Share

Gara-Gara My Lovely

Abang Brayen menjadi imam salat magrib malam ini, suaranya bahkan begitu merdu. Setiap bacaan yang dilantunkan begitu fasih, menambah kekhusuyan diantara kami. Sejak dulu aku ering berdo'a agar mendapat laki-laki yang bisa menjadi imam dalam salatku.

Setelah salat magrib, Abang Brayen berdo’a begitu khusyuk, aku sampai menitikkan air mata. Do'a yabg dilantunkan tak ada lain selain kebaikan pada keluarga kami. Daddy terlihat begitu menikmati setiap lantunan do'a yang dibaca abang Brayen. Wajarkah jika cinta ini terus tumbuh bermekaran? Kurasa wajar, karena dia begitu memesona.

"Terima kasih, Nak. Telah kembali ke rumah," ucap daddy memeluk abang Brayen.

Aku dan bunda hanya melihat, betapa mereka saling merindukan.

"Bund, maafkan Brayen."

Sekarang aku yang mundur, tak kuat melihat kemesraan mereka. Ini semakin menguatkan bahea kami memang ditakdorkan hanya sebagai keluarga buka sebagai pasangan.

“Ayo kita makan malam,” ajak bunda.

“Malam ini bonus bagi bunda dan daddy,”sambung bunda
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status