Share

Mantan Meresahkan

Penulis: Ummi Salmiah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-04 00:00:23

Hari yang begitu melelahkan, sepertinya mantan begitu meresahkan hingga ada dimana-mana. Apa dia tidak punya pekerjaan.

"Kita kemana, Mas?" tanyaku pada Aksen yang sedikit murung di dalam mobil.

"Kita ke puncak, ya, ada seafood enak di sana."

"Aku nurut, Mas."

Selama perjalanan kami hanya diam, kami larut dalam pikiran masing-masing. Drama yang terjadi pada kami bukannya berkurang, tetapi semakin bertambah. Abang Brayen sepertinya semakin nekat. Dia begitu meresahkan membuat kami tidak nyaman.

Tak berselang lama kami sampai ke puncak, Aksen membawaku ke tempat yang tidak pernah kukunjungi.

"Aku tidak tahu ternya di sini ada pemandangan yang begitu indah," kataku.

"Aku tahu dari Ari, sebelum pulang aku menanyakan tempat seafood yang enak."

Dia bahkan hafal makanan kesukaanku, meski dia tidak berani makan makanan seperti itu. Memang benar kata orang ketika kedua orang tua restu semuanya terasa begitu mudah. Aku bahkan mulai bucin dengan Aksen. Rasanya bersamanya begitu indah.

Makanan y
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Art
Seru sekali, Thor.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pesona Istri Dari Desa   Ternyata ....

    Tanpa malu abang Brayen terus menarikku dalam pelukannya. Aksen justru hanya mematung melihat tingkah abang Brayen yang begitu menjijikkan ini. Tak peduli dengan keberadaan Aksen, Brayen terus memaksaku untuk berada di dekapannya."Lepaskan aku tuan Brayen, kamu tidak berhak atas diriku.""Siapa bilang, ha! Kamu harus bersamaku sampai akhir.""Anda sepertinya sudah gila!" Aku kembali berteriak."Aku memang gila!" Nafas kami berburu, aku hampir sesak napas dibuat oleh tangan kekarnya. Dia bahkan mulai kasar. Entah apa yang dipikirkan olehnya."Aku bilang lepas!""Lihat suamimu, dia hanya bisa mematung, suami macam apa itu. Hahaha ...."Ya Allah dia begitu menjijikkan membuatku ingin meludahinya. Suaranya begitu mengejek Aksen, seolah Aksen tidak layak menjadi suamiku. Padahal dia justru lebih tidak layak menjadi suami."Brayen Atmadja, lepaskan istriku!""Hahaha ... kamu laki-laki cemen, Aksen!"Mata Aksen memerah, amarahnya nampak jelas di matanya. Tangannya dikepal, aku justru takut

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-10
  • Pesona Istri Dari Desa   Dilema

    Akhirnya bisa napas lega karena kami sampai ke rumah dalam keadaan selamat. Bunda menunggu di depan pintu. Daddy juga demikian bersama abang Shaka yang selalu ada untukku."Kamu baik-baik saja, Nak?" tanya bunda. Ada kepanikan di wajahnya. Aku berusaha agar bunda dan daddy tidak khawatir dengan kejadian yang menimpa kami. Meski begitu aku tidak ingin menyembunyikan masalah apapun dnegan bunda apalagi masalah abang Brayen."Tenryata perang itu belum usai, Bund," balasku."Brayen masih mengintai?" tanya daddy kembali."Iya, Dad."Aksen hanya menyimak, dia juga seperti berfikir keras. Kejadian demi kejadian masih mengintai kami. Walau jujur, aku memang belum sepenuhnya tahu bagaimana cara kerja Aksen ketika mengalami masalah."Tunggu dulu maksudmu apa, Monic?" tanya bunda penasaran."Kami tadi hampir kehilangan nyawa karena ulahnya, Bund.""Maksudmu, Dek?" abang Shaka juga penasaran."Dia menahanku tadi, untung kami bisa keluar.""Astagfirullah, dia juga sempat ingin mengambil Arvian tad

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-12
  • Pesona Istri Dari Desa   Rasanya begitu sakit

    Suara Hati AksenSemakin hari semakin kurasakan Monica tidak mencintaiku. Tidak bisa bisa dipungkiri, dia begitu mencintai sang mantan. Abang angkatnya yang telah begitu lama mencuri hatinya. Terasa sakit, meski tak berdarah. Ternyata ketika kamu mencintai melihatnya bahagia adalah anugerah terindah. Namun, ketika melihatnya terluka rasanya sakit, raga ini lelah rasanya ingin menyerah. Aku bergelimang harta, tapi cinta sangat jauh kurasakan. "Apa yang kamu lakukan jika ternyata orang yang kamu perjuangkan setenga mati, tetap saja tidak bisa mencintaimu?" tanyaku pada asisten yang telah lama membersamaiku. "Aku tidak pernah jatuh cinta, Tuan," ucapnya polos. "Kamu harus jatuh cinta biar tahu rasanya.""Kalau hanya untuk terluka lebih baik aku begini saja.""Dia begitu istimewa. ""Tidak ada yang istimewa jika dia tidak menghargai perasaan tuan." Diih, ini asisten bikin tensi naik saja."Kita berhak bahagia, dia pun juga berhak bahagia. Mungkik jodohnya bukan untuk tuan.""Tapi aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-20
  • Pesona Istri Dari Desa   Iya, Aku janda itu.

    Aksen pergi begitu saja, aku seperti tersadar dari mimpi jika Aksen tidak ingin bersamaku lagi. Dia bahkan tak menolehku ketika berangkat.Sementara bunda hanya melihatku tanpa banyak kata. Semakin menambah deretan kesalahan yang telah kulakukan. Aku memang salah dan pantas untuk diperlakukan seperti ini."Bund ....""Makan itu cintamu pada Brayen, bunda tidak mau ikut campur lagi dengan segala urusanmu.""Bunda ....""Kamu bahkan menipu kami sebagai orang tua, lima tahun apa tidak cukup kamu menderita karena laki-laki yang bahkan ikut menyakiti hati daddymu yang merawatnya sejak kecil."Rasanya begitu sesak mendengarnya. Bunda saja tidak memedulikanku lagi. Iya, karena aku tidak belajar dari kesalahan. Harusnya aku sadar Brayen itu harusnya dibuang tanpa menyakiti Aksen yang begitu baik menerimaku yang janda ini.Daddy tak berbicara sedikit pun, daddy langsung masuk ke kamar. Ya Allah rasanya sakit melihat daddy semarah itu. Aksen begitu berarti di hati mereka."Bunda ... maafkan Mo

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-23
  • Pesona Istri Dari Desa   Rindu ini menyiksa

    Arvian sepanjang jalan hanya diam, ini yang kutakuti. Dia mengetahui istilah yang belum seharusnya dia ketahui. Harusnya anak tidak perlu tahu bagaimana masalah orang dewasa. Karena masa emas anak seperti Arvian yang dia tahu bagaimana bahagia. "Apa itu janda, Bund?" tanya Arvian. Akhirnya keluar juga pertanyaan yang aku takutkan. Iya, dia pasti mendengar istilah tadi."Janda itu ...." Rasanya berat, tapi aku harus berkata sebenarnya."Apa Bund?" Arvian masih penasaran."Janda itu wanita atau seorang istri yang sudah berpisah dengan suaminya." "Kenapa dia bilang ke bunda?" tanyanya lagi."Bunda sudah berpisah dengan ayahmu lima tahun yang lalu, Nak." Hening. Meski aku tidak tahu apa yang ada dipikiran Arvian. Cepat atau lambat seiring tumbuh kembangnya banyak hal yang akan dia pahami."Mengapa mereka menghina bunda? Bukannya bunda sudah ada daddy?" tanya Arvian lagi.Cukup lama aku menarik napas agar tidak salah memberi jawaban. "Mengapa, Bun?" Arvian kembali mempertegas."Itu bia

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-24
  • Pesona Istri Dari Desa   Tak Disangka

    Brayen?!Sontak kami berteriak. Brayen langsung memeluk Arvian yang berada didepannya. Seperti layaknya seorang ayah yang begitu merindukan anaknya. Sementara kami masih mematung tak percaya."Apa kamu tidak merindukan ayah, Arvian?" tanya abang Brayen begitu tulus.Bukannya simpati, Arvian justru takut melihat ayahnya yang mendadak memeluknya. "Apa kamu sudah gila anak durhaka!" teriak bunda secara spontan. Jangankan bunda kami semua seperti patung tak percaya. "Pergi kamu!" bunda lagi berteriak. Suasana tegang, Arvian langsung memelukku ketakutan. "Kenapa dia bisa masuk kesini!" daddy tak kalah berteriaknya. Suasana yang haru kini seperti berada di medan perang.Abang Brayen hanya duduk tak ada pergerakan. Layaknya anak kecil yang sedang meminta maaf, dia duduk bersimpuh di hadapan bunda dan daddy."Aku gila, Bun!""Aku sangat gila!"Dia menangis sambil duduk. Kami tak habis pikir dia berani masuk ke rumah ini. Menangis? Rasanya sangat tidak masuk akal dia berubah seperti ini."

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-29
  • Pesona Istri Dari Desa    Ternyata ada maunya

    Hanya karena dia pernah menjadi yang pertama, bukan berarti akan selamanya dinanti. ~Ummi_SalmiahAksen berdiri menatap kami, suasana kembali mendingin sejenak meski abang Brayen tetap pada posisinya. Dia tetap bertahan agar bisa menyakinkan kami."Untuk apa Aksen? Kamu percaya dengan pembohong ini?!" tanya daddy dengan tegas. Raut amarah daddy jangan ditanya."Aksen hanya berusaha menyakinkan diri, dia datang ke kantor meminta padaku agar bisa bicara ke Monica -- cinta pertamanya."Semua sontak menatapku dengan tatapan aneh."Sebelum janur kuning, setidaknya aku sudah berusaha untuk kembali ke Monica, Dad," ucap abang Brayen."Kamu memang yang pertama mencuri hatiku, tapi itu dulu. Saat ini aku hanya mau menjadi istri Aksen Andara." Kupandang wajah Aksen mencari jawaban di wajahnya. Namun, sayang begitu datar tanpa bisa aku temukan maknanya. Apakah Aksen berubah? Aku merasa dia seolah tak peduli lagi denganku."Selamanya kamu hanya mencintaiku, Monica. Aku tahu itu!" abang Brayen ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-30
  • Pesona Istri Dari Desa   Rasa Bersalah

    "Menurut abang bagaimana?" tanya Nina yang sedang berduaan dengan Reza--suaminya di kamar. "Bagaimana apa sayang?" tanya Reza yang sedang menyisir rambut istrinya. Sebelum istirahat mereka selalu seperti pengantin baru, bercerita tentang apa yang terjadi hari ini. Reza selalu menumbuhkan cinta meski usia mereka semakin tua. Nina juga sesekali memijit suaminya yang masih produktif memantau perusahaannya."Brayen ...." Suara Nina terputus karena Reza begitu sensitif dengan Brayen."Kita sebagai orang tua tak perlu melangkah lebih jauh, sayang. Namun, ketika alarm bahaya berbunyi, kita garda terdepan untuk anak-anak kita."Reza sepertinya sudah melupakan semua sikap Brayen. Reza hanya ingin menjadi orang tua dan suami yang terbaik bagi anak dan istrinya. Masalah Brayen dia sudah tak ingin membahasnya lagi. Bahkan dia sudah memberi maaf, meski tak bisa bersamanya lagi. Penghianatan Brayen bagi Reza sungguh diluar batas kewajaran."Aku trauma, Sayang," balas Nina. Iya, Nina tak ingin Mon

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-31

Bab terbaru

  • Pesona Istri Dari Desa   Mahir Membuat Luka

    Aku duduk ikut bergabung bersama daddy dan abang Brayen. Walau jujur tanganku gemetar melihat reaksi daddy, sementara abang Brayen tetap santai. “Monica yang memintaku dad, untuk datang menemui daddy. Dia memang tidak sabaran,” katanya begitu renyah. Astagfirullah itu orang benar-benar enteng berucap. Aku langsung melotot tak percaya, eh dia justru senyum-senyum tidak jelas melihatku.“Tanpa diminta pun aku akan tetap menemui daddy,” sambungnya lagi.“Aku tidak bisa hidup tanpa Monica dan Arvian, Dad.”“Paling kamu cuma modus anak nakal!” daddy langsung to the point. Aku kira abang Brayen akan marah ternyata dia tertawa melihat reaksi daddy. Dia memang orang yang sulit untuk ditebak.“Aku serius, Dad. Monica dan Arvian adalah hidupku. Rasanya hari-hari begitu sulit tanpa mereka.” Aku hanya menunduk ketika abang Brayen berucap demikian. Sepertinya kupu-kupu mulai berterbangan. Rasanya malu sekali, apalagi lirikan matanya yang membuat wajah ini tersipu malu.“Luka yang kamu buat begitu

  • Pesona Istri Dari Desa   Agak lain

    Sampai rumah, daddy dan bunda menunggu di teras. Di mata mereka aku masih gadis kecil, yang jika setiap keluar rumah terlalu lama mereka pasti menungguku. Begitulah orang tua, selalu tersisa rasa yang sama, meski berkali-kali pernah terluka.“Apa Monica terlalu lama?” tanyaku padanya. Tak lupa pelukan hangat dari daddy yang selalu panik jika aku keluar terlalu lama.“Anaknya bukan anak kecil, Bang,” ucap bunda yang tak berhenti tersenyum.“Iya, bukan anak kecil, tapi kadang bikin panik dengan tingkahnya,” jawab daddy. Aku langsung memeluknya, percayalah semakin tua, orang tua pasti lebih protektif pada anaknya.“Apa Arvian bahagia?” tanya daddy. Aku mengangguk.“Syukurlah ….”“Dad ….”“Kenapa?” tanyanya.“Apa daddy merestui jika aku dan abang Brayen bersama lagi?” Daddy diam, sekarang aku yang canggung. Kebahagiaan yang tadi berubah menjadi rasa tidak nyaman.“Apa dia bisa menjamin berubah, sementara sampai detik ini daddy tidak melihat kesungguhannya.”Sekarang aku yang diam. “Jang

  • Pesona Istri Dari Desa   Semua Tentang Kamu

    Berkali- kali aku menghapus air mata sedih dan bahagia tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Aku bahagia melihat senyumannya yang tak henti. Sesekali dia memandangku meski terjeda karena fokus menyetir.“Jangan mengatakan apa-apa lagi, jawabanmu membuatku tidak mau kamu mengucapkan hal yang aneh lagi.”“Tulis di sini biar aku akan tempel di sudut kamarku. Apakah kamu menerimaku atau tidak,” balasnya lagi. Dia memberikanku polpen dan selembar kertas, dia niat sekali membuatku tersipu malu. Pernyataannya bahkan seperti tahu jawabannya aku menerimanya kembali. Dasar tuan arogan.“Tulislah apa kamu menerimaku. Karena ini sangat penting bagi hidupku,” sambungnya lagi.“Anda terlalu pede tuan.”Aku langsung menyimpan di dalam tas. Dia mirip dengan daddy, dia pasti akan memaksa aku menjawab sesuai dengan maunya. Laki-laki jika ada maunya dia akan memaksa, tapi kalau sudah dapat apa yang dia mau, tak sedikit yang terkesan cuek.“Kenapa di simpan?”“Nanti pas pulang aku berikan,” balasku. Wa

  • Pesona Istri Dari Desa   Pasti Ada Jalan

    "Bunda ...." Arvian memanggilku. Cepat sekali anak ini sampai padahal baru saja ayahnya menelponku. Apa sebenarnya mereka ada di sekitar sini."Hai, jagoan. Sama siapa ke sini?” tanya daddy menghampiri langsung Arvian."Sama ayah, Opa. Tapi dia menunggu di luar,” balas Arvian jujur. Apa abang Brayen yang mengajarkan Arvian untuk jujur.Daddy seketika diam. Bunda pun langsung memecahkan suasana agar tidak terlihat canggung. Aku hanya bisa menghela napas dalam-dalam, takut jika daddy kambuh lagi dengan tidak menginginkan kami kembali."Bersiaplah, Mon,” ujar bunda.Meski ragu, aku pun bersiap untuk berangkat dengan Arvian. Layaknya anak muda yang mau ketemuan aku sampai bingung menggunakan baju yang mana. Astagfirullah, kelakuanku makin aneh seperti abege labil. "Mon, lama sekali, kasihan Arvian lama menunggu." Bunda tiba-tiba datang ke kamar. Baru terasa malunya. Ada-ada saja kelakuanku yang makin aneh ini."Kamu kek anak muda saja, Mon. Milih baju saja lama sekali,” ledek Bunda."Haha

  • Pesona Istri Dari Desa   Berharap Kita Bersama Lagi

    Beharap untk kembali Aku dilema bukan karena tidak ingin menerima abang Brayen kembali, tetapi ada rasa trauma takut merasakan kekecewaan lagi. Manusiawi kurasa jika Aku tidak mau kecewa lagi untuk kedua kalinya."Bund, apa Aku harus menerima abang Brayen lagi?" tanyaku pada bunda yang sedang duduk merawat tanamannya. Aku merasa hidup bunda Lebih baik dibanding denganku. Hidupnya tenang di masa tuanya, sementara aku seperti mencari kepastian."Perasaan Monica bagaimana?" tanya bunda."Dilema, Bund. Apa kesempatan kedua itu memang benar adanya?""Jangan pernah mendahului takdir sayang, jika kamu yakin kembalilah bersamanya. Namun, apabila kamu ragu mintalah pada sang pemberi harap yang tidak pernah membuat hambanya kecewa," balas bunda.Entah mengapa setetes bening jatuh di pipiku, dengan banyak hal yang telah kulalui rasanya tidak mudah sampai di titik ini."Dan mintalah restu pada daddymu, barangkali dengan keikhlasannya bisa membuatmu semakin yakin," sambung bunda memberiku nasihat

  • Pesona Istri Dari Desa   Aku Ingin Kalian Bersatu

    POV ARVIANKali ini Aku merasa ada harapan melihat reaksi bunda yang mulai melirik ayah. Siapa yang tidak bahagia, setelah sekian lama harapan itu nampak di depan mata. Aku sama halnya dengan anak yang lain ingin orang tua yang utuh. Ingin keluarga bahagia yang tiap bangun tidur melihat mereka di depanku. "Kamu kenapa Arvian?" tanya Bani temanku yang biasa mendengar keluh kesahku."Doakan, ya, bunda dan ayahku bersatu lagi.""Bukannya daddy Aksenmu ada?" tanya Bani penasaran. "Mereka sudah lama pisah, Ban.""Semoga orang tuanmu bersatu lagi, Arvian.""Aamiin.""Kalau pun, tidak ada harapan aku harap kamu tetap jadi Arvian yang baik." Bani jauh lebih di atas tingkat dariku, dia sudah SMP. Namun, dia tidak mau dipanggil kakak. Bani adalah anak dari salah satu rekan dokter ayah.Aku bukan anak yang kuat, kadang Aku depresi melihat bagaimana teman-temanku bisa bahagia di usianya yang begitu indah. Main timezone dengan kedua orang tua lengkap, sementara Aku hanya bisa gigit jari melihat

  • Pesona Istri Dari Desa   Dasar Aneh

    Aku tak henti tersenyum hingga tak terasa kami sampai rumah. Benar-benar tidak bisa diprediksi itu orang. Bisa-bisanya dia berubah dalam sekejap. Dasar aneh!"Kamu kenapa, Nak? Wajahmu bersemu merah," ucap bunda. Wajah herannya tidak bisa disembunyikan."Mungkin dari pesan yang dibaca," balas daddy. Bisa-bisanya mereka ikut usil. Astagfirullaah Aku pun sendiri bingung dengan tingkah anehku."Apa, iya, dari Brayen? Bukannya tadi dia sedang berduka," sambung bunda lagi."Kamu kayak tidak tahu aja anak nakal itu, dia akan mengejar sampai dapat," balas daddy."Hooh, kayak abang, sih." Eh, kok mereka sekarang yang berdebat."Sudah sampai, Bund. Ayo kita masuk, Monica sudah lapar, apalagi lihat bunda dan Daddy berdebat makin buat Monica lapar." Mau bagaimana lagi, Daddy sama abang Brayen itu memiliki kemiripan. Itu tidak bisa dipungkiri jika mereka berdua susah ditebak.Aku hanya bisa menggelengkan kepala mengingat tingkah unik abang Brayen yang kurasa aneh. Entah mengapa jiwa usilku ngin

  • Pesona Istri Dari Desa   Kau Tak Akan Terganti

    "Maksudnya?" tanya daddy memperjelas."Dokter Brayen baru saja menangani operasi besar, kemungkinan tidak mengaktifkan ponselnya," jawab dokter yang jaga di depan IGD."Syukurlah ...." Bunda ikut lega karena prasangka dari Arvian tidak benar.Sekarang aku yang panik karena ponselku terus bergetar karena pesan dari abang Brayen. Ya Allah, habis aku setelah ini."Arvian cari ayah dulu, Opa," kata Arvian."Iya, cucu eyang yang panikan," balas bunda. Dari masalah ini kami jadi paham jika Arvian selama ini menyimpan luka yang tidak kami sadari. Dia begitu menyanyangi ayahnya-Abang Brayen."Mon kamu mau kemana?" tanya bunda yang melihatku berbalik arah, sebenarnya mau kabur karena pesan yang kukirim pada abang Brayen pasti akan ditagih."Pulang, Bund.""Oh ....""Ayo kita pulang, biarkan Arvian bersama ayahnya," balas daddy."Abang tidak menemui anak nakalnya." Bunda ternyata iseng juga sama daddy. Melihat daddy salah tingkah membuat aku ikut tertawa juga. Lucu ekspresi daddy."Bunda iseng

  • Pesona Istri Dari Desa   Bikin Panik!

    "Maksudmu diantar Brayen?" tanya bunda dengan penuh senyuman. Kenapa bunda bahagia? Daddy juga tidak terlihat marah. Apa aku tidak salah lihat, sementara Arvian balik dan tidak berucap. Aneh kulihat oang-orang."Iya, Bund. Dia maksa mau antar pulang," balasku jujur."Tapi kamu mau," balas daddy menatapku."Dipaksa, Dad." "Bilang saja kamu bahagia diantar oleh si anak nakal itu," sambung daddy. Kenapa aku bahagia mendengar omelan daddy. Anak nakal itu seperti ungkapan kerinduan."Abang gak marah?" tanya bunda heran. Jangankan bunda, aku pun sangat heran."Kita sudah cukup tua untuk sakit hati, biarkan mereka yang menentukan apa yang terbaik bagi mereka." Ha? Apa aku gak salah dengar daddy Reza mengatakan hal tersebut."Wow, menyala abang Reza," sahut bunda. Ada yang menghangat di hatiku, ini tidak mimpi 'kan? semua seperti mendukung kami bersama."Jangan senyum-senyum sendiri, Mon," sambung daddy.Tu kan, semua isi pikiranku hanyalah khayalan semata. Aku tetap sadar diri agar tidak te

DMCA.com Protection Status