Home / Romansa / Unexpected Feeling / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Unexpected Feeling : Chapter 61 - Chapter 70

117 Chapters

Bertemu Mereka

“Kakak yakin?” Indira memastikan kembali keputusan Fajar untuk bertemu dengan mereka berdua yaitu Melda dan kakaknya, Vian. Pembicaraan mereka di cafe membuat Fajar berpikir panjang, jarak yang memisahkan mereka karena pekerjaan semakin membuat Fajar bisa berpikir dengan tenang, tidak hanya itu Indira sendiri tidak pernah mendesak Fajar sama sekali tentang permintaan maaf kedua orang itu.“Adik sendiri yang bilang kalau untuk saling memaafkan, kenapa sekarang meragukan keputusanku?” Fajar menatap bingung.Indira mengangkat bahunya “Nggak tahu secara kakak kalau punya pendirian itu sulit buat diubah.”“Memang, tapi pengecualian buat adik yang selalu bisa mengubah semua pendirianku.” Fajar mengatakan dengan santai.Indira langsung mencibir kata-kata yang Fajar ucapkan “Nggak usah merayu kali, Kak.”“Jadi kapan mau bertemu mereka?” tanya Fajar menghentikan godaan Indira dan fokus pada pembicaraan mereka.“Tunggu!”
Read more

Selesai?

“Aku memang salah melakukan itu pada Fajar dan keluarga.”Fajar dan Indira seketika menatap Melda yang membuka suaranya, dari tadi hanya diam mendengarkan pembicaraan Vian dengan Indira dan Fajar. “Aku kesal sama Fajar yang tidak pernah mengajak ke tempat mewah padahal teman-temanku setiap kencan selalu ke tempat mewah.” Melda mengatakan lagi alasan dibalik semua itu “Godaan untuk mengkhianati Fajar sangat besar, padahal aku tahu untuk membuat Fajar jatuh cinta tidak mudah.”Indira seketika menatap tidak percaya dengan apa yang di dengarnya, tatapannya beralih pada Fajar yang hanya diam dan mendengarkan setiap kata yang keluar dari bibir Melda.“Aku tergoda dan melakukan hubungan intim dengan pria yang aku kenal di club, kami sudah beberapa kali bertemu. Sosoknya yang dewasa membuat aku terpesona, tidak hanya itu dia juga membelanjakan semua yang aku minta dan sebagai gantinya kita melakukan hubungan intim. Aku sengaja tidak minum obat agar hamil
Read more

Pembicaraan Dalam

“Pindah kesini?”Indira memastikan kabar yang Fajar sampaikan, kepindahan Fajar di pusat sendiri belum ada satu tahun atau mungkin Indira tidak menghitung. “Nggak suka banget aku pindah kesini,” ucap Fajar dengan wajah sedihnya.“Nggak usah drama!” Indira memukul lengan Fajar pelan “Perasaan belum ada setahun kok udah kembali.”“Kayaknya udah deh, tapi memang penempatan awalnya disini. Aku juga bilang kalau masih mau di kota asal dulu, nanti setelah adik lulus baru mau pindah kemana-mana.” Indira membelalakkan matanya mendengar kata pindah “Memang harus?”“Nggak sih, tapi memang lebih enak di pusat. Jenjang karirnya bisa cepat, walaupun kerjanya juga harus cepat.”“Memang kapan pindah kesini?” tanya Indira menyerah.“Minggu depan, semua berkas sudah selesai. Sebenarnya sekarang juga aku udah bisa masuk ke kantor disini, tapi karena Wahyu yang meminta untuk jadi narasumber akhirnya disuruh fokus disini.” Fajar
Read more

Seminar Fajar

“Masa nggak datang acara seminar?” tanya Ryan memberikan tatapan tidak percaya.“Aku nggak bayar, masa mau datang.” Indira memberikan alasan masuk akal.“Udah masuk aja lah, apa susahnya sih.” Clara menatap malas kearah Indira.“Malas.” Kedua orang hanya bisa memutar bola matanya malas, Indira yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya. Memilih tidak peduli dengan kembali menikmati makanan yang ada dihadapannya, saat ini anak-anak dari peminatannya dan peminatan lain sedang bersemangat mengikuti seminar yang diadakan Fajar dan Wahyu bersama dengan perusahaan tempat kerjanya Fajar. Indira sudah tahu apa saja yang akan dibahas, tinggal bersama setiap hari membuat Indira tahu apa yang Fajar kerjakan, belum lagi ketika Fajar meminta Indira mengetikkan sesuatu yang ternyata tidak lain adalah bahan seminar hari ini. Mereka yang semangat tidak lain adalah mereka yang ingin bertemu Fajar untuk bertanya cara lolos di perusahaan BUMN, sebenar
Read more

Dukungan Salah

“Harusnya Fajar sama wanita yang pintarnya sama bukan kaya dia, coba lihat temannya satu angkatannya si Lia. Dibandingkan wanita yang dipilih Fajar lebih baik Lia, kelebihan Lia yang tidak dimiliki Indira.”Menghentikan langkahnya saat mendengar kata-kata yang diucapkan dosen kesayangan Fajar, Indira tidak tahu siapa yang diajak bicara karena sama sekali tidak ada tanggapan. Sinta yang berada disamping Indira juga tidak mengeluarkan suara sama sekali, mereka hanya saling memandang satu sama lain.“Kamu coba bilang sama Fajar, membuka hati sama wanita lain. Lagian cewek model begitu kenapa dibelain, pasti sekarang besar kepala karena tadi disebut sebagai ucapan terima kasih. Fajar itu pintar, tapi dapat cewek yang sama sekali tidak paham sama psikologi alias bodoh.” “Setidaknya Indira tidak palsu seperti cewek yang ibu sebutkan tadi.” Indira dan Sinta saling menatap satu sama lain, mencoba mengenali suara yang menanggapi dosen kesayangan Fajar. S
Read more

Tempat Bersembunyi

“Bagaimana kamu bisa bicara begitu?” tanya Wahyu dengan tatapan tidak percaya.“Memang mas ada disana?” Indira menatap penasaran.“Jonathan narik aku, kami sembunyi lihat apa yang kalian berempat lakukan. Terkejut pas kamu berani bicara begitu, padahal selama ini mahasiswa sini nggak ada yang berani sama beliau karena ancamannya nilai.” Wahyu menjelaskan dan menceritakan bagaimana dirinya tahu.Indira mengusap wajahnya kasar “Dari kemarin aku bicarakan itu sama Kak Fajar.”“Terus Mas Fajar gimana? Santai?” Indira menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan Romi “Mas Fajar pasti tahu apa yang harus dilakukan, nggak mungkin biarin kamu tersiksa apalagi hubungannya sama nilai.”Indira membenarkan kata-kata Romi, kedua seniornya ini memang bisa membuat perasaannya tenang, walaupun harus sembunyi di ruangan BEM. Indira tidak tahu alasan kenapa dirinya bersembunyi, mungkin takut ada orang yang mendengar pembicaraan mereka kemarin.“Ter
Read more

Kenyataan Mengejutkan

“Jadikan Lia pacar?” Indira menganggukkan kepalanya menceritakan apa yang dibicarakan dengan Budi pada Clara, Sinta, Ryan, Dio, Romi dan Wahyu. Mereka seakan menunggu apa yang dibicarakan tadi, pembicaraan mereka lakukan di cafe yang jaraknya sedikit jauh dari kampus jadi tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka tentang Lia. Cafe yang mereka datangi tidak lain adalah cafe yang dibuat Fajar untuk Indira yang akan dipegang nanti setelah lulus kuliah, hal yang sudah Fajar siapkan untuk dirinya setelah nanti lulus agar tidak perlu mencari pekerjaan di tempat lain.“Mas Fajar setuju?” tanya Wahyu.“Nggak! Kalau dia ngelakuin itu artinya dia selingkuh, dia nggak mau menyakiti perasaan wanita gimana-gimana dia punya adik perempuan,” jawab Indira.“Setuju! Aku juga nggak akan melakukan itu.” Romi menganggukkan kepalanya.“Lia nggak hubungi Mas Fajar lewat ponsel gitu?” tanya Clara penasaran.Indira menggelengkan kepalanya “
Read more

Masih Belum Selesai

“Dipanggil Bu Retno.”Tiga kata yang membuat Indira bertanya-tanya, memilih untuk mengirim pesan pada Fajar terlebih dahulu sebelum melangkahkan kakinya ke ruangan dosen. Langkah kakinya semakin dekat, mengetuk pintu dan membukanya yang seketika membuat langkahnya terhenti melihat seseorang disana dengan ekspresi sedihnya. Hembusan napas panjang dikeluarkannya sebelum melangkah kedalam, tahu jika semua ini terjadi setelah apa yang mereka rencanakan beberapa hari lalu.“Tutup pintunya.” Indira tidak mendengarkan dan tetap membiarkan terbuka “Saya bilang tutup pintunya.” Retno berkata dengan nada suara keras.“Maaf, saya tidak akan menutup pintu karena tidak mau ada orang yang memutar balikkan kata. Kalau memang ibu tetap mau berbicara dengan saya akan lebih baik tanpa dia.” Indira berkata dengan nada datar.“Kamu memang memberikan hal negatif pada Fajar.” Indira mengangkat alisnya mendengar kata-kata dosen yang ada dihadapannya “Tanpa men
Read more

Mencari Solusi

“Sayang.” Fajar membelai rambut Indira setelah menghapus sisa air mata yang ada di pipinya, mengetahui apa yang terjadi setelah dirinya pulang kerja. Budi mengajak bertemu dan langsung menceritakan yang terjadi, mendengar cerita Budi membuat Fajar seketika tidak tenang dan langsung memutuskan pulang ke rumah.Pemandangan yang dilihatnya adalah Indira sedang tidur dengan wajahnya yang terdapat bekas air mata, wanita yang telah menjadi istrinya ini tidak akan menceritakan masalahnya dan memilih memendam sendiri. Fajar sebenarnya berusaha membuat Indira lebih terbuka, walaupun hampir berhasil tapi tetap tidak bisa sepenuhnya.“Kakak? Kapan datang?” Indira mengambil ponselnya dan seketika membelalakkan matanya “Udah malam ternyata, kakak mau mandi? Udah makan?”“Adik mau makan apa?” tanya Fajar tidak menjawab pertanyaan Indira.Indira memicingkan matanya mendengar pertanyaan Fajar tentang makanan “Kakak nggak lagi merayu, kan?”Faja
Read more

Kejutan Gilw

"Kakak sudah siap?" Indira memastikan kembali dengan membelai lengannya pelan "Maaf kalau..."Fajar menghentikan kalimat Indira dengan memberikan ciuman singkat, jemarinya bergerak di bibir Indira tanpa melepaskan tatapan pada kedua matanya yang tampak khawatir."Memang harusnya aku selesaikan dari awal, harusnya aku yang minta maaf karena sudah membuat..."Indira menghentikan dengan melakukan hal yang sama, mencium bibir Fajar lembut. Tersenyum lembut, tangannya membelai wajah Fajar pelan dan mendekatkan kembali bibirnya pada rahang Fajar. "Adik mancing ini? Kita ada di cafe loh, Sayang." "Main cepat masa nggak bisa, Kak? Siapa tahu bisa buat Kakak tenang dan bisa..."Fajar membaringkan tubuh Indira di sofa, memperdalam ciuman mereka dengan tangannya berada di bukit kembarnya memberikan remasan pelan. Ciumannya turun menuju leher, memberikan jilatan dan hisapan yang membuat suara desahan terdengar sangat jelas. Berma
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status