Semua Bab Pendekar Rajawali Dari Andalas: Bab 221 - Bab 230

460 Bab

Bab 221. Mencari Cara

Melihat hal itu tentu saja Arya dan juga Idrus terkejut, mereka bertanya-tanya dalam hati apa yang terjadi hingga Ketua pemuda Sikabau itu menghampiri saat mereka baru saja tiba di halaman rumah depan pendopo itu. “Ada apa Randa? Apa yang terjadi?!” Idrus yang bertanya. “Tidak ada apa-apa Uda Idrus, kami hanya kuatir saja pada Uda dan Pendekar karena sudah malam baru kembali. Makanya begitu saya melihat kalian, secara tak sadar saya berlari menghampiri.” Jawab Randa, Idrus dan Arya pun tersenyum lega. “Saya pikir tadi ada sesuatu yang terjadi di sini.” Ulas Arya. “Ya, saya juga berfikir demikian. Mari kita ke pendopo, kami akan menyampaikan hasil pertemuan kami dengan Adipati Tampati!” Ajak Idrus, Randa pun mengikuti langkah mereka menuju pendopo. “Jadi Uda Idrus dan Pendekar benar-benar sudah yakin jika semua yang berkaitan dengan kenaikan upeti 2 kali lipat itu bukan kebijakan dari pihak Kerajaan Malayu?” Tanya Randa begitu mereka telah duduk bersama-sama di pendopo. “Ben
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-07
Baca selengkapnya

Bab 222. Lelaki Bertopeng

Enam orang Padepokan Singa Putih yang diberi tugas di bagian paling ujung Selatan daerah Sikabau tampak berjalan beriringan, sepertinya mereka satu kelompok setelah dibagi dari beberapa kelompok lainnya. Setiap kelompok yang terdiri dari 6 hingga 7 orang itu biasanya akan berpencar di kawasan yang ditugaskan itu untuk mengawasi para penduduk Sikabau, baik itu yang berada di pemukiman maupun di lahan persawahan. Tak jauh di belakang mereka terlihat Adipati Tampati, rupanya pemimpin daerah Sikabau itu hendak menuju kawasan sebelah Selatan daerah itu juga. Adipati Tampati berada di dalam kereta kuda yang dikendalikan satu orang kusir dan satu orang pengawal, ketika laju kereta kuda itu melambat karena jalan yang dilalui terdapat batu-batu kasar tiba-tiba berkelebat sosok bayangan putih melintas cepat di depan mereka. “Berhenti..!” Seru Adipati Tampati pada kusirnya begitu melihat sosok bayangan putih yang melintas di depan lalu menghilang ke dalam hutan di sebelah kanan posisi kereta
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-09
Baca selengkapnya

Bab 223. Sepakat Untuk Melawan

Sosok lelaki berpakaian putih memakai topeng itu tampak menggaruk-garuk kepalanya mendengar jawaban Adipati Tampati, di hatinya muncul rasa geram akan tetapi berusaha ia tahan. “Baiklah jika kamu bersikukuh untuk tidak mengatakan penyebab sebenarnya, saya akan tinggalkan kamu dalam keadaan tertotok seperti itu. Di hutan ini saya mencium banyak terdapat binatang buas dan berbisa, barang kali kamu memilih untuk mati digigit atau juga dilahap binatang-binatang itu!” Habis berkata lelaki bertopeng itu pun melesat meninggalkan Adipati Tampati yang tubuhnya kaku dalam keadaan tertotok. “Hei, tunggu..! Jangan tinggalkan saya dengan keadaan seperti ini..!” Adipati Tampati berseru, sosok lelaki berpakaian putih memakai topeng yang tadi terlihat melesat ke balik rimbun pepohonan tiba-tiba saja berbalik dan sekarang berdiri tegak di hadapan pemimpin daerah Sikabau itu. “Hemmm, rupanya kamu takut mati juga Adipati Tampati. He..! He..! He..! Sekarang katakan apa penyebabnya hingga kamu tega m
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-10
Baca selengkapnya

Bab 224. Berembuk Di Rumah Idrus

Maksud Adipati Tampati hendak bertemu dengan para penduduk di sebelah Selatan daerah Sikabau tadinya, dibatalkan setelah menyepakati semua yang diusulkan Arya. Pemimpin daerah Sikabau itu memilih kembali ke kediamannya setelah tiba di kereta kuda, sementara Arya yang tadi secara sembunyi-sembunyi mengawasi serta mengikuti Adipati Tampati pun memutuskan kembali ke rumah Idrus. Karena pergi sedari pagi buta hingga matahari telah condong ke ufuk Barat, tentu saja Idrus dan para pemuda serta beberapa penduduk Sikabau yang berkumpul di rumah dan sebagian lagi di pendopo terkejut melihat Arya berjalan santai di halaman menuju kediaman Idrus itu. “Pendekar telah kembali..!” Seru salah seorang pemuda yang berada di pendopo, mendengar seruan itu secara serentak baik yang berada di pendopo maupun di dalam rumah Idrus menyongsong Arya. “Dari mana saja Pendekar? Kami semua di sini cemas karena sejak pagi tadi Pendekar pergi tanpa memberi tahu.” Idrus yang bertanya. “Hemmm, maafkan saya jika
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-11
Baca selengkapnya

Bab 225. Bergerak Ke Padepokan

Karena mengetahui jika sang pendekar memandang ke arah mereka, Idrus dan Randa menganggukan kepala pertanda apa yang akan diputuskan Arya nanti akan mereka setujui. “Apakah tadi sebelum Adipati ke sini orang-orang Padepokan Singa Putih yang berada di rumah Adipati ada yang tahu?” Arya bertanya pada Adipati Tampati. “Hemmm, tentu saja tidak. Saya merahasiakan pertemuan kita ini dari mereka, saya mengatakan akan pergi menghadiri hajatan salah seorang penduduk yang berada di kawasan sebelah Utara sana.” Jawab Adipati Tampati yang terlebih dahulu menyunggingkan senyum. “Baguslah kalau begitu, berarti tidak akan ada yang tahu dari kelompok mereka jika saya mengusulkan rencana perlawanan kita itu besok selepas tengah hari. Bagaimana menurut Adipati?” Ujar Arya sembari bertanya kembali. “Saya setuju-setuju saja, bagaimana dengan kalian?” Jawab Adipati Tampati lalu arahkan pertanyaan pada para penduduk dan pemuda yang hadir di ruangan itu. “Kami setuju dengan yang diusulkan Pendekar,
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-12
Baca selengkapnya

Bab 226. Jatuh Ke Lubang Naga

Beberapa orang Padepokan Singa Putih yang tadinya berada di kediaman Adipati Tampati dan kawasan pemukiman penduduk lari tunggang langgang diamuk pasukan yang dipimpin Arya, mereka lari tak tentu arah memencar masuk ke dalam hutan. Dua sampai tiga orang memang ada yang berlari menuju padepokan mereka yang berada di lembah sebuah bukit, hal itu dibiarkan saja oleh Arya dan para penduduk agar sebagian besar orang-orang Padepokan Singa Putih termasuk Rambi Singo terkejut dan panik. Karena letak bangunan Padepokan Singa Putih itu tidaklah terlalu jauh maka Arya dan pasukannya tak butuh waktu lama untuk tiba di sana, orang-orang Padepokan Singa Putih itu semakin panik mengetahui jumlah pasukan yang dipimpin Arya terdiri dari para penduduk Sikabau itu berkai-kali lipat jumlah mereka. “Hei Adipati Tampati, apa maksud kau membawa para penduduk ke sini?!” Rambi Singo yang baru saja ke luar dari dalam ruang padepokan berkata sembari menghadang di barisan depan para anak buahnya. “Hemmm, co
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-14
Baca selengkapnya

Bab 227. Dibawa Ke Istana

Lubang yang pada dasarnya cukup lebar itu ternyata terlihat kecil oleh Arya yang berada di dasar belasan tombak dalamnya itu, air yang terdapat di dasar lubang pada saat itu memiliki kedalaman sebatas leher Arya. Bisa jadi bila hujan lebat turun air itu akan bertambah dan bisa dua kali lipat atau lebih dari kedalaman yang saat ini Arya rasakan, sementara di atas tepat di samping lubang itu Rambi Singo dan para anak buahnya tertawa terbahak-bahak karena telah berhasil menjebak sang pendekar. “Akhirnya kau mampus juga pemuda sinting..! Kau pantas menerima semua itu karena telah kurang ajar ikut campur dengan urusan kami..! Ha..! Ha..! Ha..!” Rambi Singo merasa puas dengan keberhasilannya menjerumuskan Arya ke lubang naga itu, entah terdengar atau tidak semua cacian dari Ketua Padepokan Singa Putih itu yang pasti Arya tak menanggapinya. Rambi Singo dan beberapa anak buahnya yang berada di seputaran lubang naga itu segera kembali ke depan bangunan padepokan, di mana di sana para pendu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-16
Baca selengkapnya

Bab 228. Dihadapkan Pada Raja

Lama kelamaan meskipun tubuh Arya tak tenggelam karena air di dasar lubang naga itu hanya sebatas lehernya, namun rasa dingin mulai menyelubungi tubuhnya yang memang terendam sebatas leher itu. Para penduduk Sikabau termasuk Idrus dan Randa sama sekali tidak tahu jika Arya terjebak di dalam lubang naga, pada saat pertempuran terjadi perhatian mereka hanya tertuju melawan orang-orang Padepokan Singa Putih. Arya di dasar lubang naga masih saja menggerutu bahkan sesekali terdengar makian pada Rambi Singo yang telah membuat dirinya terjebak di sana, semakin ia berusaha untuk naik meniti dinding-dinding lubang naga itu semakin menguras tenaganya karena selalu gagal dan terjatuh kembali. Arya kembali tengadah ke atas, kedua telinganya ia pasang mendengar ada tidaknya orang yang berada di kawasan lubang itu. “Tak terdengar satu pun dari mereka berada di atas sana, apakah mereka telah pergi dan mengira aku sudah mati? Bagaimana pula nasib Adipati Tampati dan para penduduk Sikabau? Oh Tuha
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-19
Baca selengkapnya

Bab 229. Digiring Ke Penjara

“Benar, sebelum membawamu ke sini Rambi terlebih dahulu datang memberi tahu saya tentang semua yang terjadi di daerah Sikabau. Setelah itu dia mohon izin dan meminta waktu untuk mencari dan membawamu ke sini untuk diadili atas kesalahan berat yang telah kamu lakukan, sebaiknya kamu mengaku saja jika tak ingin hukuman yang akan saya jatuhkan padamu makin berat!” Tutur Baginda Raja Kerajaan Malayu terlihat marah... “Ampunkan hamba yang mulia, semua yang dituduhkan Rambi itu sama sekali tidak benar. Ini semua fitnah, jadi apa yang musti hamba akui jika hal itu tidak pernah hamba lakukan.” Ujar Adipati Tampati masih berusaha untuk membela dirinya. “Sudahlah Tampati, akui saja semua yang telah kau lakukan itu. Yang mulia tidak akan percaya lagi dengan semua yang kamu katakan, jika memang kamu tak bersalah kenapa kamu tidak pernah datang ke sini beberapa bulan terakhir. Bukankah begitu yang mulia?” Rambi Singo mencari muka dengan menimpali hal yang dijelaskan Adipati Tampati tadi. “Be
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-20
Baca selengkapnya

Bab 230. Mencari Keberadaan Arya

Idrus tak langsung menanggapi, ia arahkan pandangannya ke halaman depan pendopo di sana terlihat hujan masih turun dengan lebatnya dengan sesekali diselingi kilat dan petir. “Jika masalah para anak buah Rambi Singo yang berada di padepokan itu saya rasa tidaklah terlalu membahayakan kalau kita datang hanya sekedar mencari tahu keberadaan Pendekar, yang menjadi persoalan sekarang hujan masih lebat dan bagaimana kita akan ke sana?” Setelah beberapa saat hening akhirnya Idrus bersuara, Randa dan para pemuda serta beberapa orang penduduk Sikabau yang berada di pendopo itu secara bersamaan arahkan pandangan ke halaman. “Benar yang Uda Idrus katakan hujan masih lebat dan tidak memungkinkan sekarang kita menuju Padepokan Singa Putih itu, kalau saja siang hari tentu tidak akan menjadi persoalan tapi ini malam obor yang akan kita gunakan sebagai penerang jalan pasti akan padam.” Ujar Randa. “Kita tunggu saja, mudah-midahan hujan reda sebelum tengah malam nanti hingga kita dapat bersama-sa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-22
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2122232425
...
46
DMCA.com Protection Status