadak menyentuh bagian atas milikku kemudian aku menjerit "Pak!" teriakku segera mengibaskan tangannya. "Maaf tidak sengaja tadi, Minah. Aku hanya memegang tubuhku agar tidak jatuh," kata Pak Dedi memberikan alasan.Aku merasa tangannya mencengkram buah dadaku walau hanya hitungan menit."''Tolong bikin mi segera ya. Aku sangat lapar," kata Pak Dedi mengalihkan pembicaraan."Baik Pak," kataku dengan sedikit gugup. Aku merasa dia melakukannya dengan sengaja. Kulihat Zaki sebentar di lantai ruang tamu Bu Tati. Anakku itu masih tertidur dengan pulas. Segera aku membuatkan mie sesuai yang diminta Pak Dedi. Setelah siap kemudian aku meletakkannya di atas meja. Karena pekerjaanku sudah selesai mencuci, menjemur dan menggosok baju kemudian aku merapikan kembali tempat untuk menggosok. Aku pamit pada Pak Dedi yang duduk di meja makan. "Maaf Pak Dedi karena pekerjaanku sudah selesai Mina
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-14
Baca selengkapnya

Bab 23. Cemburu

Deni sangat bahagia berkumpul dengan keluarga Tini apalagi istri pertamanya itu baru pulang dari Saudi. Dia bahkan melupakan Minah dan kedua anaknya Arsyad dan Zaki. Padahal Minah menunggu kepulangannya karena sudah tidak mempunyai uang sama sekali."Mas, nanti anterin aku ke pasar ya," kata Tini menggelendot manja pada Dani."Iya,Dek. Kamu mau beli apa?" tanya Dani."Oh aku mau beli gelang lagi nih. Kayaknya kemarin ada gelang keluaran baru," sahut Tini."Terus aku dibeliin apa Dek?" tanya Dani."Ya nanti Mas Dani mau beli apa?" tanya Tini. "Aku beliin jam tangan dong Dek!" punya Dani. "Ya sudah nanti ambil ya Mas ," sahut TiniSetelah itu mereka bersiap untuk pergi ke pasar. Dani memakai celana dan jaket yang kemaren dibelinya. Dia juga memakai sandal merk ternama pemberian majikan Tini dari Arab Saudi.Waktu itu Minah sedang membeli makanan di toko pinggir jalan. Dia memakai kerudung warna hitam dan menundukkan wajahnya. Ketika sudah selesai belanja, Minah pulang dengan berj
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-19
Baca selengkapnya

Bab 24. Ingin Bekerja

Mbak Desi kemudian duduk dan mendekatiku. Aku sudah tidak peduli, sambil mengusap air mata yang terus berjatuhan kukemasi semua bajuku dan baju anak-anak."Dek Minah, apakah tidak dipikirkan lagi kalau mau pergi dari rumah ini? Dek Minah mau tinggal di mana?" tanya Mbak Desi mendadak sangat perhatian padaku."Nggak papa Mbak, aku nanti ngontrak. Aku mau pergi ke Jakarta saja," kataku."Pergi ke Jakarta dengan dua anak? Apakah kamu bisa,Dek?" tanya Mbak Desi memasang muka yang sedih."Insya Allah bisa Mbak. Daripada aku di sini bertemu dengan Mas Dani dan istri tuanya. Mas Dani bahkan melupakan kedua anaknya. Aku tuh gak punya apa-apa Mbak. Justru Mas Dani jalan-jalan dengan wanita itu," ujarku."Sebenarnya aku tuh tidak mau tinggal di sini. Adikku pengen belikan aku rumah tapi karena uangnya dibawa Mas Dani, terpaksa aku tinggal di sini.""Dek, Maafkan Mbak Desi ya. Aku kepengen kamu tetap di sinI. Dani ya begitu itu sifatnya. Sebentar lagi kan Tini pergi berangkat lagi ke luar
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-26
Baca selengkapnya

Bab 25. Mas Dani Marah

“Kamu kan punya anak bayi. Kenapa kamu mau kerja. Waktu itu aku menawari kamu untuk bekerja di luar negeri tapi kamu menolak sekarang kamu menginginkan kerja di luar negeri, apa sebenarnya yang kamu mau?” tanya Mas Dani dengan mata yang mendelik.“Ya, aku tidak mau seperti ini Mas. Aku pengen punya rumah sendiri, pengen punya sesuatu. Lagian kamu juga jarang bekerja,” sahutku membela diri. “Terus anak kamu siapa yang akan merawatnya. Kamu itu masih menjadi istriku loh. Kamu harus nurut sama aku. Aku masih sanggup untuk memberi makan kamu Dek,” tegas Mas Dani. “Buktinya ini aku memberikan kamu uang 500 ribu.” “ Tapi ini uang tidak halal kan Mas?” “Apa maksudmu dengan uang tidak halal. Ini aku bekerja,” jawab Mas Dani dengan melotot. “Iya kamu bekerja tapi kamu nginep di rumah istri pertamamu. Kata kamu sudah tidak cinta dengan Tini tapi nyatanya kamu tidur di sana. Makan dan sebagainya pasti ini uang pemberian dari wanita itu kan? Kata kamu memilihku mengapa kamu masih bal
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-28
Baca selengkapnya

Bab 26. Pergi Dari Rumah

Mas Dani pergi lagi setelah memberikan uang kepadaku 5 lembar uang 100an. Itu pun aku sudah membelanjakan untuk belanja di dapur dan jajan. Mbak Desi yang tadinya minta maaf kepadaku sudah lupa dengan apa yang dibicarakan. Bahkan dia sengaja tidak belanja agar aku belanja kebutuhan dapur serta sabun dan peralatan kamar mandi lainnya. Bahkan Dimas juga tambah menunjukkan sikap memerintah kepadaku. Dia mengambil makanan untuk Arsyad. Ancaman Mas Dani agar aku tidak bekerja tempatnya Bu Tati aku laksanakan. Pada saat itu aku sudah tidak bekerja lagi di tempatnya Bu Tati. Aku juga takut dengan suaminya yang akan berbuat tidak senonoh kepadaku. Sambil menyusui Zaki duduk di teras rumah Mbak Desi, aku berpikir bagaimana caranya agar aku bisa keluar dari rumah ini. Kalau menurut ego dan emosiku aku pergi tanpa sebab pasti Mas Dani akan marah dan akan mencariku. Aku harus mencari akal atau cara agar aku bisa kerja tempat lain. Aku ingin mempunyai rumah sendiri dan tidak numpang
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-28
Baca selengkapnya

Bab 27. Sampai di Rumah Bulek

Niatku untuk pergi ke Jakarta aku urungkan. Benar saja omongan dari Mbak Mus bahwa kalau aku bekerja ke Jakarta membawa dua anak pasti repot. apalagi Zaki masih kecil lalu bagaimana kalau aku bekerja. Zaki sedikit rewel di dalam bus besar menuju kota R. Pikiranku sedikit galau tapi kalau aku terus bertahan di rumah Mbak Desi aku tidak enak setiap hari dianggap sebagai pembantu apalagi dibilang tetangga yang menganggap aku ini sebagai pelakor dan perebut suami orang. Sudah lama aku tidak ke tempat saudara Ibu yang ada di daerah itu. Beberapa saudara ibuku di sana. Niatnya aku ingin menitipkan kedua anakku di sana. Aku mengharapkan adiknya ibu mau merawat anakku dan aku berangkat bekerja. Dalam perjalanan Arsyad mabuk kendaraan. Dia muntah-muntah di dalam bis. Sedikit kewalahan dengan menjaga dua anak kecil. sementara Zaki tidur lelap dalam gendonganku. Arsyad kemudian tidur sebelahku. Kondektur mencolek lenganku dan menyuruhku untuk membayar biaya ongkos menuju kota R. Aku menyodorka
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-30
Baca selengkapnya

Bab 28. Bulek Tidak Mau

Bulek tidak bisa memberikan keputusan mau merawat kedua anakku. Setelah makan aku merebahkan tubuh penatku di atas dipan kayu yang hanya beralaskan kain kemudian menyusui Zaki sambil tiduran. Aku memikirkan mau pergi ke man? Kerja ke mana. Apakah mampu aku membawa kedua anakku ke Jakarta. Kalau aku titipkan dengan siapa? Seandainya Bulek Sholekah tidak mau merawat kedua anakku. Aku berjanji mulai saat ini tidak akan merepotkan keluargaku lagi. Apapun yang terjadi terhadapku. Mendingan aku bayar orang untuk menjaganya daripada seperti ini. Setelah pergi dari rumah Mbak Desi aku tidak mungkin balik lagi ke tempat itu. Seperti menjilat ludah yang aku buang sendiri. Mending aku kelaparan di luar sana kalau harus menanggung malu. “Itu suamiku sudah datang,Minah. Nanti aku tanyakan kepada dia. Apa aku boleh merawat anak-anakmu. Soalnya masih kecil, Minah. Aku juga banyak kerjaan. Kalau merawat anakmu pasti waktuku habis terus aku sudah tidak bisa bekerja di sawah lagi dan b
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-04
Baca selengkapnya

Bab 29. Pulang Ke Semarang

Malam itu aku menginap untuk sehari di rumah Bu Lek Solehah. Sepertinya Arsyad dan Zaki tidak kerasan. . Aku juga bingung harus melanjutkan bekerja atau balik ke rumah Mbak Desi. Tidak mungkin aku ke rumah itu lagi setelah aku meninggalkan dan berpamit dengan kakak iparku. Walau sebenarnya apa yang terjadi denganku karena keras kepala dan egoisku membuat semua rencanaku gagal. Aku memang masih istri Mas Dani karena dia belum menceraikan aku. Entah mengapa perasaan berdosa dan bersalah tiba-tiba menghinggap apalagi memisahkan kedua anakku dengan ayahnya. “Bu, besok kita pulang kan?” tanya Arsyad padaku. “Besuk kita balik ke Semarang Nak,” kataku sambil membelai rambut anak sulungku. “Balik ke rumah Bude ya?” tanya Arsyad lagi. “Nggak Nak. Ibu mau ngontrak sendiri. Ibu mau kerja.” “Kenapa mau ngontrak sendiri Bu. Arsyad kangen dengan ayah,” kata Arsyad.“Yah, ibu tidak mau numpang terus tempatnya Bude, Nak. Lebih baik kita ngontrak sendiri,” kataku untuk menghibu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-07
Baca selengkapnya

Bab 30. Tinggal di Kontrakan

“Mbak sudah sampai kota tempatmu,” kata kondektur menyenggol pundakku. Aku sedikit tergagap kemudian melihat gapura desa tanda masuk ke kotaku.“Oh ya ya Mas. Tolong barang bawaan saya dong di bagasi,” i kataku. Aku membetulkan selendang untuk menggendong Zaki kemudian membangunkan Arsyad. “Nak, ayo bangun sudah sampai,” kataku menowel pipi Arsyad. Agak sedikit mengantuk dia membuka matanya dan berjalan di depanku. Aku menggunakan tangan kanan untuk menggandeng Arsyad. Dengan perlahan turun. “Hati-hati ya Mbak!” pesan salah satu penumpang. “ Iya Mas,” kataku. Kernet bis segera menurunkan kardus yang berisi makanan yang diberikan oleh bulek Solekhah. Setelah aku turun dan anak-anak serta barang bawaanku. Akhirnya bis meninggalkan jalan raya. Aku menarik nafas sebentar seolah beban ini dada biar segera lenyap. Aku memanggil tukang ojek yang sedang mangkal di tempat itu dan menanyakan alamat temanku Indah yang berada dekat situ. Rencananya untuk sementara aku tingg
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status