Home / Romansa / Unexpected Feeling / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Unexpected Feeling : Chapter 71 - Chapter 80

117 Chapters

Cemburu

"Indira."Indira menghentikan langkahnya mendengar seseorang memanggil namanya, terkejut dengan siapa yang memanggil membuat Indira hanya bisa tersenyum tipis."Apa kabar, Mas? Sendirian?" Indira bertanya untuk kesopnan."Baik, kamu udah lama nggak datang karawitan sama kantin FISIP.""Sibuk, Mas. Mas Seno sendiri sudah lulus?"Pria yang memanggil Indira adalah Seno, pria yang membuat Fajar panas dan cemburu. Padahal Indira sama sekali tidak pernah berduaan dengan Seno, mungkin kecuali sekarang. Menatap sekitar barangkali ada yang membantunya tapi nihil, tidak ada siapapun yang bisa menemani dirinya."Bisa bicara? Sudah lama kita nggak bicara dan bertemu," ajak Seno dengan tatapan memohon.Indira yang tidak pernah bisa menolak orang hanya bisa menganggukkan kepalanya, melamgkahkan kakinya menuju salah satu meja yang berada di tengah. Indira tidak ingin terlalu pojok berbicara dengan Seno, bukan hanya menjaga perasaan Faj
Read more

Kejutan yang Mengejutkan

Pemandangan yang benar-benar mengejutkan, bahkan membuat mereka berdua tidak bisa berkata-kata dan hanya saling menatap satu sama lain. Menggelengkan kepala tidak percaya atas apa yang dilihatnya, sama sekali tidak ada dalam pikiran mereka berdua."Apa yang harus kita lakukan, Kak?" Indira masih setia menatap mereka berdua."Sama sekali diluar prediksi, selama ini mencurigai Dio tapi ternyata..." hembusan napas kasar dikeluarkan Fajar sambil menggelengkan kepalanya.Keheningan menemani mereka berdua, tatapan masih tertuju pada pemandangan yang ada dihadapannya yaitu Lia dan Seno. Indira mencoba mengingat semua yang berhubungan dengan mereka berdua, sejauh ini sama sekali tidak ada gambaran atau kejadian yang bisa membuat mereka berdua terhubung.Seno sendiri sudah tidak pernah terlihat sejak terakhir mereka makan bersama, bahkan Indira dan Widya sudah tidak pernah datang lagi ke tempat karawitan. Alasan utamanya bukan menghindari Seno melainkan me
Read more

Memancing Dalam

"Dia yang mulai duluan," ucap Lia tanpa merasa bersalah.Fajar mengangkat alisnya mendengar pembelaan Lia, genggaman tangan yang Indira lakukan tidak berdampak apapun. Indira hanya bisa berdoa agar Fajar tidak terpancing emosinya, bukan hanya untuk Lia tapi juga dirinya sendiri dan juga Seno yang memilih duduk bersama mereka."Mas, apa menariknya dia? Mas Fajar juga tampan jadi pastinya banyak yang lebih baik daripada dia." Lia mengatakan dengan nada lembutnya.Nada yang biasa dikeluarkan setiap kali berbicara dengan orang lain, terutama pria. Lia akan mengeluarkan nada mendayu-dayu, seakan menggoda lawan jenisnya dan Wahyu adalah salah satu contoh yang masuk dalam nada suara Lia."Siapa? Kamu? Apa kamu akan menjadi wanita murahan? Sayang sekali pendidikan di fakultas dan universitas bagus malah menjadikan kamu wanita murahan." Fajar berkata dengan nada datar "Ilmu kita tidak ada yang kamu terapkan dengan baik? Bagus materi tapi tidak diaplikasika
Read more

Rendah Diri

"Kamu yakin?" Nathali menatap lembut Indira yang hanya diam "Berat loh menghadapi manusia begitu.""Memang, hukum juga nggak akan merubah dia. Lagian tadi hanya gertakan, aku juga nggak tega melakukannya." Indira menyandarkan dirinya di sofa sambil memejamkan matanya."Kamu juga ngapain panggil Revan segala?" Nathali menatap tajam kearah Fajar "Apa yang akan kamu lakukan sekarang dengan melibatkan Revan? Apa dia cuman datang begitu saja atau memang akan menggunakan jasanya untuk membuat Lia sadar dengan hukum?""Lah...kamu bilang lagi sama Revan ya udah bawa aja kesini." Fajar menatap tidak terima atas apa yang Nathali katakan "Masalah itu masih belum dipikirkan biarkan saja dulu Revan, nanti kalau memang dibutuhkan aku akan langsung menghubunginya dan lagipula Indira juga masih dalam keadaan emosi. Sayang, masih sakit?" Fajar mengalihkan pembicaraan dengan membelai pipi Indira perlahan."Kalian pakai rahasiain pernikahan segala, harusnya terbuka
Read more

Mengobati Diri

"Kamu mau magang disini?" Nathali mengulang perkataan Indira yang sekali lagi menganggukkan kepalanya "Fajar tahu? Kita memang akan kerjasama dengan kampus dan kamu tahu kalau disini bakal lebih sibuk, Fajar sudah kasih ijin?""Nanti aku bilang, penting sekarang Mbak Nathali terima dulu. Lagian aku yang mengajukan pertama kali, masa aku nggak boleh?" Indira memberikan tatapan memohon.Nathali mengusap wajahnya pelan sambil menggelengkan kepalanya, tidak lama menghembuskan napas panjangnya saat tatapannya bertemu dengan Indira. Permasalahan kemarin tidak membuat Indira berubah, tapi Nathali tahu jika istri sahabatnya ini tidak mau orang lain khawatir jadi selalu menutupi semuanya. Melihat apa yang dilakukan dan perjuangan Indira membuat Nathali memberikan applause yang tinggi, tidak semua orang bisa melakukannya dan mencoba seakan tidak terjadi apapun."Kamu melakukan untuk mengalihkan pikiran?" tembak Nathali yang seketika Indira terdiam, hembusan napas pa
Read more

Terbuka

"Sayang..."Langkah kaki semakin mendekat, Indira memilih diam dengan tetap fokus pada makanan yang dibelinya. Gerakan tangannya terhenti saat merasakan pelukan dari belakang, melepaskan perlahan dengan meletakkan apa dibawanya terlebih dahulu sebelum membalikkan badannya."Kemana saja tadi?" Fajar membuka suaranya setelah mencium bibir Indira singkat.Indira memutar bola matanya malas "Jangan berlagak nggak tahu! Kakak sudah dapat informasi dari Fanny banyak." Fajar tertawa mendengarnya "Terima kasih sudah khawatir tapi sepertinya kita memang harus bicara." Indira merapikan krah baju Fajar "Kakak mandi dulu lalu makan dan setelahnya kita berbicara.""Baiklah." Fajar melumat singkat bibir Indira sebelum melangkahkan kakinya mengikuti kata-kata Indira.Menghembuskan napas panjang saat menatap punggung Fajar, pria yang memberikan dirinya hukuman dan juga menjadi suaminya sudah banyak berkorban untuk dirinya. Pernikahan mereka masih dirahas
Read more

Magang

"Magang yang diambil hanya tiga dari masing-masing." Indira menatap Winda yang ada disampingnya "Kita ketemu lagi, aku kira kamu nggak akan ikut." Indira hanya tersenyum tipis tidak berniat menjawab pertanyaan Winda "Sandi?" "Kalian berdua?" Sandi menatap mereka berdua tidak percaya "Cuman kita ini?""Aku dengar sama anak S2 cuman nggak tahu siapa. Magang aja pakai di tes kayak mau kerja aja," ucap Winda dengan sedikit keluhan."Biar kita tahu dunia kerja gimana, kalau gini kita tahu gimana interview dan psikotest." Sandi menenangkan Winda, Indira hanya mengangguk tanpa berniat menjawab atau bergabung dengan pembicaraan mereka berdua "Kamu tumben diam? Biasanya berisik, apa karena kita tidak sesuai sama keinginanmu?"Indira mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Sandi yang tampak seperti menuduh "Aku nggak tahu sama maksudmu tentang sesuai keinginan, aku juga nggak seberisik itu. Kita belum saling kenal dan dekat, tapi kamu bisa menilai aku s
Read more

Jurus Rayuan

"Bagaimana magangnya?" tanya Fajar saat sudah selesai dengan rutinitasnya "Adek senang? Udah dibagi partner?"Indira menatap ragu kearah Fajar, berbicara sebenarnya atau menutupi. Pria yang telah menjadi suaminya ini memiliki tingkat cemburu yang tinggi, tapi jika tidak jujur sekarang akan berdampak kedepannya. Indira beranjak dari tempatnya duduk, memegang tangan Fajar dengan membawanya ke ranjang, tatapan penuh selidik diberikan tapi mencoba tidak peduli."Ada apa ini?" tanya Fajar saat Indira duduk di pangkuannya dengan tangan memegang kancing piyama yang Fajar pakai "Ada maksud tertentu?""Kita sudah lama tidak..." Indira menghentikan gerakan tangannya ketika kancing atas dan pertama terbuka "Memang kakak nggak pengen..." mencoba membuka kembali kancing kedua.Indira memasukkan tangannya kedalam piyama, membelai dada Fajar perlahan dengan menatap kedua matanya yang masih memberikan tatapan penuh selidik yang menahan gairah. Indira melihat itu
Read more

Pengenalan Miko

"Kakak!" Indira memukul lengan Fajar pelan ketika melepaskan ciuman mereka "Malu kalau ada yang lihat." "Memang siapa yang lihat? Mereka semua tahu kalau kita sepasang kekasih." Fajar membelai bibir Indira yang sedikit bengkak karena ciumannya, Indira mendengar itu hanya memutar bola matanya malas "Jangan genit sama Miko.""Nggak usah mikir negatif!" Indira memberikan tatapan tajam "Mereka semua tahu aku bisa magang disini karena tes, aku nggak mau mereka mikir Mbak Nathali melakukan kecurangan dengan memasukkan aku.""Mereka nggak akan berani mikir begitu, lagian biro itu juga punyaku jadi aku juga punya andil adik bisa magang.""Aku keluar," ucap Indira mengambil tangan Fajar dengan mencium punggungnya "Jangan ngebut dan satu lagi kalau aku bukan mantan kakak."Melangkahkan kakinya kedalam sekolah kebutuhan khusus, tampak Miko sudah duduk di ruang tunggu membuat Indira melangkah dengan tatapan tidak enak. Miko yang menyadari kehadiran
Read more

Pesona Tidak Terlihat

"Pelan-pelan makannya, Ndre." Miko menegur dengan nada tegasnya "Terima kasih ya."Indira hanya menganggukkan kepalanya, menatap jam yang ada di tangan dengan menghembuskannya pelan. Jadwal kuliahnya memang sore, biasanya Fajar akan menjemput jika tidak ada pekerjaan tambahan. Niatnya hanya makan, tapi berakhir dengan Andre yang bermain terlebih dahulu, beberapa pasang mata menatap kearah mereka bertiga dengan senyum tipis. Makan bersama seperti ini bukan pertama kali dilakukan, Indira belum menceritakan apapun pada Fajar tentang aktivitasnya ini."Andre jarang begini," ucap Miko tiba-tiba tanpa melepaskan pandangan kearah Andre yang menikmati makanannya "Dia selalu murung, kenal kamu beberapa hari seketika sikapnya berubah."Indira memilih tidak menanggapi perkataan Miko, semua kata yang keluar dari bibirnya seketika menjadi hal berbeda. Indira hanya takut masuk kedalam jebakan atau permainan yang saat ini Miko lakukan, bukan berpikir negatif hanya saja b
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status