“Harusnya Fajar sama wanita yang pintarnya sama bukan kaya dia, coba lihat temannya satu angkatannya si Lia. Dibandingkan wanita yang dipilih Fajar lebih baik Lia, kelebihan Lia yang tidak dimiliki Indira.”Menghentikan langkahnya saat mendengar kata-kata yang diucapkan dosen kesayangan Fajar, Indira tidak tahu siapa yang diajak bicara karena sama sekali tidak ada tanggapan. Sinta yang berada disamping Indira juga tidak mengeluarkan suara sama sekali, mereka hanya saling memandang satu sama lain.“Kamu coba bilang sama Fajar, membuka hati sama wanita lain. Lagian cewek model begitu kenapa dibelain, pasti sekarang besar kepala karena tadi disebut sebagai ucapan terima kasih. Fajar itu pintar, tapi dapat cewek yang sama sekali tidak paham sama psikologi alias bodoh.” “Setidaknya Indira tidak palsu seperti cewek yang ibu sebutkan tadi.” Indira dan Sinta saling menatap satu sama lain, mencoba mengenali suara yang menanggapi dosen kesayangan Fajar. S
Read more