Share

Rendah Diri

Penulis: nura0484
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kamu yakin?" Nathali menatap lembut Indira yang hanya diam "Berat loh menghadapi manusia begitu."

"Memang, hukum juga nggak akan merubah dia. Lagian tadi hanya gertakan, aku juga nggak tega melakukannya." Indira menyandarkan dirinya di sofa sambil memejamkan matanya.

"Kamu juga ngapain panggil Revan segala?" Nathali menatap tajam kearah Fajar "Apa yang akan kamu lakukan sekarang dengan melibatkan Revan? Apa dia cuman datang begitu saja atau memang akan menggunakan jasanya untuk membuat Lia sadar dengan hukum?"

"Lah...kamu bilang lagi sama Revan ya udah bawa aja kesini." Fajar menatap tidak terima atas apa yang Nathali katakan "Masalah itu masih belum dipikirkan biarkan saja dulu Revan, nanti kalau memang dibutuhkan aku akan langsung menghubunginya dan lagipula Indira juga masih dalam keadaan emosi. Sayang, masih sakit?" Fajar mengalihkan pembicaraan dengan membelai pipi Indira perlahan.

"Kalian pakai rahasiain pernikahan segala, harusnya terbuka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Unexpected Feeling    Mengobati Diri

    "Kamu mau magang disini?" Nathali mengulang perkataan Indira yang sekali lagi menganggukkan kepalanya "Fajar tahu? Kita memang akan kerjasama dengan kampus dan kamu tahu kalau disini bakal lebih sibuk, Fajar sudah kasih ijin?""Nanti aku bilang, penting sekarang Mbak Nathali terima dulu. Lagian aku yang mengajukan pertama kali, masa aku nggak boleh?" Indira memberikan tatapan memohon.Nathali mengusap wajahnya pelan sambil menggelengkan kepalanya, tidak lama menghembuskan napas panjangnya saat tatapannya bertemu dengan Indira. Permasalahan kemarin tidak membuat Indira berubah, tapi Nathali tahu jika istri sahabatnya ini tidak mau orang lain khawatir jadi selalu menutupi semuanya. Melihat apa yang dilakukan dan perjuangan Indira membuat Nathali memberikan applause yang tinggi, tidak semua orang bisa melakukannya dan mencoba seakan tidak terjadi apapun."Kamu melakukan untuk mengalihkan pikiran?" tembak Nathali yang seketika Indira terdiam, hembusan napas pa

  • Unexpected Feeling    Terbuka

    "Sayang..."Langkah kaki semakin mendekat, Indira memilih diam dengan tetap fokus pada makanan yang dibelinya. Gerakan tangannya terhenti saat merasakan pelukan dari belakang, melepaskan perlahan dengan meletakkan apa dibawanya terlebih dahulu sebelum membalikkan badannya."Kemana saja tadi?" Fajar membuka suaranya setelah mencium bibir Indira singkat.Indira memutar bola matanya malas "Jangan berlagak nggak tahu! Kakak sudah dapat informasi dari Fanny banyak." Fajar tertawa mendengarnya "Terima kasih sudah khawatir tapi sepertinya kita memang harus bicara." Indira merapikan krah baju Fajar "Kakak mandi dulu lalu makan dan setelahnya kita berbicara.""Baiklah." Fajar melumat singkat bibir Indira sebelum melangkahkan kakinya mengikuti kata-kata Indira.Menghembuskan napas panjang saat menatap punggung Fajar, pria yang memberikan dirinya hukuman dan juga menjadi suaminya sudah banyak berkorban untuk dirinya. Pernikahan mereka masih dirahas

  • Unexpected Feeling    Magang

    "Magang yang diambil hanya tiga dari masing-masing." Indira menatap Winda yang ada disampingnya "Kita ketemu lagi, aku kira kamu nggak akan ikut." Indira hanya tersenyum tipis tidak berniat menjawab pertanyaan Winda "Sandi?" "Kalian berdua?" Sandi menatap mereka berdua tidak percaya "Cuman kita ini?""Aku dengar sama anak S2 cuman nggak tahu siapa. Magang aja pakai di tes kayak mau kerja aja," ucap Winda dengan sedikit keluhan."Biar kita tahu dunia kerja gimana, kalau gini kita tahu gimana interview dan psikotest." Sandi menenangkan Winda, Indira hanya mengangguk tanpa berniat menjawab atau bergabung dengan pembicaraan mereka berdua "Kamu tumben diam? Biasanya berisik, apa karena kita tidak sesuai sama keinginanmu?"Indira mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Sandi yang tampak seperti menuduh "Aku nggak tahu sama maksudmu tentang sesuai keinginan, aku juga nggak seberisik itu. Kita belum saling kenal dan dekat, tapi kamu bisa menilai aku s

  • Unexpected Feeling    Jurus Rayuan

    "Bagaimana magangnya?" tanya Fajar saat sudah selesai dengan rutinitasnya "Adek senang? Udah dibagi partner?"Indira menatap ragu kearah Fajar, berbicara sebenarnya atau menutupi. Pria yang telah menjadi suaminya ini memiliki tingkat cemburu yang tinggi, tapi jika tidak jujur sekarang akan berdampak kedepannya. Indira beranjak dari tempatnya duduk, memegang tangan Fajar dengan membawanya ke ranjang, tatapan penuh selidik diberikan tapi mencoba tidak peduli."Ada apa ini?" tanya Fajar saat Indira duduk di pangkuannya dengan tangan memegang kancing piyama yang Fajar pakai "Ada maksud tertentu?""Kita sudah lama tidak..." Indira menghentikan gerakan tangannya ketika kancing atas dan pertama terbuka "Memang kakak nggak pengen..." mencoba membuka kembali kancing kedua.Indira memasukkan tangannya kedalam piyama, membelai dada Fajar perlahan dengan menatap kedua matanya yang masih memberikan tatapan penuh selidik yang menahan gairah. Indira melihat itu

  • Unexpected Feeling    Pengenalan Miko

    "Kakak!" Indira memukul lengan Fajar pelan ketika melepaskan ciuman mereka "Malu kalau ada yang lihat." "Memang siapa yang lihat? Mereka semua tahu kalau kita sepasang kekasih." Fajar membelai bibir Indira yang sedikit bengkak karena ciumannya, Indira mendengar itu hanya memutar bola matanya malas "Jangan genit sama Miko.""Nggak usah mikir negatif!" Indira memberikan tatapan tajam "Mereka semua tahu aku bisa magang disini karena tes, aku nggak mau mereka mikir Mbak Nathali melakukan kecurangan dengan memasukkan aku.""Mereka nggak akan berani mikir begitu, lagian biro itu juga punyaku jadi aku juga punya andil adik bisa magang.""Aku keluar," ucap Indira mengambil tangan Fajar dengan mencium punggungnya "Jangan ngebut dan satu lagi kalau aku bukan mantan kakak."Melangkahkan kakinya kedalam sekolah kebutuhan khusus, tampak Miko sudah duduk di ruang tunggu membuat Indira melangkah dengan tatapan tidak enak. Miko yang menyadari kehadiran

  • Unexpected Feeling    Pesona Tidak Terlihat

    "Pelan-pelan makannya, Ndre." Miko menegur dengan nada tegasnya "Terima kasih ya."Indira hanya menganggukkan kepalanya, menatap jam yang ada di tangan dengan menghembuskannya pelan. Jadwal kuliahnya memang sore, biasanya Fajar akan menjemput jika tidak ada pekerjaan tambahan. Niatnya hanya makan, tapi berakhir dengan Andre yang bermain terlebih dahulu, beberapa pasang mata menatap kearah mereka bertiga dengan senyum tipis. Makan bersama seperti ini bukan pertama kali dilakukan, Indira belum menceritakan apapun pada Fajar tentang aktivitasnya ini."Andre jarang begini," ucap Miko tiba-tiba tanpa melepaskan pandangan kearah Andre yang menikmati makanannya "Dia selalu murung, kenal kamu beberapa hari seketika sikapnya berubah."Indira memilih tidak menanggapi perkataan Miko, semua kata yang keluar dari bibirnya seketika menjadi hal berbeda. Indira hanya takut masuk kedalam jebakan atau permainan yang saat ini Miko lakukan, bukan berpikir negatif hanya saja b

  • Unexpected Feeling    Diskusi Tanpa Jatah

    "Sayang, apa nggak lebih baik kita buka tentang pernikahan ini?" Fajar memulai pembicaraan setelah mereka selesai makan."Kenapa kakak tiba-tiba bicara begitu?" Indira memberikan tatapan penuh selidik "Apa ini ada hubungannya sama Mas Miko? Waktu masalah Lia sama Bu Retno nggak ada pembicaraan kearah sana, kenapa sekarang begini? Kakak cemburu? Lagian ya Mas Miko nggak mungkin suka sama aku, Kak. Aku sudah pernah bilang masih banyak cewek yang lebih baik dari aku jadi...""Miko suka sama kamu," potong Fajar langsung, Indira seketika terdiam dan langsung menggelengkan kepalanya "Andre, bagi pria yang sudah memiliki anak otomatis kebahagiaan anaknya lebih penting dibandingkan diri. Kamu bisa masuk kedalam Andre dan dia menerima kamu dengan senang, menganggap kamu sebagai pengganti ibunya.""Mas Miko bilang sama kakak?" Indira masih tidak percaya dengan ucapan Fajar, anggukan Fajar membuat Indira terdiam "Aku salah berarti ikut sama Mas Miko selama ini? Kakak

  • Unexpected Feeling    Kenyataan Masa Lalu

    "Kenapa lagi dia?" bisik Rudi tepat disamping Indira "Nggak kamu kasih jatah?" Indira seketika membelalakkan matanya mendengar pertanyaan Rudi "Pantas." Rudi menganggukkan kepalanya yang semakin membuat Indira kesal dan langsung memukul lengan Rudi "Aww...sadis juga kamu.""Kenapa sih cowok suka banget mikirnya kearah sana?" Indira masih memberikan tatapan kesal pada Rudi.Rudi mengangkat kedua tangannya keatas, memberikan senyum terbaiknya yang tidak berdampak apapun pada Indira. Tatapan Indira pada Rudi semakin tajam, mengalihkan pandangan kearah lain tampak Fajar yang sibuk dengan laptopnya."Memang kalian kenapa?" tanya Rudi pelan dengan mengalihkan pandangan kearah Indira.Indira mengalihkan pandangannya kearah Fajar, hembusan napasnya terdengar keras "Dia marah aku dekat sama cowok yang jadi partner."Rudi menatap tidak percaya "Benaran?" Indira menganggukkan kepalanya "Wow...luar biasa." Rudi menepuk tangannya keras "Baru kali ini

Bab terbaru

  • Unexpected Feeling    Pasangan Tepat

    "Papa belum datang, ma?"Indira menggelengkan kepalanya saat melihat Yudo keluar dari kamarnya dengan mengalihkan pandangan kearah jam yang terpasang di dinding "Satu jam lagi mungkin, sudah kangen?"Yudo menganggukkan kepalanya berjalan mendekati Indira "Papa katanya mau kasih buku baru kalau Yudo nurut omongan mama dan bisa bantu jagain Naila.""Mama sudah bilang sama papa kalau Mas Yudo sudah jadi anak yang baik. Sekarang Mas Yudo harus siap-siap, papa mau ajak makan diluar." Indira memilih meminta Yudo untuk bersiap sedangkan dirinya bersama Naila dengan merapikan penampilan.Indira melihat bibi dengan tas untuk keperluan Naila, Fajar mengajak mereka ke cafe dimana konsepnya sudah berubah. Fajar memberikan tempat untuk anak-anak bermain dan juga buku yang bisa dibaca selama disana, buku yang dibaca harus dengan sepengetahuan karyawan cafe.Suara mobil diluar membuat Indira melangkahkan kakinya keluar dan kalah cepat dengan Yudo yang berla

  • Unexpected Feeling    Hasil Kateterisasi

    "Semua akan baik-baik saja, kak." Indira membelai lengan Fajar pelan "Yudo sudah aman sama bibi, kan? Udah minum susunya?" "Adik nggak usah mikir aneh-aneh, fokus kateter aja sekarang." Fajar merapikan anak rambut Indira perlahan.Indira masuk kedalam pelukan Fajar yang memberikan belaian lembut "Aku baik-baik saja."Perawat membawa Indira kedalam ruangan, memberikan ciuman pada seluruh wajahnya sebelum masuk ke ruang operasi. Fajar bersama dengan orang tua mereka berdua, ditemani Ryan dan Rudi. Duduk dengan bersandar pada tembok, beberapa lantunan doa yang diucapkan untuk keselamatan Indira, Fajar tahu jika tidak akan memakan waktu lama tapi proses sampai sadar itu yang membutuhkan waktu lama."Kamu mending kerja aja," ucap Ahmad menepuk bahu Fajar pelan "Disini ada kita berempat sama Ryan, nggak baik ijin terus."Fajar menatap jam yang ada di tangan, perkataan mertuanya memang benar dimana waktunya kembali kerja. Fajar meminta ijin sam

  • Unexpected Feeling    Adopsi

    "Aku sih nggak masalah, adik gimana? Yakin?" Fajar bertanya sudah ke berapa kali sebelum memutuskan membawa Yudo ke rumah."Yakin," jawab Indira langsung yang menatap Yudo dalam gendongannya."Kakak kasih nama gih." Indira mengalihkan pandangan kearah Fajar yang hanya diam."Apa ini kode adik siap dengan keputusan apapun nanti setelah keteter?" Fajar bertanya hati-hati tanpa menjawab pertanyaan Indira."Kita lihat nanti, kak. Aku mau fokus sama Yudo dan kateter, tapi kalau kateter siapa yang jaga Yudo?"Fajar mengacak rambut Indira pelan "Kita bicara dulu sama keluarga, tapi orang tua kita pasti akan mendukung apapun keputusan kita nantinya, walaupun memberikan pendapat yang berbeda."Indira menganggukkan kepalanya "Kakak setuju adopsi Yudo, kan?" meletakkan Yudo di ranjang secara pelan "Soalnya dari tadi nggak kasih nama lengkap buat Yudo, takutnya kakak nggak setuju dan nanti aku yang kesannya ngebet banget tapi kakak lempeng."

  • Unexpected Feeling    Cucu Kesayangan

    "Eyang udah kangen sama kalian berdua, masa harus nunggu ngemis gini."Indira meringis mendengar kata-kata mertuanya, permintaan eyang agar mereka mendatangi rumahnya sama sekali belum bisa terlaksana dan baru memiliki waktu sekarang, lebih tepatnya Fajar memaksa diri untuk mendatanginya bersama tiga orang lainnya."Ryan yakin mau ikut?" suara mertuanya membuyarkan lamunan Indira."Yakin, bu." "Indira jangan dibuat capek, nanti dirumah eyang ada yang bantu jadi jangan nggak enakan disana." Indira memilih menganggukkan kepalanya "Fany, mbaknya dijaga yang benar jangan buat capek.""Indira nggak papa, bu. Nggak usah khawatir. Ibu tenang aja kita akan baik-baik saja nanti di rumah eyang." Indira memeluk mertunya dari samping agar sedikit tenang."Udah semua? Kita berangkat sekarang." Fajar menatap Indira yang menganggukkan kepalanya.Berpamitan pada orang tua Fajar sebelum akhirnya masuk kedalam mobil dengan Fajar sendiri

  • Unexpected Feeling    Kontrasepsi

    "Wanita dengan segala ketakutannya."Lemparan tissue mengenai wajah Awang diikuti dengan tatapan tajam, mengalihkan pandangan kearah lain dimana tampaknya lebih enak dilihat."Wajar takut! Kalian para pria akan mencari alasan ketika nanti selingkuh, sudah punya anak aja masih bisa di selingkuhi apalagi ini nggak ada anak." "Aku nggak gitu, Nat. Kamu nggak percaya sama aku?" Fajar menggelengkan kepalanya mendengar kalimat yang keluar dari bibir sahabatnya, Nathali."Kita nggak pernah tahu ke depan bagaimana, sekarang kamu bilang nggak tapi besok atau besok-besoknya nggak ada jaminan." "Kamu dukung Indira melakukan itu semua? Kalian sudah saling bicara? Kapan? Kenapa kamu nggak kasih tahu aku?" Fajar menatap penuh selidik pada Nathali "Kamu support aku atau Indira sih?""Nggak usah drama! Nggak penting pertanyaanmu itu, memang kalau aku jawab akan membuat kamu nggak cari solusi? Kalau aku cerita terlebih dahulu pastinya kamu deng

  • Unexpected Feeling    Keputusan Berat

    "Operasi?"Keinginan Indira untuk memberikan anak pada Fajar sudah bulat, mendatangi dokter jantung dan kandungan untuk konsultasi, tanpa sepengetahuan Fajar melakukan beberapa kali pemeriksaan bersama dengan mamanya. Indira melakukan itu semua dengan uang tabungan yang dia dapat dari Fajar tiap bulannya, tidak lupa juga dari bantuan kedua orang tuanya."Operasi apa ini? Jantung?" Indira menganggukkan lalu menggelengkan kepalanya "Terus?""Aku ke dokter sama mama buat konsultasi dan melakukan Ecco macam USG jantung itu, kak. Dokter Markus menyarankan untuk kateter buat lihat dimana letak masalahnya, aku masih cari waktu dan mutusin setelah wisuda jadi karena sudah wisuda aku mau lakuin." Indira menjelaskan dengan sangat singkat."Kenapa nggak bilang? Kapan lakuin itu semua? Bukannya kita sibuk menyelesaikan masalah? Adik juga sibuk ngerjain skripsi, terus uang darimana konsultasi?" Fajar memberikan pertanyaan berturut-turut."Belum sempat

  • Unexpected Feeling    Wisuda

    "Kakak dimana?" Indira menatap sekeliling diantara banyaknya orang yang ada."Sayang," panggil Fajar yang sudah berada di belakang Indira dan secara otomatis membalikkan badan dengan memeluknya erat."Ehm."Indira melepaskan pelukan dari Fajar saat mendengar suara dehaman yang sangat dihafal luar kepala dan langsung mendatangi kedua orang tuanya dengan memeluknya erat."Selamat ya sudah wisuda," ucap Rahayu setelah memberikan ciuman singkat di pipi Indira."Makasih, mama yang nggak pernah berhenti mengomel buat ngingetin aku." Indira kembali memeluk Rahayu erat.Fajar membawa Indira dan orang tuanya ke tempat foto-foto singkat, walaupun nanti setelah ini mereka juga ke studio foto tapi momen disini sangat langka. Ketika dirinya wisuda dulu juga foto disini selain studio, Fajar menyimpan foto mereka berdua di tempat yang strategis."Kita mau ke cafe buat makan-makan?" Ahmad membuka suara setelah selesai sesi foto.

  • Unexpected Feeling    Sahabat Pria

    "Wisnu datang dan minta maaf?" Rudi mengatakan dengan nada tidak percaya "Bagaimana bisa terjadi?""Kita juga nggak tahu, tapi Indira tiba-tiba kasih kata-kata mutiara 'orang nggak pernah sadar sama kelakuannya, lebih suka mencari kesalahan orang lain' macam begitu." Fajar mengatakan dengan tatapan yang tidak lepas dari Indira dimana sedang bersama sahabat-sahabatnya."Indira memang menarik," ucap Awang yang diangguki Fajar "Nggak nyangka kalau kamu bakal jatuh cinta sama dia, aku masih ingat tatapanmu pertama kali dulu."Kenangan itu masih diingat dengan sangat jelas, tatapan pertamanya saat melihat Indira pertama kali pada waktu berbaris, setelah itu tatapannya secara tiba-tiba teralih ketika Indira melamun yang tampak menggemaskan. Setiap mata mereka bertemu Fajar tahu jika Indira ini masih polos, jernih dan tulus. Sejak itu memutuskan memberikan hukuman yang tidak akan pernah disesalinya sama sekali sampai sekarang."Minggu depan wisuda?" Faja

  • Unexpected Feeling    Menjaga Diri

    "Apa memang harus melakukan ini?" tanya Indira memastikan "Apa nggak berlebihan?" "Kalau melihat mereka berdua kayaknya ya," jawab Rudi sedikit ragu."Bukannya Melda hamil sama pria tua? Kenapa sekarang jadinya begini? Aneh nggak sih?" Indira menatap kedua pria yang berada disekitarnya yang hanya diam "Kakak lupa sama yang Melda bilang waktu kita ketemu sama masnya itu." Indira mengalihkan tatapannya pada Fajar yang masih diam."Bisa jadi dengan pria tua, tapi mengambil barang-barang Fajar agar lebih mudah menuduhnya..." Rudi mengatakan dengan tidak yakin.Fajar menggelengkan kepalanya "Melda bukan pembohong, terlepas yang dia lakukan sama aku dan keluarga. Selama kita bersama dia nggak pernah berbohong, dia bicara sebenarnya tapi sepertinya di tengah kebingungannya mereka mengatakan jika bukan pria itu melainkan aku."Terkejut, mereka hanya diam setelah Fajar mengatakan hal yang diluar pikiran mereka semua. Helaan napas dikeluarkan Indi

DMCA.com Protection Status