Home / Romansa / Unexpected Feeling / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Unexpected Feeling : Chapter 91 - Chapter 100

117 Chapters

Perasaan Tidak Enak

"Gimana keadaanmu?" bisik Shinta yang secara kebetulan duduk disamping Indira "Kamu cuti untung mendekati liburan semester dan sudah selesai ujian, coba kalau belum pasti malas ngulang sendirian." Indira hanya terseyum tipis dan tidak ingin membayangkan semuanya "Tugas sudah dikumpulin?" Indira menganggukkan kepalanya "Memang sudah boleh masuk?" "Cuman KRS ini, sama lihat anak-anak baru. Kuliah juga belum mulai efektif." Indira menjawab santai.Mereka berbicara panjang lebar, menceritakan kejadian yang Indira lewatkan termasuk masuknya kembali Lia. Indira sedikit bersyukur Lia masih diterima teman-teman yang lain, dirinya tidak ingin menjadi orang jahat dengan melarang mereka berteman dengan Lia."Dio sekarang sudah mulai sibuk sama sinemanya," ucap Mita yang tiba-tiba sudah duduk bersama dengan mereka "Dio nggak kasih tahu kamu?" Indira menggelengkan kepalanya "Winda sih yang tahu semua kegiatan Dio, mereka lagi pendekatan katanya.""Baguslah,"
Read more

Kehilangan

"Apa yang terjadi?" Fajar mengangkat kepalanya mendapati Nathali, Awang dan Rudi sudah berada dihadapannya. Fajar menghubungi mereka bukan orang tua mereka ketika Indira masuk kedalam ruangan, dirinya sudah tidak bisa masuk lagi kedalam. Fajar tidak tahu apa yang mereka lakukan, tapi pastinya anak mereka sudah tidak ada."Kamu merahasiakan itu?" Nathali menatap tidak percaya sambil menggelengkan kepalanya "Indira peka dan langsung ke dokter, coba kalau nggak bisa jadi penyakit didalam sana yang nggak akan tahu separah apa nantinya.""Sekarang yang penting Indira sudah ditangani, terus mau kamu apa?" Rudi menatap dalam Fajar yang menelan saliva kasar "Kamu mau meninggalkan dia?" Fajar seketika menggelengkan kepalanya cepat."Lalu? Kamu tahu kalau Indira tidak akan diperbolehkan hamil dan perkataan dokter terjadi yaitu bayi kalian kecil dan Indira lemas selama trimester awal. Hal yang tidak menutup kemungkinan kamu...""Kalian mikir aku se
Read more

Perubahan Sikap

"Aku nggak akan melakukan itu." Fajar mengatakan dengan tegas, walaupun sempat terkejut dengan apa yang Indira katakan "Sayang, aku justru nggak bisa hidup kalau bukan sama adik, adik tahu bagaimana perasaanku ini." Fajar menggenggam tangan Indira yang memilih menundukkan kepalanya "Jangan pernah bicara seperti itu, sayang."Fajar menatap Indira yang hanya diam, melihat sikap dan reaksi Indira seketika membuat jantungnya berdetak semakin kencang. Hembusan napas terdengar yang seketika membuat Fajar siap dengan apa yang akan Indira katakan atau lakukan."Aku gagal jadi ibu? Aku bakal nggak bisa jaga anak kita, aku merasa bersalah karena sudah..."Fajar meletakkan jemari telunjuknya di bibir Indira "Adik sudah sangat baik, adik bahkan bisa merasakan jika sudah tidak ada. Andaikan kita menunggu kontrol pastinya yang akan kesakitan adik, anak kita tahu kalau ibunya hebat."Indira tidak tahu harus mengatakan apa lagi, semua kata-kata yang keluar sama s
Read more

Bulan Madu

"Nggak terlambat ini bulan madu?" Indira mengerucutkan bibirnya mendengar pertanyaan Awang yang menggoda mereka."Nggak usah rese!" Fajaburuanr menatap tajam kearah Awang yang hanya tertawa, tawa Awang terhenti saat Nathali mencubit lengannya "Lagian kita juga belum pernah liburan, kalau syirik cari istri.""Banyak temanku yang belum punya pasangan, barangkali ada yang buat Mas Awang tertarik, langsung serius jangan main-main." Indira mengatakan dengan tatapan menggoda.Awang mendengus keras "Kalau kaya kamu nggak mau, berisik." Fajar melemparkan tissue kearah Awang dengan tatapan tajam, Indira menjulurkan lidahnya yang semakin membuat Awang kesal "Wah...nggak benar ini!" "Kalian mau kemana? Waktu liburan juga nggak lama ini," ucap Nathali menghentikan perdebatan tidak penting."Dekat aja, maunya Bandung tapi takut keinget Indira pas sakit. Indira pengen ke Yogya, mau makan gelato aja." Fajar menjawab dengan tangannya membelai punggung t
Read more

KKN

"KKN kenapa cuman disini aja?" Fajar menatap tidak percaya dengan kertas yang tertempel di mading.Indira memilih tidak komentar atas apa yang dikatakan Fajar, pria yang sudah menyandang status sebagai suaminya secara tiba-tiba menjemput dirinya yang masih ada tugas kelompok sampai malam. Indira memang ada tugas kelompok bersama dengan Dio salah satunya, Dio sendiri sudah berencana mengantarkan pulang karena cukup malam, tapi Fajar tanpa pemberitahuan setelah pulang kerja langsung datang ke kampus."Kapan mulai ini KKNnya?" Fajar mengalihkan pandangan kearah Indira."Besok ketemuan di masjid depannya ekonomi." Fajar menganggukkan kepalanya "Mau pulang sekarang atau nanti?" Fajar menggenggam tangan Indira melangkah keluar dari fakultas menuju tempat parkir mobilnya, pulang dari liburan terdapat perubahan pada diri mereka berdua. Mengenal satu sama lain dibandingkan sebelumnya, tidak hanya itu Fajar menjadi lebih perhatian dan suka memberi kejutan
Read more

Suasana Aneh

"Mereka berdua kenapa?" bisik Rahma yang membuat Indira mengernyitkan dahinya "Faisal sama Nanta." Indira mengangkat bahunya seakan tidak tahu apa-apa.Pernyataan tiba-tiba Faisal pada saat itu, jawaban yang diberikan Ryan pada saat itu membuat Faisal menatap dalam yang hanya dijawab dengan anggukan pelan. Indira tidak tahu bagaimana Ryan bisa menemukan dirinya, tapi kebiasaannya memang sangat mudah dipahami."Hubunganmu sama Mas Fajar gimana? Awet sampai sekarang, kalian nggak pernah tengkar?" Rahma memberikan tatapan selidik."Pasti pernah, tapi masa mau tengkar dihadapan kalian semua." Indira hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya "Kamu udah dapat judul skripsi?"Rahma menggelengkan kepalanya "Belum kepikiran sama sekali, kamu sudah? Pastinya sudah secara kamu kekasihnya Mas Fajar."Indira hanya tersenyum tipis mendengar kata-kata Rahma, bukan pertama kalinya mendengar kalimat tersebut sejak hubungannya dengan Fajar terbuka, dekat
Read more

Perkara Judul

"KKN sudah sekarang tinggal skripsi, sudah dapat judul?" tanya Nathali yang dijawab Indira dengan gelengan kepalanya "Kamu nggak bantuin Indira?" Nathali memberikan tatapan tajam pada Fajar yang tampak santai."Aku yang nggak mau dibantu," ucap Indira yang membela Fajar "Aku nggak mau kelihatan bodoh depan Kak Fajar.""ASTAGA! Kenapa kamu mikir begitu." Nathali menggelengkan kepalanya "Fajar justru senang kalau kamu merepotkan dia, memang kamu keberatan?" "Aku sama sekali nggak keberatan, tapi beginilah Indira yang nggak mau merepotkan aku padahal sudah dibilang buat apa punya suami pintar kalau nggak dimanfaatkan." Fajar mengatakan dengan penuh rasa percaya diri yang seketika mendapatkan cubitan ringan di lengannya "Sakit, sayang.""Aku malu kasih lihat Kak Fajar," sambung Indira yang mengusap lengan Fajar lembut bekas cubitannya "Judulku nggak banget."Fajar menarik tangan Indira, memeluk pinggangnya agar merapat pada dirinya sambil me
Read more

Incaran Pemain

"Kamu diapain sama mereka?" Indira mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Yanto, dosen pembimbing skripsinya."Bapak dengar berita apa?" tanya Indira penasaran."Inget kamu sudah ada Fajar! Jangan tergoda sama Andri, pemain sepakbola itu masa depannya belum atau nggak jelas." Yanto menyarankan sesuatu yang Indira tidak pahami "Eri menikah minggu kemarin, kan? Kamu datang? Fajar yang nemanin?""Datang tapi nggak sama Kak Fajar, memang kenapa?" Yanto mengusap wajahnya kasar "Hadi pasti habis ini marahin aku.""Memang kenapa sih, Pak?" Indira mengeluarkan nada penasaran dengan menyembunyikan kekesalannya."Pelatih mereka bilang kalau Andri suka sama kamu, dia mau ngajak kamu jalan-jalan. Aku yakin kamu menolak, tapi keyakinan itu hilang karena kamu butuh sumber jadi pastinya setuju. Aku nggak mau hubungan kalian hancur karena orang lain." Yanto memberikan nasehat di tengah ketakutannya "Hubungan kalian baik-baik saja?" Indira m
Read more

Ajakan Negatif

Membaca pesan yang didapatnya semalam dengan tidak percaya, beberapa kali sudah membacanya untuk memastikan apa yang dibacanya tidak salah dan beberapa kali pula Indira sudah memastikan jika dirinya tidak salah membaca."Kenapa, sayang?" Indira terkejut mendengar suara Fajar "Kok pucat? Sakit?" Fajar memegang kening Indira dan hanya menggelengkan kepalanya "Nggak panas, ada masalah? Memang habis baca apa di HP?""Kak..." Indira menatap ragu Fajar yang duduk disampingnya "Ehmm...""Apa?" Fajar merapikan rambut Indira yang berantakan."Bekal kakak udah siap, kita sarapan dulu aja." Indira memilih mengalihkan perhatian dan belum ingin membahasnya dengan Fajar yang saat ini diam-diam menghembuskan napas panjang.Beberapa kali Fajar memastikan Indira baik-baik saja, tampaknya hal tersebut disadari Indira yang makan dengan tenang seperti biasanya seakan tidak terjadi apa-apa. Sedikit harapan Fajar tidak mengambil ponselnya dan membuka pesan yan
Read more

Sikap Tegas

"Kakak jangan aneh-aneh nanti," ucap Indira yang sudah ke berapa kali."Udah deh, In! Mas Fajar nggak akan aneh-aneh." Ryan menghentikan kata-kata rayuan Indira yang membuatnya geli "Mas Fajar nggak setega itu hancurin skripsimu."Indira menyandarkan badannya di kursi penumpang, menutup matanya tidak ingin memikirkan apa yang terjadi nanti, lebih tepatnya membiarkan sikap Fajar dan Ryan nantinya. Kecurigaan mereka pada Rahma sejauh ini tidak terbukti, Indira sendiri tidak bisa membayangkan kalau benar adanya, cukup Lia yang sudah membuatnya pusing."Sayang," panggilan dan usapan lembut membangunkan Indira yang langsung menatap sekitar "Kita sudah sampai, Ryan keluar kalau adik mau merapikan penampilan." Fajar merapikan rambut Indira yang berantakan."Kak, nggak bakal aneh-aneh kan? Aku juga nggak balas pesan dia." Indira memberikan tatapan memohon.Fajar menganggukkan kepalanya, senyum keluar dari bibir Indira yang seketika mencium bibir
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status