Home / Romansa / Unexpected Feeling / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Unexpected Feeling : Chapter 41 - Chapter 50

117 Chapters

Saingan Baru

Psycho camp, Indira sudah bisa dipastikan tidak ikut dan sebagai gantinya Fajar yang melakukan untuk menggantikannya. Padahal Indira sama sekali tidak pernah membicarakan masalah itu pada Fajar, tapi sepertinya memang keinginan Fajar sendiri.Satu bulan sudah kehadiran anak-anak baru, bagi angkatan Indira mereka menggemaskan dan menjengkelkan disaat bersamaan. Semua karena Dito yang mengatakan jika anak-anak baru tidak mau mencontoh angkatannya yang tidak dekat satu sama lain, perkataan Dito membuat mereka melakukan kedekatan satu sama lain sejak orientasi.“Semua karena Dito memang.” Mala mengatakan penuh emosi “Oh ya, Nia gimana?” menatap Indira yang hanya mengangkat bahu “Dia juga ngapain dengerin kata-kata tu cewek.”“Udah, aku mau kelas.” Indira berdiri meninggalkan Mala yang masih emosi.Melangkahkan kakinya ke kelas Psikologi Industri, sudah tidak bisa bersama dengan teman-temannya yang lain karena sudah mulai dibagi dengan fokus mereka. In
Read more

Perubahan Emosi

Saat ini yang ingin Indira lakukan adalah memukul Wahyu, melihat perubahan ekspresi wajah Fajar sudah mulai tampak menahan emosi. Memberi kode pada Wahyu untuk meninggalkan mereka berdua, tapi tampaknya Wahyu seakan tidak peduli dengan mengajak Fajar berbicara tentang hal lain yang mereka akan lakukan. Indira yang melihat itu memilih meninggalkan mereka menuju salah satu stand yang ada di kantin membeli minuman untuk mereka bertiga, langkahnya terhenti ketika Fariz memanggilnya Dan membuat Indira melangkah kearahnya.“Masalah yang surat itu.....”“Aku minta maaf, nggak bisa membalas perasaanmu.” Indira langsung memotong kata-kata Fariz.“Aku paham.” Fariz tersenyum kecil “Lagian aku pasti kalah jauh dibandingkan Mas Fajar.”Memilih tidak menjawab dan langsung berpamitan untuk kembali ke tempat dimana Fajar dan Wahyu berbicara, bergabung bersama dengan mereka berdua sambil memainkan ponselnya. Pesanan yang dipesannya datang tapi tidak men
Read more

Gangguan Lagi

“Sayang, ada yang mau ketemu.” Indira menatap bingung kearah mamanya, Nuri. Menatap jam yang ada di dinding dengan tatapan tanda tanya, membuka ponselnya barangkali ada yang dilupakan, tapi tidak ada satupun pesan yang masuk bahkan termasuk Dio.“Memang siapa, ma?” tanya Indira akhirnya.“Melda, kekasihnya Fajar katanya. Memang Fajar punya pacar? Jangan bilang kalau kamu yang merusak hubungan mereka.” Nuri memberikan tatapan tajam.Indira menggelengkan kepalanya “Masa lalu Kak Fajar.”“Cewek yang Fajar bilang ke papa?” Indira menganggukkan kepalanya “Mau apa dia?” Indira mengangkat bahunya “Mama usir gimana?”“Gimana kalau mama rekam pembicaraan kita?” Indira menatap penuh harap pada Nuri, mamanya.“Boleh, gimana caranya? Memang yakin dia akan berhenti melakukan itu semua?” Nuri menatap penuh keraguan.“Kita belum tahu kalau tidak mencobanya, jadi mama mau?” Nuri langsung menganggukkan kepalanya.Indir
Read more

Lamaran Resmi

“Benar ini lamaran? Padahal baru jadian udah dilamar aja.” Indira menatap kedua kakaknya dengan tatapan tidak enak, Fajar selalu mempunyai kejutan jika berhubungan dengan status mereka berdua. Melda membuat Fajar melakukan ini semua, harusnya Indira meminta untuk menyelesaikan terlebih dahulu, tapi sayangnya Fajar tidak mendengarkan kata-kata Indira.“Keluarga Fajar sudah datang.” Keluar dari kamar dengan melangkahkan kakinya ke ruang tamu dimana keluarga Fajar sudah berada disana, mereka hanya keluarga inti tidak ada yang lain dan semua itu keinginan Indira. Pembicaraan hanya sebatas masalah masa depan Indira yang masih kuliah dan terjadi perdebatan dalam antara Fajar dan papanya yang menginginkan membiayai Indira sampai lulus kuliah.“Biarkan papanya Indira yang melakukannya, sebagai bentuk terakhir membiayai putrinya.” Dian membuka suara membuat Fajar terdiam.“Jadi, maunya kapan ini?” tanya Nuri langsung.“Libur semester In
Read more

Tidak Menyerah

Setelah lamaran komunikasi mereka sedikit berkurang, Indira dengan kesibukannya dan Fajar tidak jauh berbeda. Indira bukan type yang harus memberikan kabar setiap jamnya, tapi setidaknya Fajar tidak lupa mengirim pesan atau menghabiskan waktu dengan berbicara melalui ponsel walaupun tidak selama biasanya.“Lemas banget.” Clara menatap bingung pada Indira “Ryan sama Dio kemana?”“Ryan masih ada kelas, Dio nggak tahu kemana.” Indira menjawab dengan nada malasnya.“Nia sekarang gimana sama kamu?” Clara langsung penasaran tentang masalah Nia dan Indira.“Entah, aku nggak peduli. Selama baik ya aku akan baik, kalau dia mikir jelek ya sudah biarin.” Indira menghembuskan nafas panjangnya seakan sangat lelah.“In, Mas Fajar sulit banget dihubungi.” Wahyu langsung berbicara tentang Fajar membuat Indira memutar bola matanya malas “Kalian nggak putus, kan?”Indira mengangkat kepalanya dan tanpa banyak bicara langsung memukul Wahyu “Bicara i
Read more

Emosi Fajar

“Ujian selesai sudah, sekarang waktunya Bandung.” Indira hanya diam memandang Sinta yang sangat bersemangat, memilih diam ketika merasakan badannya tidak enak. Dapat terlihat dari kejauhan Ryan bersama dengan para pria menata barang-barang, tidak akan memberitahukan pada siapapun tentang kondisi dirinya. Bisa jadi badannya tidak enak karena tugas dan ujian yang bersamaan dan banyak, jam istirahat berkurang dan makan tidak teratur.“Lia mau ikut acara ini tapi begitu tahu kita ikut akhirnya nggak jadi,” ucap Sinta yang duduk disamping Indira “Ketemu Mas Fajar?” Indira hanya menganggukkan kepalanya tanpa berniat membuka suara.Fajar mengirim pesan panjang untuknya, beberapa kali Indira membacanya sampai bosan dan memilih menyetujui semua yang ditulis. Indira baru tahu apa yang dikatakan Fajar pada kedua orang tuanya, tapi dirinya tidak peduli terpenting adalah bisa ikut ke Bandung. Sejauh ini Indira belum melihat keberadaan Retno, dosen yang tidak menyukai
Read more

Sakit di Bandung

Fajar hanya diam menatap Indira yang tidur di ranjang, sepanjang perjalanan menuju Bandung jantungnya berdetak sangat kencang, tidak ada kabar tentang keberadaannya dimana terakhir saling bertukar pesan pada saat berangkat. Ryan, waktu dihubungi mengatakan Indira tidak ikut dengan mereka jalan-jalan, akhirnya membuat Fajar langsung menghubungi Sinta menanyakan keberadaan Indira.“Huh...adik itu keras kepala kalau sudah maunya.”Fajar mengambil ponsel menghubungi Jonathan agar tidak mencari Indira, tidak hanya itu juga bertanya tentang kegiatan mereka besok yang akan dimulai jam berapa. Matanya tidak lepas dari Indira yang tidur dengan damai, baru pertama kali melihat Indira tidur dalam waktu sedekat ini dan seketika membuat Fajar membayangkan tentang pernikahan mereka dimana akan menghabiskan waktu bersama dan setiap hari menatap wajahnya.Menatap jam yang ada di pergelangan tangannya, masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri dan bergabung bersama
Read more

Istirahat Total

“Udah tahu sakit masih aja berangkat, gitu pakai suruh Fajar rahasiain segala.”“Jangan salahin Kak Fajar, Ma. Aku yang minta buat nggak bilang sama mama, kalau mama tahu pastinya bakal marah.”“Mama nggak menyalahkan Fajar, tapi kamu...udah tahu badan tidak enak masih aja nggak bilang, main rahasia-rahasiaan. Fajar hubungi sampai minta maaf nggak bisa jagain kamu dengan benar, padahal kamunya aja yang nggak bisa membedakan. Niat kamu ke Bandung itu buat pendidikan atau hanya mau ketemu Fajar?”Indira memilih diam ketika mamanya mulai ceramah, sudah bisa menebak jika Fajar akan tetap memberi kabar pada mamanya tentang keadaan dia selama disana. Memejamkan matanya agar tidak mendengar suara mamanya yang masih tidak berhenti memarahi dirinya yang tidak jujur tentang keadaan.“Ke dokter sebelah rumah aja.” Indira membuka matanya menatap bingung “Dokter Eka?” Nuri menganggukkan kepalanya “Naik apa? Pak Diman ada?”“Sebelah rumah aja
Read more

Mantan Tidak Menyerah

“Dia nggak akan berhenti kalau dari kamunya menghindar.”Fajar memilih diam, permintaan Indira agar menyelesaikan masa lalunya terlebih dahulu sebelum menikah membuatnya berpikir dalam. Permintaannya memang tidak salah, bagaimanapun Melda pernah menjadi bagian dari hidupnya walaupun pada akhirnya luka yang dia berikan.Pembicaraannya dengan Indira membuat Fajar mendatangi kedua sahabatnya di biro, sebenarnya tidak hanya membicarakan tentang apa yang dikatakan Indira saja tapi juga membicarakan tentang masalah biro dan apa yang harus dilakukan untuk kemajuan biro.“Indira benar buat damai dengan masa lalu, cuman kamunya sendiri gimana? Kamu berdamai tapi sayangnya dia mana mau, keinginan dia adalah melihatmu menderita dan tidak suka jika kamu bahagia, buktinya dia datang waktu kamu sudah sukses begini.” Nathali menatap Fajar dalam.“Aku sendiri belum bisa berdamai sama dia.” Fajar mengakui apa yang dirasakannya “Permintaan Indira memang benar-benar
Read more

Menyelesaikan Masalah

“Mbak, jangan jadi wanita yang mengemis pria deh. Mbak itu jadi wanita harus punya harga diri bukan begini.” Fajar terkejut dengan kata-kata Indira, menatap kearahnya yang tampak datar saat berbicara, tatapannya beralih pada Melda yang juga sama terkejutnya. Indira memutuskan membawa mereka berdua menjauh dari rumahnya, tidak memiliki tujuan membuat Fajar membawa mereka ke restoran cepat saji.“Kamu menuduh aku wanita murahan?” Melda mengatakan dengan nada tidak percaya.Indira mengangkat bahunya “Aku tidak mengatakan seperti itu, tapi semua yang mbak lakukan tidak jauh berbeda dengan mereka. Aku yakin mbak berasal dari keluarga terhormat, masa mau mengemis cinta sama lelaki yang harga dirinya sudah dijatuhkan? Memang mbak nggak bisa dapatin lelaki lain? Aku yakin banyak lelaki diluar sana yang bisa membuat mbak jatuh cinta dan mencintai mbak dengan tulus.”Melda mengangkat sudut bibirnya “Kamu berani juga berbicara begitu, jangan mentang-mentang
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status