Home / Romansa / Unexpected Feeling / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Unexpected Feeling : Chapter 1 - Chapter 10

117 Chapters

Orientasi

“Dik, nanti istirahat ketemu saya di ruang kesehatan.” Indira menatap bingung dengan apa yang dilakukan pria itu, pria yang tidak lain seniornya. Mengalihkan kembali pandangan ke depan dan mencoba fokus tapi tetap saja memikirkan perkataan senior tadi, menatap Mita yang berada disampingnya dengan tatapan bingung.“Tadi siapa?” bisik Indira.“Kayaknya senior deh, kamu nanti jangan lupa kesana.” Mita mengatakan tanpa menatap Indira.Materi yang disampaikan berjalan cukup lama, Indira mulai mencatat apa saja yang penting. Mendengarkan semuanya tanpa ada yang terlewatkan, menjelang istirahat tugas diberikan dengan membentuk kelompok berdasarkan absen.“Jangan lupa ke ruang kesehatan,” ucap Mita mengingatkan.“Hampir aja lupa,” ucap Indira sambil memukul keningnya pelan.“Kalian ke kantin?” tanya Lia, salah satu mahasiswi baru sama seperti Indira dan Mira.“Aku yang ke kantin,” jawab Mita.“Kamu?” Lia menatap Indira.“Dipanggil sama senior, kalian ke kantin aja. Aku nitip minum sama roti
Read more

Ditemani

Acara orientasi berlangsung sampai sore, Indira sendiri sudah lumayan lelah dan merindukan ranjangnya. Acara selesai langsung lanjut dengan mengerjakan tugas, Indira sudah benar-benar lelah dan membutuhkan istirahat, beberapa kali mamanya menghubungi tentang keberadaannya dan dijemput jam berapa..Fokus dengan tugas yang dikerjakan, perlahan Indira mulai mengenal beberapa anak itupun juga dari teman-teman satu kelompoknya saja. Indira baru mengetahui dan bertemu dengan anak dari saudara papanya dan itu artinya mereka masih mempunyai hubungan saudara meskipun jauh, hebatnya lagi Indira satu kelompok dan memiliki nomer absen yang tidak terlalu jauh.Tugas yang dikerjakan bersama akhirnya selesai sudah, membagi tugas tentang siapa yang mengeprint dan menjilidnya menjadi satu. Indira sudah menawarkan tapi nyatanya ada yang lebih cepat, akhirnya mereka satu per satu pulang tapi ada juga yang masih bertahan di gazebo untuk saling mengenal satu sama lain.“Dijemput?” tanya Dita, saudara I
Read more

Game

“Game hari ini,” ucap Mita yang duduk disamping Indira “Kemarin kamu dijemput?”“Ya, haduh game aja ini? Moga aku kuat.” Mita menggenggam tangan Indira “Kalau capek istirahat aja, bilang sama senior-senior pasti dikasih.”Melangkah ke halaman belakang perpustakaan, tempat yang digunakan untuk permainan. Indira tidak tahu permainan apa yang akan mereka lakukan, berbicara dengan Mita dan teman-teman yang lain sambil menunggu para senior datang.“Kemarin aku lihat kamu sama Mas Fajar.” Lia membuka suaranya yang diangguki Indira “Kalian dekat?”“Nggak juga, cuman temani aku sampai dijemput.” Indira memberikan jawaban sebenarnya.“Dewasa dia, kriteria aku banget.” Lia mengatakan dengan ekspresi bahagia.Indira saling menatap dengan Mita yang hanya bisa mengangkat bahu, mereka baru mengenal Lia jadi tidak tahu seperti apa dia sebenarnya. Indira sendiri tidak terlalu mengenal Fajar dengan baik, mereka baru bertemu kemarin dan tidak berbeda jauh dengan senior yang lain.“Katanya dia MA,” uca
Read more

Hukuman Aneh

Berjalan bersama dengan Dito ke tempat yang dikatakan Wahyu, Indira jelas bingung alasan memanggil dirinya juga. Tidak memiliki kepentingan sama sekali dengan kegiatan di angkatannya, tidak mau banyak tanya memilih mengikuti kata senior.“Kalian sudah shalat?” tanya Fajar dengan suara datarnya tapi tatapannya mengarah pada Indira.“Belum, mas.” Dito menjawab langsung.“Kalian shalat dulu aja nanti baru kesini,” ucap Wahyu memberikan saran.Indira yang paham dengan tatapan Fajar memilih menganggukkan kepalanya “Dit, kita shalat dulu aja.”Dito hanya bisa menuruti Indira, berjalan kearah musholla. Indira masih bisa mendengar suara Wahyu yang mengejek Fajar, menggelengkan kepalanya agar tidak berpikir negatif.“Disuruh cepat datang begitu sudah datang malah dimarahin, nasib jadi maba begini amat.” Dito menggelengkan kepalanya.Indira menepuk punggung Dito pelan “Makanya besok kalau jadi senior jangan galak-galak sama junior.”Meninggalkan Dito yang ingin memaki dirinya, memilih melakukan
Read more

Diantar Pulang

Balik ke tempat permainan tadi dengan lesu, pikirannya kemana-mana terutama tentang apa yang dikatakan Fajar. Senior yang dengan seenaknya mengajak pacaran tanpa meminta jawaban dan satu lagi tidak bertanya dirinya punya kekasih atau tidak, Indira yakin jika semua ini adalah permainan atau taruhan yang dilakukan seniornya jadi dirinya tidak akan menggunakan perasaan jika keluar sama dia.“In, ngelamun aja.” Sinta menepuk pelan lengan Indira.“Ada kejadian apa?” tanya Indira menatap Sinta yang berada disampingnya.“Mas Wahyu ngasih arahan game selanjutnya.” Sinta menjawab dengan memberi kode agar Indira menatap ke depan.Melakukan apa yang dilakukan Sinta, menatap ke depan dan tidak sengaja tatapannya bertemu dengan Fajar yang sedang berbicara dengan senior-senior wanita. Interaksi mereka sangat baik, bisa dilihat kalau senior wanita yang berada dihadapannya menatap penuh kekaguman, bukan perasaan cinta atau suka.“Lihat apaan?” bisik pria yang ada disamping Indira membuatnya terkejut
Read more

Makan Malam

Perjalanan diisi dengan keheningan diantara mereka berdua, tidak tahu harus memulai bicara apa. Hubungan mereka hanya senior dan junior, tidak lebih dan hukuman yang didapatnya membuat Indira tidak tahu harus melakukan apa.“Kita makan dulu ya, dik.” Fajar membuka suaranya.“Ya, kak. Memang aku bisa nolak?”“Nggak, pintar kalau kamu paham. Kita makan di warung langganan aku nggak masalah?” tanya Fajar hati-hati.“Makan dimana saja yang penting makan, tapi tempatnya bersih dan nggak ada kucing, kan?”“Bersih, memang kenapa kalau ada kucing?”“Trauma sama kucing.” “Kayaknya nggak ada, tapi nggak tahu lagi. Gimana? Masih mau?”“Boleh, tapi nanti jangan malu kalau aku angkat kaki ya?”Fajar menatap tidak percaya mendengar Indira berbicara dengan sangat santai, bagaimana bisa gadis dengan santainya bicara akan mengangkat kaki saat makan. Fajar menggelengkan kepalanya pelan, menatap sekilas pada Indira yang
Read more

Bebas dari Acara

Tidak tahu apa yang dibicarakan Fajar dengan kedua orangtuanya, Indira hanya memberikan surat keterangan dokter jika tidak bisa ikut acara. Wahyu yang menerimanya hanya bisa diam dan tidak mengeluarkan suara apapun, bahkan bertanya pads Indira lebih.“Kamu benar nggak ikut acara itu?” tanya Mita yang diangguki Indira “Aku juga nggak dapat ijin, gimana ya bilangnya?”“Aku nggak tahu.” Indira sama sekali tidak bisa membantu Mita.Indira yang tidak berangkat membuat beberapa teman lainnya melakukan hal yang sama, beberapa kali Indira melihat ekspresi Wahyu takut dengan pemikirannya yang macam-macam tentang dirinya. Setelah mengantarkan ke rumah belum melihat keberadaan Fajar sama sekali, perasaan lega dan penasaran tentang keberadaan Fajar menjadi satu.“Mas Fajar lagi sibuk ngurus masalah RSJ,” ucap Ryan yang tiba-tiba duduk disamping Indira.“Aku nggak cari dia. Kamu kenapa disini?” tanya Indira penasaran.“Besok kita berangkat me
Read more

Kencan?

“Bukannya teman-teman kamu berangkat? Terus ngapain ke kampus? Habis dari kampus kemana?” tanya mama, Nuri.“Mau lihat mereka berangkat, ma. Habis dari kampus mau ke toko buku.”“Sama siapa? Pak Diman dipakai sama Bagas, terus kamu pulangnya gimana?”“Angkot masih banyak, ma. Aku berangkat kalau gitu.”“Seniormu kemarin siapa namanya? Ganteng orangnya, dia suka sama kamu?”“Kak Fajar? Nggak lah, mana mungkin dia naksir aku. Aku berangkat kalau gitu, ma.”Indira mengambil tangan Nuri mencium punggung tangannya, keluar diantar supir keluar menuju kampus, tidak peduli dengan masalah pulang karena sudah janjian dengan Gina, sahabatnya. Perjalanan rumah ke kampus tidak terlalu jauh, hanya saja Indira belum mendapatkan ijin untuk menggunakan kendaraan sendiri. Keadaan fakultasnya sudah mulai ramai, Indira memilih sedikit menjauh karena tidak enak dengan teman-teman yang lain. Bus yang akan mengantarkan mereka semua sudah bera
Read more

Kakak Kelas

Tidak banyak yang tahu tentang hubungan Fajar dan Indira, walaupun banyak yang bertanya-tanya tapi Indira tidak pernah menjawab dengan pasti. Indira hanya menceritakan pada Mita, teman sekolahnya dulu. Ryan, pria itu tetangga Fajar jadi tahu banyak tentang hubungan mereka berdua dan tidak masuk kedalam hitungan.Indira tidak pernah tahu kalau Fajar selalu berhubungan dengan papanya, Ahmad. Baru tahu ketika mereka jalan pada saat yang lain psycho camp, jalan yang menurut Fajar adalah kencan tapi tidak dengan Indira.“Sebenarnya kamu sendiri sama Mas Fajar gimana?” tanya Mita saat mereka menunggu dosen masuk.“Nggak tahu, gosip-gosip itu membuat aku jaga semuanya.”“Itu kan gosip belum tentu benar.” Mita mengingatkan yang diangguki Indira “Kamu sudah ketemu sama Mas Romi?”“Ah...untung kamu bilang, soalnya Aulia cerewet banget buat aku ketemu sama Mas Romi.”“Jadwal kuliahnya beda jadinya sulit ketemu.” Indira membenarkan perkataa
Read more

Mak Comblang

“Baca apaan sih?” tanya Fajar penasaran.Satu hal yang tidak diketahui anak fakultas adalah Fajar yang sering datang ke rumah Indira setiap selesai jadwal di RSJ atau weekend atau setiap ada waktu luang, kalau ditanya tentang status mereka pastinya akan memberikan jawaban berbeda. Indira masih tidak yakin dengan keseriusan Fajar, tapi berbeda dengan Fajar yang akan menjawab mereka memiliki status asmara.“Mala sama Mas Romi bisa gitu bilang suka barengan,” ucap Indira sambil menggelengkan kepalanya tanpa menatap Fajar.“Maksudnya?” tanya Fajar bingung.Indira mengalihkan pandangan kearah Fajar “Mala sama Mas Romi bilang kalau mereka saling suka satu sama lain, terus tanya kira-kira gimana bisa tahu kalau dia suka. Aku kaget aja kenapa gitu bisa bareng.”“Gimana mereka saling kenal?”“Dua hari lalu Mas Wahyu dan Mas Romi ngajak makan bareng, aku ajak teman-teman yang lain cuman Mala, Lia sama Sinta yang mau ikut....”“Mit
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status