Share

Bab 107. Undangan Makan Malam

Langsung kumatikan ponselku. Tidak sanggup mendengar suara itu. Dulu suara itu sangat aku rindukan kini ketika mendengar suara itu begitu memuakkan.

Aku menyandarkan punggung pada dinding kamar mandi. Seolah tubuh ini tidak ada tenaganya lagi. Sedikit harapan yang ada kembali musnah. Sebenarnya aku ingin bertanya pada semesta. Apa salahku hingga aku harus terjebak dengan situasi yang sangat rumit seperti ini. Aku pergi ke Jakarta untuk menghindari orang itu. Sudah memblokir namanya dalam kontakku namun nyatanya dia masih saja datang untuk menggangguku. Bisakah aku hidup tenang sekali saja. Tanpa bayang-bayang dia.

Air mataku kembali kembali membasahi pipi. Tidak sanggup rasanya seolah hidup sendiri tidak punya saudara. Dulu waktu aku masih remaja tidak pernah melakukan apa yang dilarang. Juga menjadi anak yang penurut. Namun, kenapa aku harus menerima kejadian seperti ini. Tidak ada teman atau saudara sebagai tempat untuk bercerita.

Untung saja Mpok Ros tidak tahu kalau aku sedang men
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status