Home / Romansa / Unexpected Feeling / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Unexpected Feeling : Chapter 101 - Chapter 110

117 Chapters

Trust Issue?

"Kak," panggil Indira yang melihat Fajar masih terdiam "Maaf."Menarik Indira kedalam pelukan dan memeluknya sangat erat, mencium puncak kepala tanpa melepaskan pelukannya seakan takut Indira pergi. Merasakan detak jantung Fajar yang berdetak sangat kencang, tangan Indira yang melingkar hanya bisa menepuk punggungnya pelan."Aku nggak akan kemana-mana, maaf sudah buat kakak begini." Indira mengatakan dalam pelukan Fajar."Aku cuman takut kehilangan adik aja, walaupun aku tahu itu nggak mungkin. Aku percaya sama adik, tapi tidak dengan pria-pria itu." Fajar melepaskan pelukan dengan memegang kedua pipi Indira membuat mereka saling menatap satu sama lain."Lagian aku juga nggak kemana-mana, kakak harus melepaskan trauma itu dan percaya sama aku." Indira menepuk punggung tangan Fajar "Jangan samakan aku dengan Melda, kami berbeda. Lagian mau sampai kapan kakak begini? Aku bisa menyelesaikan masalahku sendiri tanpa bantuan kakak, aku juga terbuka sama
Read more

Sadar Diri

"Kapan kamu akan mengubah diri?" Nathali menggelengkan kepalanya "Aku sudah pernah bilang sebelum kamu memutuskan menikah sama Indira, ketakutan yang berlebihan dan siap dengan semua hal buruk yang akan kamu hadapi saat menikah nanti. Aku tahu kamu cinta sama Indira, berbeda dengan perasaanmu sama Melda. Sayangnya kamu memperlakukan Indira terlalu, padahal Indira nggak melakukan apa-apa dan bisa jaga diri..""Aku percaya sama Indira tapi tidak dengan pria-pria itu," potong Fajar yang memberikan alasannya.Nathali berdecih mendengar alasan yang dikatakan Fajar "Kata-katamu nggak salah, tapi secara nggak langsung kamu itu mengatakan nggak percaya sama Indira. Alasan yang sangat nggak masuk akal, cemburu yang berlebih dan banyak lagi. Kamu bersyukur Indira menerima keadaanmu tanpa protes, mengikuti keinginanmu dan menerima kamu yang masih dihantui masa lalu padahal kita sama Indira bedanya hampir lima tahun. Kamu kalah dewasa dengan Indira yang bisa mengendalikan emos
Read more

Deep Talk

"Kakak kenapa? Aneh begini." Indira bergidik sambil menatap dalam pada Fajar yang hanya diam.Tatapan yang tidak lepas diberikan Indira setelah merasakan perubahan pada diri Fajar, pria yang berstatus sebagai suaminya secara tiba-tiba berubah sikap dan ingin rasanya bertanya tapi tidak tahu mulai darimana dan disamping itu mereka sama-sama sibuk. Sekarang adalah waktu yang tepat mereka berbicara, menghabiskan waktu di rumah pada hari libur dan tidak ada gangguan dari siapapun. "Kak, ada yang salah sama aku?" Fajar menatap sekilas lalu menggelengkan kepalanya "Terus? Tahu nggak kakak itu aneh deh beberapa hari ini, memang kenapa? Nggak mau bicara?""Hanya ingin berubah saja," jawab Fajar santai dengan tangannya membelai kepala Indira pelan "Aku memang harus mengubah sikap biar adik merasa nyaman, menyelesaikan diri memang harus aku lakukan sebagai kepala keluarga. Aku nggak ada masalah jika memang tidak memiliki anak, tapi akan menjadi masalah kalau diting
Read more

Sidqng

Helaan napas keluar dari Indira menatap penampilannya, semalam sampai tadi pagi mengalami kejadian yang tidak enak. Pulang dari kampus bersama dengan Gina memutuskan makan di kantin FISIP terlebih dahulu, tidak berpikir negatif dimana mereka menghabiskan makanan yang sama.Indira meminta Fajar untuk pulang ke rumah orang tuanya, mengambil barang yang akan dibawa pada saat sidang. Masuk kedalam kamar seketika perut Indira tidak bisa dikondisikan dan berakibat harus bolak balik kamar mandi, Fajar hanya membelai rambut Indira perlahan."Aku mengalami gugup dan cemas ini, kak. Stress aku." Indira memejamkan matanya "Bolak balik kamar mandi sampai nggak ada yang dikeluarin.""Tidur aja, mau dipeluk?" Indira langsung menganggukkan kepalanya mendengar kalimat Fajar.Menghela napas kembali saat mengingat kejadian semalam dan beberapa jam sebelumnya, menatap ponsel dimana sahabat-sahabatnya mengirim pesan berupa dukungan. Indira tidak meminta mereka datang
Read more

Teman Lama

"Kenapa, sayang?" Indira memberikan ponselnya pada Fajar yang langsung membacanya, tidak lama Fajar mengangkat alisnya "Bedrest, terus kenapa?""Apa karena makanan yang kita makan sebelum aku sidang di kantin itu?" Indira menerima ponselnya dari tangan Fajar, masih memikirkan apa yang terjadi "Aku jadi merasa bersalah, kak." "Ya kita nggak tahu karena makanan itu atau lainnya, lagian Gina nggak hanya makan itu." Indira menganggukkan kepalanya membenarkan kalimat Fajar "Udah nggak usah mikir, sekarang itu mikirin gimana ke depan. Adik mau lanjut kuliah atau ngurus cafe?" Fajar membelai kepala Indira pelan."Kakak mau kuliah?" Fajar mengernyitkan keningnya mendengar pertanyaan Indira "Kakak kan mau kuliah lagi, aku sudah mau lulus jadi kakak bisa lanjutin kuliah disana.""Memang adik nggak mau kuliah lagi?" Indira menggelengkan kepalanya "Fokus di cafe atau ikut kemana aku pergi?" Indira memberikan tatapan bingung "Ada kemungkinan aku akan pindah
Read more

Sosok Idola

"Keano?" Nathali mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Indira "Bang Keano?" Nathali mengalihkan pandangan kearah Awang yang hanya mengangkat bahunya "Kenapa nggak tanya Fajar sendiri?"Indira seketika mengerucutkan bibirnya "Mau tanya tapi bingung, makanya tanya sama mbak dan mas.""Memang Fajar nggak cerita?" Indira menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan Awang "Kamu nggak tanya?""Belum sempat tanya, mas. Makanya mau tanya kalian berdua dulu, penasaran aja sampai Kak Fajar menjadikan pria bernama Keano sebagai role modelnya." Indira menjawab menatap kedua sahabat Fajar bergantian.Pertemuan mereka kemarin dan pembicaraan mereka membuat Indira sedikit penasaran dengan sosok Keano, Fajar yang terlihat sempurna di mata adik tingkatnya mengidolakan pria lain dan Indira sendiri tidak tahu harus mulai bertanya dari mana. Pertanyaan yang sudah disiapkan seketika terhenti di ujung lidahnya, bibirnya kelu dan akhirnya memilih bertanya pada kedu
Read more

Pernikahan Mantan

"Wajahnya jangan ditekuk nanti mereka mikir kamu nggak move on," bisik Rudi yang masih di dengar Indira dan hanya menggelengkan kepalanya "Sakit, bego!""Makanya kalau ngomong di filter," omel Fajar yang memberikan tatapan tajam."Makanya senyum!" Rudi mengatakan dengan suara menahan kesal "Kasihan Indira yang harus menyaksikan sang suami belum...aku diam!" Rudi memberikan gerakan mengunci mulut dimana Indira hanya bisa menggelengkan kepalanya.Mereka memutuskan mendatangi pernikahan Melda setelah pembicaraan panjang yang tidak hanya mereka berdua tapi juga melibatkan Nathali, Awang dan Rudi. Mereka sama sekali tidak menduga jika Rudi juga mendapatkan undangan yang sama dengan Fajar dan tampaknya beberapa teman masa sekolah juga datang.Indira menggenggam tangan Fajar untuk menenangkannya, memberikan belaian singkat yang secara otomatis tatapan Fajar berganti kearah Indira yang hanya tersenyum tipis."Jangan banyak bicara kalau ketemu sam
Read more

Kenyataan Sebenarnya

"Aku nggak tahu kenapa tiba-tiba Dena hubungi," ucap Rudi menyambut kedatangan Fajar dan Indira untuk ke tempat dimana Dena berada."Dena itu yang ada di nikahan kemarin, bukan? Masuk di kelompok..." Rudi langsung menganggukkan kepalanya "Kakak ada salah sama dia?""Katanya sih mau bicara hal penting tentang masa lalu," jawab Rudi sebelum Fajar menjawab pertanyaan Indira, jawaban Rudi seketika membuat mereka saling menatap satu sama lain "Apa ada kaitannya sama Melda?" tebak Rudi langsung."Mending kakak masuk aja kedalam," suruh Indira dengan Fajar menatapnya langsung "Kakak sendirian pasti bisa."Fajar menggelengkan kepalanya "Adik iku aja, aku nggak bisa menahan emosi nanti."Indira menatap Rudi yang hanya bisa mengangkat bahunya "Kita bilang dulu sama dia, tapi kalau dia nggak mau otomatis kakak hanya bicara berdua." Fajar menganggukkan kepalanya lemah.Masuk kedalam ruangan dimana terdapat Dena yang sedang menatap sekitar, s
Read more

Menjaga Diri

"Apa memang harus melakukan ini?" tanya Indira memastikan "Apa nggak berlebihan?" "Kalau melihat mereka berdua kayaknya ya," jawab Rudi sedikit ragu."Bukannya Melda hamil sama pria tua? Kenapa sekarang jadinya begini? Aneh nggak sih?" Indira menatap kedua pria yang berada disekitarnya yang hanya diam "Kakak lupa sama yang Melda bilang waktu kita ketemu sama masnya itu." Indira mengalihkan tatapannya pada Fajar yang masih diam."Bisa jadi dengan pria tua, tapi mengambil barang-barang Fajar agar lebih mudah menuduhnya..." Rudi mengatakan dengan tidak yakin.Fajar menggelengkan kepalanya "Melda bukan pembohong, terlepas yang dia lakukan sama aku dan keluarga. Selama kita bersama dia nggak pernah berbohong, dia bicara sebenarnya tapi sepertinya di tengah kebingungannya mereka mengatakan jika bukan pria itu melainkan aku."Terkejut, mereka hanya diam setelah Fajar mengatakan hal yang diluar pikiran mereka semua. Helaan napas dikeluarkan Indi
Read more

Sahabat Pria

"Wisnu datang dan minta maaf?" Rudi mengatakan dengan nada tidak percaya "Bagaimana bisa terjadi?""Kita juga nggak tahu, tapi Indira tiba-tiba kasih kata-kata mutiara 'orang nggak pernah sadar sama kelakuannya, lebih suka mencari kesalahan orang lain' macam begitu." Fajar mengatakan dengan tatapan yang tidak lepas dari Indira dimana sedang bersama sahabat-sahabatnya."Indira memang menarik," ucap Awang yang diangguki Fajar "Nggak nyangka kalau kamu bakal jatuh cinta sama dia, aku masih ingat tatapanmu pertama kali dulu."Kenangan itu masih diingat dengan sangat jelas, tatapan pertamanya saat melihat Indira pertama kali pada waktu berbaris, setelah itu tatapannya secara tiba-tiba teralih ketika Indira melamun yang tampak menggemaskan. Setiap mata mereka bertemu Fajar tahu jika Indira ini masih polos, jernih dan tulus. Sejak itu memutuskan memberikan hukuman yang tidak akan pernah disesalinya sama sekali sampai sekarang."Minggu depan wisuda?" Faja
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status