Share

Brayen Mau Kawin Lagi?

Sampai rumah kami tak ada pembicaraan lagi. Arvian yang ada digendonganku terus kupeluk. Hanya memeluk Arvian, beban di pundak ini terasa berkurang. Do'aku semoga bunda tidak kambuh, tak kurang satu apa pun.

“Jangan jadi istri durhaka,” ujarnya lagi.

“Jangan pula jadi suami yang hanya menyakiti, selama kita bersama aku baru sadar ternyata sisi negatif abang begitu menyeramkan.”

Aku dan dia seperti minyak dan air yang sulit untuk di satukan lagi. Apa yang dia harapkan dari pernikahan ini jika sudah tak memiliki rasa terhadapku dan keluarga yang selama ini menyanyangi kami sepenuh hati.

Kututup pintu kamar, untungnya aku sudah makan, jadi tidak perlu keluar kamar lagi. Arvian adalah penyemangatku. Banyak hal yang kupikirkan, salah satunya, sikap abang Brayen yang kurasa semakin aneh. Apa ada yang salah hingga dia berubah seperti ini. Sepertinya aku harus mencari tahu.

Sampai menjelang isya aku tak keluar kamar mencoba introspeksi diri, bayangan tadi sore juga begitu menyeramkan bagik
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status