Beranda / Romansa / Unexpected Feeling / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab Unexpected Feeling : Bab 21 - Bab 30

117 Bab

Menghindar

Mendengar pengakuan Fajar harusnya tidak membuat terkejut, tapi tidak tahu kenapa Indira malas bertemu atau membalas pesan atau menerima teleponnya. Memilih menghindar dari Fajar, berangkat sedikit lebih pagi dibanding biasanya. Empat hari sudah Indira melakukannya, beberapa kali Ryan bertanya tapi tidak dihiraukan sama sekali.“Kamu itu kenapa sih?” tanya Ryan dengan wajah kesalnya.“Nggak papa.” Indira menjawab santai.“Kamu lagi hukum Mas Fajar?” tembak Ryan langsung tapi tidak dijawab Indira “Nih...dia hubungi lagi, aku bilang apa.” “Terserah.” Indira berdiri meninggalkan Ryan yang akan mengangkat panggilan dari Fajar, tidak mau mendengar pembicaraan mereka. Tidak tahu harus kemana membuat langkah Indira menuju gazebo, langkahnya terhenti ketika ada yang menjual makanan ringan di pinggir fakultas dan baru disadari.“Kalian bukannya kita satu angkatan?” tanya Indira menatap kedua orang yang duduk bersama penjual.“Y
Baca selengkapnya

Kedekatan Salah Arti

Satu yang hilang dari Indira dalam hidupnya, sudah beberapa hari ini Fajar membatasi diri bertemu dengan dirinya, membuat Indira bertanya-tanya tentang apa yang terjadi. Fajar mengikuti permintaan Indira tidak melibatkan Ryan dalam hubungan mereka, meminta Ryan menjadi mata-matanya. Setidaknya sekarang Ryan sibuk dengan teman-teman cowok, Indira sibuk dengan Dio yang akan menemani dirinya kapan saja.“In, pulang bareng?” tanya Dio yang dijawab Indira dengan menggelengkan kepalanya “Kenapa?”“Aku ada UKM di fakultas budaya sama Winda.” Indira langsung menolaknya.Melangkah kearah Winda yang berbicara dengan Dito dan Mita, melihat kedatangan Indira langsung pergi ke tempat dimana kegiatan mahasiswa dilaksanakan. Indira tidak terlalu dekat dengan Winda, tapi mereka tetap bisa berbicara tentang banyak hal. Menatap ponselnya yang tidak ada pesan atau panggilan dari Fajar, hembusan nafas panjang dengan memasukkan ponselnya didalam tas dan fokus dengan kegiatanny
Baca selengkapnya

Diterima Kerja

Keputusan sudah bulat dan tidak bisa diganggu sama sekali sejak kejadian Seno, keputusan yang membuat Indira menatap tidak enak pada Ryan yang kembali harus menjadi mata-mata Fajar. Semua kegiatan yang dilakukannya pasti Fajar sudah tahu, mencoba untuk berbicara dengan Ryan agar tidak semuanya diberitahukan tidak bisa dilakukan sama sekali.“Yan, aku sama Dio cuman kerja kelompok.” Indira menatap malas pada Ryan “Kak Fajar kasih apa sih sama kamu ampe takut begini?”“Kamu sih kemarin pakai jalan sama Seno, kalau ini aku nggak terbuka bisa-bisa marah dia.”Indira memutar bola matanya malas mendengar kata-kata Ryan “Please jangan kasih tahu.” “Kalau marah nanti aku nggak ikutan.” Indira menganggukkan kepalanya.Dio mengajak ke cafe dekat kampus mengerjakan tugas, berdua hanya berdua tidak ada yang lainnya. Indira tahu jika Dio sangat disukai teman-teman wanitanya, termasuk Lia. Hal yang membuat Indira tidak enak, lebih tepatnya tidak mau m
Baca selengkapnya

Panggilan Dosen

Kabar Fajar mendapatkan pekerjaan baru hanya Indira dan Ryan saja yang tahu, tapi beberapa hari setelahnya senior banyak yang bertanya terutama Wahyu dan Jonathan. Indira sedikit terkejut mereka tahu tentang Fajar secara lengkap.“Bu Retno sensi mulu waktu Mas Fajar bilang keterima kerja.” Jonathan membuka pembicaraan.Indira ditarik Jonathan dan Wahyu untuk makan bersama di kantin fakultas farmasi, tidak ketinggalan Clara dan Sinta yang secara kebetulan sedang bersama dengan Indira. Bukan pertama kalinya makan di fakultas farmasi, bersama dengan Clara selalu mencari suasana makan yang lain.“Jadi benar diterima kerja?” tanya Jonathan yang diangguki Indira.“Kamu nggak takut Mas Fajar macem-macem?” tanya Wahyu.“Kalau macem-macem ya tinggal putus selesai, kenapa memang? Mas Wahyu mau menerima aku?” Indira memberikan tatapan menggoda.“Kagak, cukup sudah drama sama teman kamu itu.”“Lia?” tanya Sinta yang diangguki Wahyu
Baca selengkapnya

Keputusan Berat

Ekspresi Fajar saat datang ke rumah membuat Indira sedikit takut, tidak pernah melihat Fajar dengan ekspresi seperti itu. Indira tahu pastinya dipanggilnya dirinya sama Retno sudah sampai di telinga Fajar, berita tentang itu sudah menyebar ke semua fakultas. Indira tidak bicara apapun bahkan ketika teman-temannya bertanya, tidak ingin membuat suasana menjadi panas.“Kakak kenapa?” tanya Indira ketiga kalinya.“Bu Retno ngapain adik?” Fajar menatap lembut pada Indira saat bertanya tentang kejadian itu.“Nggak diapa-apain.” “Jangan bohong, sayang. Aku tahu gimana Bu Retno lagian Budi cerita semuanya, suara Bu Retno terdengar sampai luar ruangannya.” “Kalau gitu sudah tahu, kan? Jadi aku nggak perlu jawab.” Indira mengatakan dengan santai “Kak, benar aku nggak diapa-apain. Wajar sih Bu Retno kecewa dengan keputusan kakak buat nggak jadi dosen padahal kakak sudah disiapkan untuk itu.”“Semua itu nggak ada hubungan dengan adik, wala
Baca selengkapnya

Tempat Rahasia

Perjalanan yang tidak tahu akan dibawa kemana, Fajar menjemput Indira setelahnya mereka menuju tempat yang dikatakan semalam. Lidahnya gatal ingin bertanya tapi tidak bisa dilakukan sama sekali, menatap Fajar yang serius mengemudi dan kembali menatap keadaan mobil yang telah rapi setelah Indira membereskan barang-barangnya menjadi satu.“Sabar ya, sayang. Kalau lapar tadi aku beli camilan, ada di kursi belakang.” Fajar membuka suaranya.Indira menggelengkan kepalanya, mengambil botol air mineral yang berada disampingnya, botol yang selalu disiapkan Indira dan akhirnya Fajar mengikutinya. Kebiasaan Indira yang senang meminum air mineral membuat Fajar menyiapkannya, terkadang Indira lupa membawa botol dari rumah.Kendaraan mereka berhenti tidak lama kemudian, Indira menatap sekitar yang membuatnya mengernyitkan dahinya. Fajar memberi kode untuk keluar dari mobil, memilih mengikutinya dengan melangkah pelan, Fajar menggenggam tangan Indira dengan membawanya m
Baca selengkapnya

Sahabat Indira

Keinginan Fajar mengenal sahabat Indira membuatnya mengajak mereka, secara kebetulan Rani sedang libur dan tidak ada jadwal terbang. Fajar ingin mengenal seluruh sahabat Indira, termasuk Dimas yang membuatnya penasaran.“Aku nggak tahu Dimas datang atau nggak.” Indira mengatakan sambil membalas pesan “Lagian kenapa harus sama Dimas?”“Mau tahu aja.” Fajar menjawab santai membuat Indira harus menahan sabar.Fajar mengantarkan ke Indira ke tempat janjian mereka, tempat makan yang menyajikan pizza dimana menjadi makanan kesukaan mereka. Keluar dari kendaraan, mengikuti langkah Indira dari belakang sambil tersenyum kecil. Indira menatap kearahnya dengan menggenggam tangannya untuk mengikuti langkahnya, mereka berdua langsung duduk dihadapan dua gadis yang seusia dengan Indira.“Kak, kalau ini udah kenal Gina. Sebelahnya Rani.” Indira membuka suaranya memperkenalkan mereka.“Fajar.”“Mana Yuni?” tanya Indira penasaran.“Yuni
Baca selengkapnya

Pertengkaran Pertama

“Kamu tengkar?” tanya Ryan saat sudah duduk disamping Indira.“Kenapa? Kak Fajar cerita?” “Nggak juga.” “Lalu? Nggak usah bohong, pasti Kak Fajar cerita.”Ryan menggelengkan kepalanya “Mas Fajar nggak cerita, tapi kelihatan dari ekspresi wajah kalian berdua.”Dosen masuk membuat pembicaraan mereka terhenti, Indira sendiri malas menceritakan semuanya. Sikap Fajar yang seenaknya sendiri membuatnya kesal, tidak mau membebani orang lain walaupun itu adalah pasangan. Pikiran kemana-mana membuat Indira tidak mendengarkan penjelasan dosen sama sekali, bahkan tidak menyadari jika waktunya telah selesai.“Nggak ke kantin?” tanya Ryan yang langsung dijawab dengan gelengan kepala “Kemana?”“Lagi malas.” “Kantin gih, mau ujian juga.”“Lama-lama aku bisa mikir kamu naksir sama aku, Yan.”“Ogah. Aku lebih cinta sama cewekku daripada kamu, kalau sama kamu bisa-bisa langsung ditelan sama Mas Fajar hidup-hid
Baca selengkapnya

Rumah Fajar

“Loh...Indira datang kesini?” Indira langsung mencium punggung tangan Dian “Masuk, Fajar masih di kamarnya dan nggak bilang kamu kesini.”“Kejutan, Bu.” Indira menggaruk kepalanya yang tidak gatal.“Duduk dulu, ibu panggil dia.”Pembicaraan mereka yang di mobil dan ucapan Indira secara spontan langsung membuat Fajar berbicara dengan orang tuanya. Melamar secara langsung dihadapan orang tuanya dan dirinya sendiri, tidak lupa menghubungi kedua orang tuanya setelah lamaran diterima orang tua Indira.“Lagi mandi anaknya.” Dian meletakkan minuman di meja depan Indira “Semalam pasti kaget ya? Fajar nggak pernah begitu sebelumnya, padahal sama sebelumnya lama pacaran tapi nggak ada pembicaraan menikah, kamu yang membuat Fajar bisa kembali seperti sebelumnya.”“Memang Kak Fajar kenapa dulu, Bu?” tanya Indira penasaran.“Diputusin, tapi lengkapnya tanya langsung sama Fajar. Ibu takut salah ngomong, ceritanya lebih lengkap di Fajar tapi tu
Baca selengkapnya

LDR

Suasana diantara mereka berdua berubah, hampir saja mereka melakukan dosa besar jika saja tidak mendengar suara ponsel dan adzan secara bersamaan. Fajar merutuki kebodohannya, tidak jauh berbeda dengan Indira. Saat itu juga Indira memilih keluar dari kamar Fajar menuju kamar Fany, meninggalkan koper Fajar begitu saja. Tidak hanya sampai disitu saat pulang tidak ada yang membuka suara sama sekali, perasaan malu menghampiri mereka berdua ketika membayangkan semuanya.Depan orang tua dan Fanny, baik Fajar maupun Indira bertindak tidak terjadi apapun. Indira memperhatikan apa saja yang kurang dari barang-barang Fajar, bertanya sekilas tanpa berani menatap kedua matanya sampai akhirnya berpamitan pulang.“Dik, maaf kalau tadi aku khilaf.” Fajar memulai pembicaraan.“Aku juga salah, kita berdua larut dalam nafsu. Tidak ada yang salah, kak.” Indira menenangkan Fajar “Asal setelah ini tidak mengulanginya lagi.”“Kakak tetap akan melakukannya, setelah kita
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status