Aku terus tersenyum menghampiri abang Brayen yang nampak seperti patung. Melihat pelayan yang memujiku aku memasang wajah yamg tak sedikit pun ada raut kesedihan, lebih tepatnya aku tebar pesona. Tidak ada salahnya membuat dia kali ini tak berkedip. "Ayo kita berangkat, Bang," ajakku. Tak peduli dengan tatapannya yang begitu terkesima. Dia bahkan hampir tersandung jika tak dipegang Damar.Damar selalu di sampingku, tidak ingin berjauhan denganku sedikit pun."Hei, bisakah kamu jangan nempel di samping istriku," ucap abang Brayen. Diih, giliran begini baru sadar punya istri."Dia penjagaku, jadi wajar ada di sampingku," belaku. "Tapi tidak dekat-dekat," omelnyaAbang Brayen terus menatapku. Puas rasanya melihatnya seperti itu. Aku sengaja minta Damar agar di sampingku. Sekali-kali kita harus belajar dari pengalaman. Jika sudah tak sejalan, kenapa harus dipertahankan."Aku mau duduk di samping istriku," ucapnya lagi. Dia benar-benar menguji iman.Heran saja melihat tingkahnya yang aneh
Last Updated : 2023-09-02 Read more