Home / Rumah Tangga / Pesona Istri Dari Desa / Chapter 211 - Chapter 220

All Chapters of Pesona Istri Dari Desa: Chapter 211 - Chapter 220

379 Chapters

Introspeksi Diri

“Lepaskan Monica!” abang Brayen berteriak. Cukup lama kami saling memandang. Kerinduan nampak jelas di matanya. Apalagi aku yang tak bisa menyembunyikan rasa ini. “Aku hanya menjalankan keinginan daddy Reza!”Dokter Evan ikut berteriak.Suasana sangat menegangkan, aku hanya menangis melihat perseteruan mereka. Kembali kak Gendis menarikku agar berada di dekatnya, karena ada abang Brayen yang akan membantu kami. “Harusnya bukan karena siapa pun, dokter Evan!”Aku dibuat bingung, di sisi lain aku tidak ingin daddy berlaku seperti ini. Mengapa aku serapuh ini. Walau bagaimana pun harusnya aku berbakti pada orang tua.“Restu itu segalanya, Bang. Daddy Reza berhak tidak merestui kalian karena Monica adalah anaknya,” sambung dokter Evan.Perang dingin dimulai, yang kutakutkan akhirnya terjadi. Berada ditengah-tengah orang yang memiliki kekuasaan, tentunya itu tidak mudah melawan mereka karena mereka sama-sama kuat dan tentunya ingin menang sendiri.“Atau mungkin kita tidak berhak untuk men
last updateLast Updated : 2023-08-09
Read more

Rindu Itu Berat

Brayen duduk termenung, banyak hal yang dipikirkannya. Selain itu, yang membuat hatinya semakin bimbang adalah tak ada keluarga yang menemani. Selama ini hanya Reza dan Nina yang selalu memperhatikan segala keperluannya. Orang tua angkat serasa kandung itu membuat Brayen semakin menyadari bahwa dia pun tidak boleh egois untuk hal ini.“Ada pasien, Dok,”ucap salah satu perawat yang mengingatkan dia. “Baik, saya akan ke sana," balas Brayen.Belakangan ini dia bahkan tak banyak bicara. Sejak tiga hari kejadian Monica yang kembali pulang membuat Brayen semakin menyadari bahwa caranya salah. Seharusnya dia tidak mendahulukan perasaannya. “Dokter Evan masih jadi kepala rumah sakit?” tanya Brayen ke Alden yang biasa menjadi asisten dadakannya. Brayen sudah mengajukan agar dokter Evan diturunkan jabatannya karena memiliki sifat yang tidak baik menjadi pemimpin.“Sudah dipindahkan menjadi dokter biasa, Tuan," jawab Alden.“Bagus, harusnya saya pidanakan dia,” balas Brayen. Dokter Evan menuru
last updateLast Updated : 2023-08-10
Read more

Pertemuan

Kadang ... semesta pun ikut berpihak ketika kerinduan semakin menyeruak, seperti irama lagu di hatiku yang terus berdendang, walau hanya sekedar melihat wajahnya yang begitu semakin berseri. Kakiku turut gemetar berada di dekatnya. Nyatanya rindu itu memang berat, apalagi hanya bisa memandangnya. Namun, tak bisa menggapainya. Apakah aku salah merindukan abang angkatku ini? Merindukan tanpa batas waktu ditentukan. Ini sungguh berat bagiku yang sudah jelas tidak bisa bersamanya.“Apa kabarmu, Dik?” tanya abang Brayen. Ya Allah, hanya mendengar suaranya hati ini terasa bergetar.“Baik, Bang,” jawabku. Aku bahkan tak berani hanya sekedar memandang wajahnya.“Kenapa kamu kurus?” tanyanya lagi."Diet?" tanyanya lagi.“Karena merindukan abang, puas?“ balasku polos. Astagfirullah kenapa pula aku jujur begini. Abang Brayen nampak tersenyum mendengar ucapanku yang senonoh ini.“Aku juga,” balasnya tersenyum. Aku hanya menunduk tak berani memandang wajahnya. Kami benar-benar canggung atau just
last updateLast Updated : 2023-08-11
Read more

Jatuh cinta, berjuta rasanya.

“Abang?!”“Shaka? Dasar ente bikin kaget aja!” abang Brayen ikut berteriak. “Tadinya daddy yang mau jemput, tetapi daddy kutahan ketika daddy bilang Monica konsultasi di rumah sakit ini. Aku langsung yang minta untuk menjemput Monica. Takutnya kalian dilihat seperti tadi,” jawab abang Shaka enteng. Pipiku sudah tak nisa dikondisikan. Merah merona kurasa.Aku menarik napas lalu mengembuskannya pelan, benar-benar seperti uji nyali saja teriakan abang Shaka, kukira kamii ketahuan. Abang Shaka tak henti tertawa melihat ekspresi kami yang seperti anak muda yang pacaran. “Gangguin ajak, kau.” Abang Brayen terlihat kesal melihat Shaka yang masuk tiba-tiba.“Masih berani juga, ya, kalian. Makanya cari restu daddy dulu, kalau mau bersatu.”"Tenang saja, Daddy pasti merestui," jawab Abang Brayen. "Gak caya aku kalau belum lihat langsung," balas abang Shaka dengan nada dibuat-buat.Aku hanya diam mendengar mereka yang seperti adu jotos, mereka terus salih sahut seperti anak kecil, meski begit
last updateLast Updated : 2023-08-12
Read more

My Lovely

Aku langsung merebut ponsel yang dipegang bunda. Mereka saling menatap, rasa penasaran tentunya terlihat dari ekspresi mereka.“Dek, itu siapa?” tanya daddy yang tidak bisa menyembunyikan penasarannya.“Pakai sebut cinta-cinta segala,” jawab bunda terkekeh.“Daddy sama bunda kayak gak pernah muda saja,” ucap abang Shaka membelaku. Bunda dan daddy sepertinya tidak mengenali suara abang Brayen.Aduh, abang Brayen juga tidak mengerti sikon ketika menelpon. Bukannya dia bilang akan menelpon malam hari saja. Untung saja bisa terselamatkan. Kalau tidak bisa lama urusan dengan daddy dan bunda.“Daddy senang, lah, adikmu bisa move on dari abangmu,” ujar Daddy yang membuat aku dan abang Shaka saling pandang.“Ada yang kangen nih, dengan anak angkatnya.” Abang Shaka turut menggoda daddy.“Daddy kalian itu, diam-diam tidak bisa move on dari anak angkatnya.” Bunda ikut meledek juga. Aku tak bisa berkata-kata lagi mendengar mereka. Tidak mungkin juga daddy bisa melupakan anak angkatnya.“Kalian it
last updateLast Updated : 2023-08-13
Read more

Gara-Gara My Lovely

Abang Brayen menjadi imam salat magrib malam ini, suaranya bahkan begitu merdu. Setiap bacaan yang dilantunkan begitu fasih, menambah kekhusuyan diantara kami. Sejak dulu aku ering berdo'a agar mendapat laki-laki yang bisa menjadi imam dalam salatku.Setelah salat magrib, Abang Brayen berdo’a begitu khusyuk, aku sampai menitikkan air mata. Do'a yabg dilantunkan tak ada lain selain kebaikan pada keluarga kami. Daddy terlihat begitu menikmati setiap lantunan do'a yang dibaca abang Brayen. Wajarkah jika cinta ini terus tumbuh bermekaran? Kurasa wajar, karena dia begitu memesona."Terima kasih, Nak. Telah kembali ke rumah," ucap daddy memeluk abang Brayen. Aku dan bunda hanya melihat, betapa mereka saling merindukan. "Bund, maafkan Brayen." Sekarang aku yang mundur, tak kuat melihat kemesraan mereka. Ini semakin menguatkan bahea kami memang ditakdorkan hanya sebagai keluarga buka sebagai pasangan.“Ayo kita makan malam,” ajak bunda. “Malam ini bonus bagi bunda dan daddy,”sambung bunda
last updateLast Updated : 2023-08-14
Read more

Move On?

“Kalian, kenapa berpelukan?” tanya bunda yang tiba-tiba bearada di belakang kami. Abang Brayen langsung melepas pelukannya padaku.“Tolong jelaskan, Brayen, Monica.” Bunda memaksa kami untuk mengakui.Kami tak bisa mengelak lagi. Meski begitu abang Brayen berusaha menjelaskan. Walau Bunda masih penasaran. Kurasa Abang Brayen semakin berani, padahal jelas-jelas kami diajarkan untuk tidak boleh bersentuhan dengan yang bukan muhrim. Begitu juga diajarkan oleh agama.“Aku mau pamitan, Bund. Tetapi karena aku kangen meluk dia ketika bayi maka aku pelukan. Kami saat ini sudah berdamai dengan keadaan, Bund, ” jawabnya. Maksudnya? Mengapa aku tak terima abang Brayen berucap demikian. Aku justru berharap dia memperjuangkan hubungan ini. Mengatakan yang sejujurnya bahwa dia masih menginginkan hubungan ini.“Tapi kok mesra sekali,” balas bunda. Bunda tentu masih penasaran dengan kejadian ini. Apalagi melihatku yang gelagapan.“Kan biasa kami berpelukan sebagai adik dan kakak,” jawab abang
last updateLast Updated : 2023-08-15
Read more

Tak Terduga

Abang Brayen menarikku agar ikut dengannya. Dia terus mengomel tidak jelas, lucu sekali aku melihatnya yang semakin bersikap aneh. “Kenapa, sih, Bang?” tanyaku. Aku turut mengomel padanya. Daddy terus memandang kami berdua. Meski dokter Bara terus mengajaknya berbicara. Aku dibuat salah tingkah dengan kelakuan abang Brayen yang semakin aneh. "Jangan bergerak, awas saja kalau dekat dengan Bara api itu," ketusnya. Diih, orang yang aneh."Daripada dekat dengan asap mengepul, bikin sesak napas.""Maksudmu?" pakai bertanya segala."Maksudmu aku asap?" tanyanya kembali. Astaga kalau tiap hari berkelahi begini bisa naik tensi dibuat."Kenapa kalian berkelahi terus, sih?" tanya bunda sambil geleng kepala.“Bunda, boleh aku bersama Monica ke tempat Shaka?” tanya abang Brayen pada Bunda.Aku terkejut, bunda juga demikian sekilan kami melihat Daddy yang ingin langsung menolak, abang Brayen terus berusaha merayu bunda. Dia seperti tak peduli dengan daddy yang akan marah.“Brayen sini dulu,” u
last updateLast Updated : 2023-08-16
Read more

Apakah ini benar?

Brayen terlihat marah, wajahnya pias ingin memarahi siapa saja di dekatnya, termasuk pada Monica yang hanya dia. Rasa cinta Brayen pada Monica semakin menjadi-jadi. Dia bahkan takut kehilangan Monica saat ini. Hatinya begitu panas melihat daddy Reza yang dekat dengan dokter Bara, rasanya ingin mengibarkan bendera perang. Monica saat ini hidupnya yang begitu dia dambakan.“Apa kamu ingin melihatku bersama wanita lain?” tanya Brayen pada Monica. Semua yang ada di ruangan ini terlihat tegang kembali.Apalagi kehadiran Ana menambah deretan sakit hati pada Monica. Selain itu, Ana justru tetap santai walau Brayen marah- marah. Bagi Ana saat ini sebenarnya hanya ingin dekat dengan Gendis. Belakangan ini rasa bersalah menyergapnya. Itulah yang membuat dia ingin melakukan cara agar bisa dekat dengan Gendis.‘Bisa jadi kita hanya ditakdirkan bersama, tapi bukan menjadi pasangan suami istri. Melihat Dokter Ana tersenyum puas membuatku cemburu.’ Monica membatin dalam dirinya. “Luar biasa sekali
last updateLast Updated : 2023-08-17
Read more

Rasa yang Aneh

Kadang hal yang terduga bisa jadi kenyataan seperti yang kurasakan saat ini. Apa benar Daddy mau menerima abang Brayen? Atau hanya sekedar angan yang tak mungkin terwujud."Selamat, ya buat kalian," ucap Ana dengan wajah yang sumringah. "Makasih, An. Idemu lumayan," balas abang Brayen. Mereka bahkan sekompak itu."Setidaknya aku bisa berbuat baik sekali seumur hidupku," jawab Ana."Semoga kalian langgeng. Terima saja Abang angkatnya jadi mantu, Om. Jangan sampai terulang kisah ayahku yang ditolak oleh bunda Nina. Untung saja dia masih waras, meski aku dan Gendis yang jadi korbannya." Dokter Ana berpamitan dan salaman sama daddy. Bunda tersenyum simpul, aku pun juga kaget. Semoga saja dokter Ana hidup lebih baik, dia terkenal cerdas meski cerdas bayangan, tetapi dia pintar dalam berargumen. Semua mahasiswa kedokteran tahu akan itu. Namun, sekali lagi yang manis rupa belum tentu manis hatinya. Setelah kepergian dokter Ana. Abang Shaka bereaksi."Bagaimana, Dad? Ucapan tidak boleh di
last updateLast Updated : 2023-08-18
Read more
PREV
1
...
2021222324
...
38
DMCA.com Protection Status