“Dia kemana sih?” Rianna terdengar mengeluh dengan mata sesekali melirik jam tangan yang melingkari pergelangan tangan kirinya. “Kagak tau, tadi cuman bilang bentar, tapi ini udah lima belas menit,” imbuh Rista pada kalimat Rianna. “Temen-temen dah pada keluar duluan,” keluh Rianna lagi. “Lu telpon deh, Ris.” Rista mengikuti anjuran Rianna dan menelepon sahabat mereka yang sejak tadi meninggalkan mereka entah kemana. “Kagak diangkat,” cetus Rista, lalu mencoba mengulang panggilan. Ia terlihat menunggu. “Sama. Kagak diangkat,” ujarnya. “Duh, kemana sih Rani.” Perempuan yang tengah dibicarakan itu tampak berdiam di balik dinding di luar koridor menuju toilet. Dengan seksama telinganya menangkap ketukan sepatu hak tinggi seseorang di koridor menuju arahnya. “Hai,” sapa Rani --perempuan yang berdiam di balik dinding itu pada seorang perempuan yang keluar dari arah koridor, dengan langkah tergesa dan wajah terlihat gugup dan cemas. “Agh!” pekik tertahan si perempuan. Wajahnya pias
Read more