Home / Pernikahan / Pura-Pura Bangkrut / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Pura-Pura Bangkrut: Chapter 11 - Chapter 20

42 Chapters

Bab 11

"Papa sudah mengetahui semuanya? Jadi ini alasan Papa memintaku berpura-pura bangkrut?""Duduklah dulu, Dip. Kalau bicara itu yang tenang."Aku menghela napas gusar. Bisa-bisanya Papa memintaku bersikap tenang setelah mengetahui kejadian yang sebenarnya.Dipta yang bo doh!Mudah sekali diperdaya dan dibohongi oleh orang-orang yang ingin memanfaatkan kondisiku saat itu. Aku yang diserang panik tentu saja tidak bisa berpikir jernih, apalagi mencaritahu tentang alasan meninggalnya Papa Hadi. Setelah mendengar bahwa pria paruh baya tersebut dinyatakan meninggal, aku berpikir bahwa kecelakaan itulah yang menjadi penyebabnya.Sungguh! Aku merasa menjadi orang paling bo doh di muka bumi ini."Papa memang sudah mengetahui semuanya," kata Papa yang membuat emosiku hampir meledak. Bisa-bisanya Papa menyembunyikan hal penting seperti ini dariku. Beruntung Syafa tertidur dan aku meminta asisten rumah tangga di rumah Papa untuk menjaganya agar aku bisa lebih leluasa berbicara dengan pria yang saat
Read more

Bab 12

"Muka kamu kusut begitu? Lagi ada masalah?" Akbar tiba-tiba saja masuk tanpa mengetuk pintu. Aku mendengkus tak suka dengan sikapnya yang satu ini. Main nyelonong seakan aku tidak punya privasi di ruanganku sendiri. "Kalau masuk itu ketuk pintu dulu!" Dia terkekeh. "Sorry, kebiasaan," jawabnya santai sembari duduk di sofa. "Jadi gimana? Mau cerita?" tanyanya lagi. "Maksudmu cerita apa?" kuhela napas berat sembari memijat pelipis yang terasa pening. "Ya ... masalahmu. Siapa tahu aku bisa membantu. Om Darma bilang kamu sudah tahu tentang alasan kematian mertuamu yang sebenarnya. Apa karena masalah itu?" "Jadi kamu juga tahu yang sebenarnya?" Akbar mengangguk. Lagi-lagi aku merasa menjadi orang paling bo doh karena hanya aku yang tidak tahu apa pun tentang hal sepenting itu. "Aku sudah tahu sejak dulu. Tapi kamu jangan marah." Akbar mengangkat kedua tangan. "Aku hanya mengikuti rencana papamu. Lantas bagaimana? Sudah bisa memutuskan langkah apa yang akan kamu ambil ke depannya? A
Read more

Bab 13

"Nyonya Dewi bertemu dengan pria itu di sebuah Resto, Pak. Dan sampai sekarang mereka masih di sana.""Apa mereka hanya berdua?""Betul. Mereka hanya berdua.""Baiklah. Pantau terus mereka.""Siap, Pak."Kuhela napas gusar. Ternyata memang benar Dewi janjian bertemu dengan pria itu. Meski mereka hanya bertemu di Resto, tetap saja Dewi telah membohongiku karena dia sama sekali tidak meminta izin dariku. Dewi. Sepertinya dia mulai nyaman dengan pria bernama Ivan. Karena kalau tidak, ia pasti akan menolak ketika pria itu mengajaknya bertemu, apalagi tanpa sepengetahuan diriku. Tak sadar, tangan ini meremas pakaian yang belum kukenakan. Dewi mulai bermain api dengan memilih membohongiku dan menerima ajakan Ivan. Seharusnya, sebagai wanita bersuami, Dewi bisa menjaga nama baikku dengan tidak bertemu pria lain, apalagi hanya berdua."Mandinya sudah, Mas?"Aku terperanjat. Menoleh, Inaya sudah berdiri di belakangku sembari membawa segelas teh hangat. "Sudah, Sayang.""Kenapa bajunya belu
Read more

Bab 14

"Cukup, Mas! Jangan memukulinya!"Dewi terus berteriak saat aku menghajar Ivan dengan brutal. Ia nampak panik ketika Ivan sudah terkulai tak berdaya, sedangkan aku masih belum berhenti memberi pria itu pelajaran. Aku paling tidak suka jika milikku disentuh orang lain, apalagi mereka hampir saja melakukan perbuatan zina di dalam kamar ini. Beruntung aku cepat datang. Karena kalau tidak, Ivan pasti sudah menikmati tubuh istriku. Ah, membayangkannya saja aku jijik. Dengan tidak tahu malu, Dewi hampir saja menyerahkan diri kepada pria yang bukan suaminya. "Cukup, Pak! Jangan sampai dia mati dan Bapak masuk penjara."Dua orang anak buahku menahan lengan yang hampir saja melayangkan pukulan ke sekian kali. Aku terengah. Mengatur napas yang yang masih memburu akibat emosi yang tak terkendali. "Mas ...."Kutatap nyalang wajah Dewi yang memucat. Dia pasti tidak pernah menduga jika aku akan menyusulnya ke tempat ini. "Jadi ini alasan kamu mengajukan cuti? Bukan untuk beristirahat, melainka
Read more

Bab 15

"Aku sudah menceraikan Dewi, Pa. Dia berselingkuh dariku."Papa bergeming. Matanya tak lepas dari penampilanku yang terlihat berantakan, pun wajahku yang tidak bisa menyembunyikan raut kesedihan. Bagaimanapun keputusan yang aku ambil malam ini adalah keputusan yang sebenarnya tidak pernah aku inginkan. Tidak mudah melepas Dewi begitu saja setelah aku mulai mempunyai rasa padanya. "Aku tidak pernah menduga dia akan tega berbuat seperti itu hanya karena uang," lirihku dengan menunduk. Memijat kepala yang terasa pening setelah kejadian demi kejadian yang mengejutkan hari ini. "Bagaimana rasanya ketika kamu dikhianati?" tanya Papa. Aku mendongak hingga mata kami saling berserobok. "Sangat menyakitkan, bukan? Apakah kamu tidak pernah berpikir, seperti itulah yang dirasakan Inaya ketika kamu membawa Dewi pulang dan mengenalkannya sebagai istri barumu? Coba rasakan hancurnya perasaan Inaya saat suami yang begitu dicintainya ternyata mengkhianati kepercayaan yang ia berikan?" ujarnya meno
Read more

Bab 16

Pov Inaya"Mbak Nay kuat sekali. Kalau aku jadi Mbak Nay, aku akan memilih bercerai dan pergi dari kehidupan Mas Dipta."Mbak Meli mengusap bahuku. Sebagai sesama wanita, ia pasti ikut merasakan kepedihan yang aku rasakan dalam pernikahanku. Jika menuruti kata hati, sudah dari dulu aku memilih pergi dari kehidupan Mas Dipta. Hidup bertiga dengan Syafa dan Ayah akan lebih baik daripada hidup bertiga bersama suami dan adik madu. Namun, aku kembali berpikir ulang. Ayah sudah semakin menua, sedangkan Syafa masih membutuhkan sosok keluarga yang lengkap. Aku tidak ingin egois dengan hanya mementingkan perasaanku sendiri. Jika sampai aku bercerai dari Mas Dipta, Syafa akan kehilangan sosok Ayah dan aku akan kembali menjadi beban bagi Ayah. Aku yang hanya seorang ibu rumah tangga tentu masih bergantung kepada suamiku. Andai suatu saat aku memutuskan berpisah, aku harus mempersiapkan diri, setidaknya memiliki penghasilan agar aku bisa menghidupi diriku sendiri. "Saya tidak punya pilihan se
Read more

Bab 17

"Kamu beneran nyamar jadi sopir taksi online?" Papa tercengang ketika aku menceritakan alasan mengapa seharian ini tidak datang ke kantor. "Iya, Pa. Aku kangen sama Inaya. Dia tidak pernah mengangkat telepon ataupun membalas pesan dariku. Dia tidak memberi kesempatan padaku untuk sekedar bertemu Syafa. Akhirnya aku memutuskan untuk memantau mereka dari kejauhan," paparku setelah mengambil tempat duduk di depan Papa. "Sabar lah, Dip. Inaya masih perlu waktu untuk sendiri. Papa paham, tidak mudah baginya menerima kamu lagi setelah tahu kalau kamu juga mencintai Dewi. Untuk sementara biarkan dia tenang. Papa yakin Inaya tidak akan membiarkan masalah kalian menggantung seperti ini terlalu lama.""Masalahnya aku takut justru dia makin merasa nyaman dengan kehidupannya saat ini, Pa. Sekarang dia sudah bisa hidup mandiri. Dia berpenghasilan, bahkan Inaya sudah menerima tawaran untuk bekerja di cafe milik pria bernama Rama. Kalau sudah seperti itu, Inaya pasti tidak membutuhkan aku lagi!" N
Read more

Bab 18

"Bagaimana kondisinya, Dok?" Aku lekas berdiri ketika mendengar Papa bertanya pada Dokter yang baru saja keluar setelah melakukan pemeriksaan terhadap Dewi. Papa memintaku segera membawa Dewi ke rumah sakit karena takut terjadi sesuatu yang buruk pada mantan istri keduaku itu. Wajah Dewi memang terlihat sangat pucat. Pun dengan tubuhnya yang nampak lebih kurus jika dibandingkan dulu ketika masih menjadi istriku. "Anda keluarganya?" tanya Dokter wanita yang usianya aku perkirakan sepantaran dengan Dewi. "Bukan. Kami yang menemukan dia pingsan dan langsung membawanya ke sini," jawab Papa. Ah, rupanya Papa enggan mengakui Dewi sebagai keluarga, meski hanya sekedar formalitas di depan Dokter tersebut."Pasien mengalami dehidrasi dan karena itulah tubuhnya sangat lemah. Beruntung Anda cepat membawanya ke sini, karena kalau tidak, janin yang berada dalam kandungannya bisa saja tidak terselamatkan.""Janin?" Aku dan Papa tercengang. "Betul. Pasien sedang mengandung. Saya perkirakan usia
Read more

Bab 19

"Jangan pernah berani mengancam putra saya, Nyonya. Atau saya bisa saja melaporkan Anda ke polisi atas tuduhan penipuan. Saya punya bukti rekam medis dari rumah sakit tentang penyebab meninggalnya suami Anda, dan saya juga punya rekaman pembicaraan Anda dengan adik Anda."Papa terlihat mulai emosi. Tentu dia tidak terima karena Mama Hera menggunakan anak yang dikandung Dewi sebagai alat untuk menekanku. Kami sudah tahu siapa Mama Hera dan bagaimana sipatnya yang sebenarnya. Demi uang, dia akan melakukan apa saja, termasuk melakukan hal yang merugikan orang lain. "Keputusan saya tidak bisa diganggu gugat. Bertanggung jawab terhadap anak yang dikandung Dewi tidak harus dengan menikahi. Dipta sudah punya istri. Apakah Anda tidak memikirkan perasaan istrinya sama sekali?" Aku menoleh ke arah Inaya yang menunduk. Hati ini seakan diremas saat mengingat betapa beratnya penderitaan Inaya karena ulahku. Dimulai dengan membawakan adik madu, hatiku yang mulai terbagi, dan sekarang ia harus men
Read more

Bab 20

"Jadi, Mas Dipta sudah bercerai dengan Mbak Dewi?" tanya Pak Warman, pria yang menjabat ketua RT di kompleks tempat tinggal Inaya. Setelah pembicaraan dengan istriku tersebut, aku memilih keluar untuk sekedar mencari udara segar, berharap bisa menenangkan pikiran yang sedang kalut, hingga di sinilah aku sekarang. Duduk di Pos Ronda bersama Pak Warman sambil menikmati segelas kopi juga gorengan yang disuguhkan istrinya. "Iya, Pak. Saya dan Dewi sudah bercerai," jawabku setelah menyimpan gelas yang isinya sudah kosong ke atas nampan. "Maaf kalau saya terkesan kepo. Tapi saya benar-benar penasaran dan ingin bertanya langsung sama Mas Dipta soal kabar yang saya dengar dari beberapa orang warga.""Tanyakan saja, Pak. Saya akan menjawab apa adanya," ujarku mempersilakan. "Saya dengar, sebenarnya Mas Dipta ini orang kaya. Apa itu betul?" Aku terkekeh mendengar pertanyaan Pak Warman. Rupanya kabar tentangku yang berpura-pura bangkrut sudah tersebar di kompleks ini. Aku menebak, pasti si
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status