Semua Bab Pesona Istri Dari Desa: Bab 311 - Bab 320

378 Bab

Brayen Cemburu

Aku bahagia nyatanya sebenarnya aku sakit hati. Monica membuat hidupku hancur seketika. Rasanya aku ingin mengulang waktu bersama dengannya. Baru sekarang terasa semua kebaikan yang ada pada dirinya."Mereka semakin mesra, Tuan," ucap Fahmi asistenku. Aku yang hampir gila ini selalu mencari tahu keberadaanya. Apalagi Aksen kembali ke Indonesia bersama Monica."Bayar salah satu dari mereka untuk menjadi penyusup.""Mereka sangat ketat, Tuan. Tidak mudah untuk menyusup ke mereka. Apa tuan lupa jika Aksen sudah memutus beberapa investasi dengan kita. Aku takut berimbas dengan perusahaan.""Aku tidak peduli Fahmi, yang jelas bayar berkali lipat agar bisa bayar salah satu dari mereka menjadi penyusup." Fahmi terdiam, dia selalu mengikuti kemauanku. Rasanya semua harta ini tak ada artinya melihat Monica baik-baik saja hingga memiliki pasangan tanpa memedulikan perasaanku.Aku tersiksa, sementara Monica begitu terlihat bahagia. Rasanya aku ingin segera menghancurkan kebahagiaannya. Seperti
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-02
Baca selengkapnya

Mantan Meresahkan

Hari yang begitu melelahkan, sepertinya mantan begitu meresahkan hingga ada dimana-mana. Apa dia tidak punya pekerjaan."Kita kemana, Mas?" tanyaku pada Aksen yang sedikit murung di dalam mobil."Kita ke puncak, ya, ada seafood enak di sana.""Aku nurut, Mas."Selama perjalanan kami hanya diam, kami larut dalam pikiran masing-masing. Drama yang terjadi pada kami bukannya berkurang, tetapi semakin bertambah. Abang Brayen sepertinya semakin nekat. Dia begitu meresahkan membuat kami tidak nyaman. Tak berselang lama kami sampai ke puncak, Aksen membawaku ke tempat yang tidak pernah kukunjungi."Aku tidak tahu ternya di sini ada pemandangan yang begitu indah," kataku."Aku tahu dari Ari, sebelum pulang aku menanyakan tempat seafood yang enak."Dia bahkan hafal makanan kesukaanku, meski dia tidak berani makan makanan seperti itu. Memang benar kata orang ketika kedua orang tua restu semuanya terasa begitu mudah. Aku bahkan mulai bucin dengan Aksen. Rasanya bersamanya begitu indah.Makanan y
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-04
Baca selengkapnya

Ternyata ....

Tanpa malu abang Brayen terus menarikku dalam pelukannya. Aksen justru hanya mematung melihat tingkah abang Brayen yang begitu menjijikkan ini. Tak peduli dengan keberadaan Aksen, Brayen terus memaksaku untuk berada di dekapannya."Lepaskan aku tuan Brayen, kamu tidak berhak atas diriku.""Siapa bilang, ha! Kamu harus bersamaku sampai akhir.""Anda sepertinya sudah gila!" Aku kembali berteriak."Aku memang gila!" Nafas kami berburu, aku hampir sesak napas dibuat oleh tangan kekarnya. Dia bahkan mulai kasar. Entah apa yang dipikirkan olehnya."Aku bilang lepas!""Lihat suamimu, dia hanya bisa mematung, suami macam apa itu. Hahaha ...."Ya Allah dia begitu menjijikkan membuatku ingin meludahinya. Suaranya begitu mengejek Aksen, seolah Aksen tidak layak menjadi suamiku. Padahal dia justru lebih tidak layak menjadi suami."Brayen Atmadja, lepaskan istriku!""Hahaha ... kamu laki-laki cemen, Aksen!"Mata Aksen memerah, amarahnya nampak jelas di matanya. Tangannya dikepal, aku justru takut
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-10
Baca selengkapnya

Dilema

Akhirnya bisa napas lega karena kami sampai ke rumah dalam keadaan selamat. Bunda menunggu di depan pintu. Daddy juga demikian bersama abang Shaka yang selalu ada untukku."Kamu baik-baik saja, Nak?" tanya bunda. Ada kepanikan di wajahnya. Aku berusaha agar bunda dan daddy tidak khawatir dengan kejadian yang menimpa kami. Meski begitu aku tidak ingin menyembunyikan masalah apapun dnegan bunda apalagi masalah abang Brayen."Tenryata perang itu belum usai, Bund," balasku."Brayen masih mengintai?" tanya daddy kembali."Iya, Dad."Aksen hanya menyimak, dia juga seperti berfikir keras. Kejadian demi kejadian masih mengintai kami. Walau jujur, aku memang belum sepenuhnya tahu bagaimana cara kerja Aksen ketika mengalami masalah."Tunggu dulu maksudmu apa, Monic?" tanya bunda penasaran."Kami tadi hampir kehilangan nyawa karena ulahnya, Bund.""Maksudmu, Dek?" abang Shaka juga penasaran."Dia menahanku tadi, untung kami bisa keluar.""Astagfirullah, dia juga sempat ingin mengambil Arvian tad
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-12
Baca selengkapnya

Rasanya begitu sakit

Suara Hati AksenSemakin hari semakin kurasakan Monica tidak mencintaiku. Tidak bisa bisa dipungkiri, dia begitu mencintai sang mantan. Abang angkatnya yang telah begitu lama mencuri hatinya. Terasa sakit, meski tak berdarah. Ternyata ketika kamu mencintai melihatnya bahagia adalah anugerah terindah. Namun, ketika melihatnya terluka rasanya sakit, raga ini lelah rasanya ingin menyerah. Aku bergelimang harta, tapi cinta sangat jauh kurasakan. "Apa yang kamu lakukan jika ternyata orang yang kamu perjuangkan setenga mati, tetap saja tidak bisa mencintaimu?" tanyaku pada asisten yang telah lama membersamaiku. "Aku tidak pernah jatuh cinta, Tuan," ucapnya polos. "Kamu harus jatuh cinta biar tahu rasanya.""Kalau hanya untuk terluka lebih baik aku begini saja.""Dia begitu istimewa. ""Tidak ada yang istimewa jika dia tidak menghargai perasaan tuan." Diih, ini asisten bikin tensi naik saja."Kita berhak bahagia, dia pun juga berhak bahagia. Mungkik jodohnya bukan untuk tuan.""Tapi aku
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-20
Baca selengkapnya

Iya, Aku janda itu.

Aksen pergi begitu saja, aku seperti tersadar dari mimpi jika Aksen tidak ingin bersamaku lagi. Dia bahkan tak menolehku ketika berangkat.Sementara bunda hanya melihatku tanpa banyak kata. Semakin menambah deretan kesalahan yang telah kulakukan. Aku memang salah dan pantas untuk diperlakukan seperti ini."Bund ....""Makan itu cintamu pada Brayen, bunda tidak mau ikut campur lagi dengan segala urusanmu.""Bunda ....""Kamu bahkan menipu kami sebagai orang tua, lima tahun apa tidak cukup kamu menderita karena laki-laki yang bahkan ikut menyakiti hati daddymu yang merawatnya sejak kecil."Rasanya begitu sesak mendengarnya. Bunda saja tidak memedulikanku lagi. Iya, karena aku tidak belajar dari kesalahan. Harusnya aku sadar Brayen itu harusnya dibuang tanpa menyakiti Aksen yang begitu baik menerimaku yang janda ini.Daddy tak berbicara sedikit pun, daddy langsung masuk ke kamar. Ya Allah rasanya sakit melihat daddy semarah itu. Aksen begitu berarti di hati mereka."Bunda ... maafkan Mo
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-23
Baca selengkapnya

Rindu ini menyiksa

Arvian sepanjang jalan hanya diam, ini yang kutakuti. Dia mengetahui istilah yang belum seharusnya dia ketahui. Harusnya anak tidak perlu tahu bagaimana masalah orang dewasa. Karena masa emas anak seperti Arvian yang dia tahu bagaimana bahagia. "Apa itu janda, Bund?" tanya Arvian. Akhirnya keluar juga pertanyaan yang aku takutkan. Iya, dia pasti mendengar istilah tadi."Janda itu ...." Rasanya berat, tapi aku harus berkata sebenarnya."Apa Bund?" Arvian masih penasaran."Janda itu wanita atau seorang istri yang sudah berpisah dengan suaminya." "Kenapa dia bilang ke bunda?" tanyanya lagi."Bunda sudah berpisah dengan ayahmu lima tahun yang lalu, Nak." Hening. Meski aku tidak tahu apa yang ada dipikiran Arvian. Cepat atau lambat seiring tumbuh kembangnya banyak hal yang akan dia pahami."Mengapa mereka menghina bunda? Bukannya bunda sudah ada daddy?" tanya Arvian lagi.Cukup lama aku menarik napas agar tidak salah memberi jawaban. "Mengapa, Bun?" Arvian kembali mempertegas."Itu bia
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-24
Baca selengkapnya

Tak Disangka

Brayen?!Sontak kami berteriak. Brayen langsung memeluk Arvian yang berada didepannya. Seperti layaknya seorang ayah yang begitu merindukan anaknya. Sementara kami masih mematung tak percaya."Apa kamu tidak merindukan ayah, Arvian?" tanya abang Brayen begitu tulus.Bukannya simpati, Arvian justru takut melihat ayahnya yang mendadak memeluknya. "Apa kamu sudah gila anak durhaka!" teriak bunda secara spontan. Jangankan bunda kami semua seperti patung tak percaya. "Pergi kamu!" bunda lagi berteriak. Suasana tegang, Arvian langsung memelukku ketakutan. "Kenapa dia bisa masuk kesini!" daddy tak kalah berteriaknya. Suasana yang haru kini seperti berada di medan perang.Abang Brayen hanya duduk tak ada pergerakan. Layaknya anak kecil yang sedang meminta maaf, dia duduk bersimpuh di hadapan bunda dan daddy."Aku gila, Bun!""Aku sangat gila!"Dia menangis sambil duduk. Kami tak habis pikir dia berani masuk ke rumah ini. Menangis? Rasanya sangat tidak masuk akal dia berubah seperti ini."
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-29
Baca selengkapnya

Ternyata ada maunya

Hanya karena dia pernah menjadi yang pertama, bukan berarti akan selamanya dinanti. ~Ummi_SalmiahAksen berdiri menatap kami, suasana kembali mendingin sejenak meski abang Brayen tetap pada posisinya. Dia tetap bertahan agar bisa menyakinkan kami."Untuk apa Aksen? Kamu percaya dengan pembohong ini?!" tanya daddy dengan tegas. Raut amarah daddy jangan ditanya."Aksen hanya berusaha menyakinkan diri, dia datang ke kantor meminta padaku agar bisa bicara ke Monica -- cinta pertamanya."Semua sontak menatapku dengan tatapan aneh."Sebelum janur kuning, setidaknya aku sudah berusaha untuk kembali ke Monica, Dad," ucap abang Brayen."Kamu memang yang pertama mencuri hatiku, tapi itu dulu. Saat ini aku hanya mau menjadi istri Aksen Andara." Kupandang wajah Aksen mencari jawaban di wajahnya. Namun, sayang begitu datar tanpa bisa aku temukan maknanya. Apakah Aksen berubah? Aku merasa dia seolah tak peduli lagi denganku."Selamanya kamu hanya mencintaiku, Monica. Aku tahu itu!" abang Brayen ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-30
Baca selengkapnya

Rasa Bersalah

"Menurut abang bagaimana?" tanya Nina yang sedang berduaan dengan Reza--suaminya di kamar. "Bagaimana apa sayang?" tanya Reza yang sedang menyisir rambut istrinya. Sebelum istirahat mereka selalu seperti pengantin baru, bercerita tentang apa yang terjadi hari ini. Reza selalu menumbuhkan cinta meski usia mereka semakin tua. Nina juga sesekali memijit suaminya yang masih produktif memantau perusahaannya."Brayen ...." Suara Nina terputus karena Reza begitu sensitif dengan Brayen."Kita sebagai orang tua tak perlu melangkah lebih jauh, sayang. Namun, ketika alarm bahaya berbunyi, kita garda terdepan untuk anak-anak kita."Reza sepertinya sudah melupakan semua sikap Brayen. Reza hanya ingin menjadi orang tua dan suami yang terbaik bagi anak dan istrinya. Masalah Brayen dia sudah tak ingin membahasnya lagi. Bahkan dia sudah memberi maaf, meski tak bisa bersamanya lagi. Penghianatan Brayen bagi Reza sungguh diluar batas kewajaran."Aku trauma, Sayang," balas Nina. Iya, Nina tak ingin Mon
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-31
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
3031323334
...
38
DMCA.com Protection Status