"Hei, andaikan engkau membantu melepaskan aku, maka akan kuberikan kau banyak hadiah."Lelaki yang diajak bicara hanya terdiam. Matanya menoleh ke arah lain. Ketika Samantha memberi dia tawaran, sepertinya dia tidak tertarik . "Ah, mungkin kau menganggap aku berbohong."Lagi-lagi, lelaki berseragam khaki itu tidak tertarik. Dia hanya diam saja, duduk di sudut ruangan. Kedua tangannya memegang senapan serta menunjukkan keangkuhan dengan senapannya tersebut. Tidak ada lagi perbincangan dalam beberapa saat. Samantha pun sedikit gusar. Namun, dia sadar jika keadaan demikian mengharuskannya berpikir jernih. Kegusaran serta amarah yang ada dalam hati dijaga agar tidak lebih besar. Emosi yang tidak terkendali bisa saja membawa dirinya pada keadaan yang lebih rumit. "Aku lapar," Samantha berharap memperoleh perhatian. "Bolehkah aku meminta makan.""Hei, aku pun belum memperoleh jatah makan. Jadi, diam dan tunggu saja. Lagipula, kami tidak menyediakan makanan untuk seorang tawanan."Samanth
Read more