Akhirnya aku tidak jadi meminjam mukena pada Septi, dengan mata yang basah ingin menangis. Sampai luar asisten yang usianya sudah agak tua datang menghampiriku. Dia memegang pundakku. "Mbak Minah, ada apa? Mbak Minah adalah tamu kehormatan di rumah ini bahkan Nyonya Veronica juga sudah berpesan untuk melayani Mbak Minah. Maafkan temanku ya, Mbak," ucap wanita itu. "Oh ndak apa-apa, Mbak. Mungkin aku yang terlalu terbawa perasaan. Mudah sedih dan menangis. "Mbak Minah mau perlu apa? Bilang pada saya. Septi itu masih muda mungkin dia belum bisa mengontrol emosinya." Wanita itu tersenyum, aku berusaha menyembunyikan kesedihanku. "Aku mau solat, Mbak. Mau pinjem mukena," ujarku setelah bisa menguasai diri. Tangannya meraih pundakku dan mengajak ke kamar di sebelah dapur. Ya, ada dua kamar kecil yang bersebelahan dengan dapur. Rupanya tiap asisten mempunyai kamar sendiri. Dia mengajaku ke kamarnya. "Silakan masuk, Mbak. Alhamdulillah selama kerja di sini mendapatkan kamar yang cukup
Read more