Terlahir sebagai anak yatim dan Ibunya seorang babu di sebuah Kerajaan, Arya Mandu akhirnya menjadi sosok Pendekar tanpa tanding setelah diasuh dan digembleng oleh Eyang Pandan Suri yang berjuluk Nyi Konde Perak. Sang Guru memberikan julukan padanya Rajawali Dari Andalas dan memintanya turun gunung setelah menguasai seluruh ilmu yang ia wariskan. Namun, selain menjalankan amanah untuk selalu menegakan kebenaran di manapun ia berada, Arya Mandu juga ingin mencari keberadaan Ibunya. Berhasilkan Arya menjalankan amanat sang guru dan menemukan Ibu Kandungnya? Terlebih, Arya harus mengalahkan lawan-lawannya yang kerap menebar kejahatan di Bumi Nusantara? Atau, Pendekar Rajawali ini perlahan menjadi serupa dengan lawannya?
Lihat lebih banyakPuncak Gunung Sumbing pagi itu nampak berkabut akibat hujan yang turun cukup lebat tadi malam. Hampir keseluruhan dedaunan pepohonan di gunung itu masih tampak basah dan berembun.
Arya yang tengah asyik berlatih, lantas berhenti lalu melangkah ke arah pondok begitu mendapat panggilan sang guru.
Pondok itu berukuran tidak terlalu besar, tetapi memiliki anak tangga yang tingginya sekitar 5 kaki. Arya pun menaiki tangga itu di mana di dalam pondok Nyi Konde Perak tengah duduk bersila.
Setiba di atas pondok itu Arya pun ikut duduk bersila di depan Nyi Konde Perak, tak lama kedua mata perempuan tua di depannya terbuka setelah beberapa saat yang lalu ia picingkan.
“Kenapa tiba-tiba saja Eyang memanggil saya? Padahal saya belum selesai berlatih pagi ini,” tanya Arya.
“Saya rasa sudah cukup kamu berlatih, semua ilmu yang saya wariskan sepertinya telah kau kuasai dengan baik. Saya memanggilmu ingin memberi tahu bahwasanya sudah waktunya kamu untuk turun gunung muridku,” tutur Nyi Konde Perak yang ternyata guru dari Arya.
“Lantas apa tugas yang akan saya lakukan karena Eyang memintaku segera turun gunung? Apakah saya ke Pulau Andalas dulu mencari keberadaan Ibu Saya itu?” Arya bertanya kembali.
“Hemmm, tentu saja tidak harus terlebih dahulu mencari Ibumu ke Pulau Andalas sana. Di Tanah Jawa ini banyak sekali permasalahan yang terjadi, perampokan, penindasan serta pemerkosaan yang dilakukan para manusia bejad. Pertempuran di mana-mana berebut kekuasaan dan itu menyebabkan banyaknya manusia-manusia tak berdosa yang menjadi korban, kau harus bisa memilah mana yang harus kamu bela mana yang musti kamu tumpas nantinya,” tutur Nyi Konde Perak.
“Tapi saya nanti diizinkan juga untuk mencari Ibu saya di Pulau Andalas sana kan Eyang?”
“Tentu saja Arya, sebab di Pulau Andalas juga kerap terjadi kekacauan oleh tangan-tangan yang tak bertanggung jawab. Mereka umumnya para pendekar-pendekar dari golongan hitam yang selalu suka berbuat kejahatan demi mencapai keinginannya, kamu harus berhati-hati mereka bukan saja tega membunuh siapa saja tapi juga pandai menyusun siasat licik.”
“Baik Eyang, nasehat dari Eyang akan selalu saya ingat.”
“Di dalam rimba persilatan sosok pendekar selalu memiliki julukan di samping nama yang melekat pada dirinya, julukan itu biasanya diberikan oleh sosok yang dihormati seperti Raja ataupun Guru. Untuk itu kamu saya beri julukan Rajawali Dari Andalas, tujuannya bukan untuk memamerkan diri karena memiliki ilmu tinggi melainkan sekedar julukan yang akan memudahkan bagi siapa saja yang pernah kamu tolong untuk mengingatmu nantinya,” tutur Nyi Konde Perak.
“Oh, seperti halnya Eyang yang dijuluki Nyi Konde Perak, begitu?” tanya Arya.
“Ya benar, tapi julukan saya ini bukan dari Guru saya melainkan dari seorang Raja yang dulu pernah saya bantu mempertahankan Kerajaannya dari serangan musuh.”
“Lalu apakah Brahma akan saya bawa serta dalam memulai perjalanan menegakan kebenaran di muka bumi ini, Eyang?”
Pemuda itu teringat pada seekor burung rajawali yang sangat besar berwarna putih. Sejak kecil, Arya selalu bermain dan dijaga oleh burung rajawali itu saat Nyi Konde Perak berpergian sejenak meninggalkan puncak Gunung Sumbing. Saking besarnya burung rajawali itu, Brahma bahkan mampu membawa beberapa orang dewasa di punggungnya sambil terbang dan mampu pula menjinjing dua ekor induk kerbau ke udara.
Brahma juga akan dengan mudah membunuh siapa saja yang ia lihat saat terbang di udara membuat keonaran di muka bumi, meskipun dia tak pandai bicara layaknya manusia namun ia faham setiap kata-kata yang diucapkan Nyi Konde Perak dan Arya.
Nyi Konde Perak terdiam, sebelum akhirnya ia berbicara, “Hemmm, kamu tidak boleh manja. Brahma bisa saja kamu panggil kapanpun kamu mau asal dalam keadaan benar-benar terdesak seperti halnya menggunakan Pedang Rajawali Putih,” jawab Nyi Konde Perak.
Arya pun mengangguk. “Baik Eyang, saya tidak akan sembarangan menggunakan Pedang Rajawali Putih atau juga memanggil Brahma.”
“Sekarang berangkatlah muridku. Selalu ikuti kata hatimu dalam setiap menentukan arah langkah, jika kau telah melangkah jangan pernah menoleh lagi ke belakang. Ingat Arya selalulah berpegang teguh pada amanah untuk menegakan kebenaran membasmi keangkaramurkaan di muka bumi ini,” Nyi Konde memberi nasehat.
“Baik Eyang, ilmu yang Eyang wariskan ini akan saya gunakan untuk membela kebenaran. Terima kasih selama ini saya Eyang asuh dan gembleng menjadi seorang pendekar, saya tidak tahu dengan apa akan membalas budi baik Eyang ini,” ucap Arya.
“Saya tak pernah mengharapkan balas budimu Arya, dengan kamu tetap berpegang teguh menggunakan ilmu yang kau miliki di jalan yang benar itu sudah cukup membuatku senang.”
“Saya pamit Eyang,” ucap Arya seraya membungkuk dan mencium kedua tangan Gurunya, Nyi Konde Perak tersenyum lalu mengusap-usap pundak muridnya itu.
Setelah Arya turun dari pondok ia pun langsung langkahkan kakinya menuruni lereng Gunung Sumbing itu sambil bersiul-siul.
Seperti yang tadi disarankan Gurunya, Arya tak sekalipun menoleh ke belakang ke arah pondok di mana di sana Nyi Konde Perak yang masih duduk bersila memicingkan kedua matanya kembali seperti orang yang sedang bersemedi.
Yang namanya seorang pendekar berilmu tinggi tentu tidak sama cara menuruni lereng gunung dengan manusia biasa pada umumnya, tubuh Arya seperti kapas yang ringan berkelebat dari atas ujung dahan pepohonan ke ujung dahan pepohonan lainnya hingga dalam sekejab saja ia telah tiba di lembah.
*****
Tak lama, Arya pun tiba di lembah Gunung Sumbing.Anak sungai berbatu-batu membuatnya melompat dan menjejakan kedua kakinya di batu yang satu ke batu yang lainnya Arya pun tiba di seberang.
Seakan tantangan belum berhenti, setelah menyeberangi anak sungai berbatu-batu, Arya dihadapkan dengan hutan belantara, pepopohan di hutan itu sangat rapat dan berdaun rimbun.
Anehnya, dia merasakan hawa tak mengenakan saat menyelusuri hutan belantara itu.
Perkataan sang guru untuk menegakan kebenaran di manapun ia berada tiba-tiba terlintas.
Sebagai Pendekar, ia telah berjanji untuk menyelesaikan semua tugas menumpas segala keangkaramurkaan dari orang-orang jahat atau para pendekar dari golongan hitam yang selalu membuat keonaran di Pulau Jawa. Setelahnya, ia baru akan mencari Ibunya di Pulau Andalas.
Diam-diam, pemuda itu pun berdoa dalam hati. "Semoga perjalananku selancar ketika aku menuruni Gunung Sumbing."
Lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya itu berubah menjadi putih ke perak-perakan. Sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang ke arah tubuh Raksasa Durja Iblis, dua sinar putih menderu menghantam tubuh Raksasa Durja Iblis itu. “Buuuuuuuuuum..! Kraaaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Ledakan maha dahsyat pun terdengar seiring dengan hancurnya tubuh Raksasa Durja Iblis hingga menjadi debu bertaburan di tanah, itulah ajian andalan Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas yang bernama ajian Rajawali Melebur Sukma. Pekik dan sorak kemenangan bergemuruh dari ribuan prajurit gabungan istana peri dan Kerajaan Permata Timur, istana megah Kerajaan Angkasa itu pun telah rata dengan tanah seiring terbenamnya tubuh Raksasa Durja Iblis saat dihantam ajian Telapak Suci Budha yang dilesatkan Arya tadinya sebelum tubuh Raksasa Durja Iblis itu hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Melebur Sukma. Tubuh Arya yang tad
Pasukan gabungan peri dan Kerajaan Permata Timur pun tak berselang lama setelah itu mampu pula menaklukan ribuan prajurit istana Kerajaan Angkasa, sebagian besar dari mereka tewas bersimbah darah, dan sebagian lagi dipaksa menyerah. Sementara duel sengit antara Arya dan Batara Durja masih berlangsung, sejauh ini Arya belum mampu mendekat apalagi menghantamkan pukulannya ke tubuh Batara Durja, karena raja segala licik dan tamak itu selalu menghantamkan senjata mustikanya berupa gada ke arah Arya, hingga membuat sang pendekar dipaksa menghindar bahkan beberapa kali mundur. Mendapatkan beberapa kali serangannya gagal dan mengetahui jika Guru dan sebagian besar prajuritnya tewas, Batara Durja pun murka. Dengan segera ia merubah wujudnya menjadi Raksasa Durja Iblis, yang tentu saja diiringi semakin besarnya senjata mustikanya berupa gada itu. “Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..!” tanah yang terkena hantaman gada itu bak dilanda gempa dahsyat membuat semua yang ada di kawasan itu terpent
Setelah menyusun dan merembukan dengan matang rencana penyerangan ke istana Kerajaan Angkasa, ke empat peri yang memimpin 4 penjuru kawasan negeri diatas awan itu kembali ke istana mereka masing-masing, sementara Arya tetap tinggal di istana ratu hingga esok pagi seluruh pasukan berkumpul di sana. Peri Salju setibanya di istana salju di kawasan utara segera menyampaikan berita itu pada seluruh pasukannya, begitu pula dengan Peri Api dan Peri Laut di kawasan selatan dan barat. Sementara Peri Bulan sebelum menuju istananya dikawasan timur, ia singgah dulu di istana Kerajaan Permata Timur menemui Benggala dan Yuda Tirta selaku Raja serta Panglima Kerajaan. “Mari silahkan masuk yang mulia Peri Bulan! Baginda Benggala ada didalam istana!” tutur Yuda Tirta yang menyambut kedatangan Peri Bulan dihalaman istana Kerajaan Permata Timur itu. “Terima kasih, Yuda!” ucap Peri Bulan dengan senyum ramahnya, kemudian ia diiringi Yuda Tirta masuk kedalam istana menemui Benggala. “Sebuah kehormatan
“Loh, kok diam saja Arya? Ayo, naik kita berangkat sekarang!” seru Peri Salju. “Iya, tapi sebaiknya aku ganti pakaian dulu, sepertinya pakaian yang aku jemur itu sudah kering!” ujar Arya sambil memunggut pakaian yang ia jemur di samping mulut goa itu. “Oh, ya silahkan! Kami akan menunggumu!” setelah mengambil pakaian yang ia jemur Arya masuk kembali kedalam goa mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Arya pun tampak ke luar dari mulut Goa, Peri Salju kembali memintanya naik ke punggung kuda putih bersayap tunggangannya itu. Arya melesat ke atas kuda di belakang Peri Salju duduk, dengan tersenyum Peri Salju memerintahkan kuda putih bersayap itu untuk terbang kembali ke negeri diatas awan. ***** “Apa yang mulia yakin pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu tidak akan selamat dari luka yang ia alami saat bertarung kemarin?!” tanya Durgama, saat ia diminta berkumpul dengan para petinggi istana lainya diruang utama Kerajaan Angkasa. “Ha.. Ha.. Ha..! Aku benar-benar
“Hemmm... Jasa yang telah kau berikan pada negeri peri dan negeri di atas awan sudah sangat besar! Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang aku lakukan ini kepadamu! Racun Iblis yang ada di tubuhmu belum sepenuhnya hilang, karena aku hanya berhasil mengeluarkan sebagiannya saja!” tutur Resi Dharma.“Jadi racun iblis masih ada di dalam tubuhku? Lalu bagaimana cara menghilangkan keseluruhannya, Resi?” Arya terlihat panik akan yang dituturkan Resi Dharma baru saja kepadanya.“Kamu tak perlu cemas! Kamu cukup berendam di depan air terjun sana beberapa menit! Air itu akan melenyapkan seluruh racun yang ada di tubuhmu! Tadi selain mengeluarkan sebagian racun di tubuhmu, aku juga telah berhasil membuka pori-pori di seluruh badanmu! Agar hawa gaib air terjun dapat merasuki dan melenyapkan racun di tubuhmu itu!” tutur Resi Dharma.“Oh, begitu! Baiklah sekarang juga aku akan berendam di air terjun depan goa ini!” Resi Dharma hanya anggukan kepalanya, Arya dengan tertatih-tatih bangkit
Setibanya di istana salju di ruangan tempat Arya dibaringkan, Peri Ratu segera memeriksa tubuh sang pendekar. Bagian dada kanan tampak lebam, dan ada goresan luka yang darahnya telah membeku.“Luka dalam yang dialami Arya sangat parah! Kalau saja dia bukan sosok berilmu tinggi, mungkin tulang dadanya telah remuk! Senjata mustika milik Batara Durja itu pun melukai bagian dadanya, dan akibatnya racun jahat dari senjata itu mengalir ke seluruh tubuhnya!” tutur Peri Ratu.“Apakah Arya masih hidup yang mulia? Tadi aku periksa denyut nadi dan detak jantungnya tak ada sama sekali!” Peri Salju masih terlihat sangat cemas.“Hemmm... Mungkin saat kamu memeriksanya tadi keadaanmu lagi kalut, hingga kamu tak merasakan masih adanya denyut nadi dan detak jantungnya! Hanya saja saat ini dia benar-benar tak bisa bergerak sama sekali dan tak sadarkan diri akibat racun iblis yang menjalar diseluruh tubuhnya! Ternyata Batara Durja tidak sendiri, dia bersekutu dengan raja iblis!” Peri Ratu menjelaskan se
“Tidak Arya, apapun yang terjadi nantinya aku akan tetap bersamamu di sini! Berhati-hatilah, sosok yang kamu hadapi ini sangat licik dan berbahaya!” ujar Peri Salju, Arya tersenyum lalu mengangguk. Batara Durja yang memang tak dapat lagi menahan ingin segera menghajar Arya yang selama ini selalu menggagalkan rencananya, mulai dari negeri peri hingga terakhir menewaskan salah seorang kepercayaannya di istana bernama Durpala, langsung menerjang ke depan ke arah sang pendekar. Hantaman kaki dan tangan secara bergantian membuat Arya terpaksa beberapa kali mengelak dan menangkis, meskipun serangan itu tanpa dialiri kekuatan ilmu tenaga dalam akan tetapi hawa pukulan Batara Durja sangat terasa dan membahayakan. Tubuh Batara Durja memang tinggi dan kekar, akan tetapi gerakan-gerakannya sangat gesit membuat Arya cukup kewalahan dan harus menghindar kian-kemari. “Deeeeeeees..! Deeeeeeeees..!” sebuah pukulan tangan kosong Arya mendarat keras mengenai dada kanan Batara Durja hingga membuatny
“Sudah dua kali mereka berusaha untuk menguasai Desa Gumanti ini! Dan beberapa hari yang lalu mereka berhasil membuat kami menyerah karena tak kuasa melawan!” tutur Jabari saat mereka telah duduk bersama diruangan terbuka itu. “Sepertinya Kerajaan Angkasa itu memang serakah dan tak pernah merasa jera, sebelum rajanya yang bernama Batara Durja itu ditaklukan!” tutur Arya. “Terima kasih sekali lagi kami ucapkan pada kalian semua yang telah membantu membebaskan Desa Gumanti dari mereka! Kami tak tahu harus bagaimana membalas jasa baik kalian ini!” ucap Jabari mewakili seluruh warganya. “Sama-sama, Jabari!” tutur Arya, Peri Salju dan Wisnu Dharma. “Lantas sekarang apa yang perlu kami bantu? Apakah kami seluruh warga musti ikut ke Kerajaan Angkasa itu?” tanya Jabari. “Tidak usah, biar Aku dan Peri Salju saja yang ke sana!” “Apakah itu tidak terlalu berbahaya Arya, sementara di istana Kerajaan itu ada ribuan prajurit yang tentunya akan menghadang kalian?! Bagaimana jika seluruh muridk
“Dia sosok yang sangat berbahaya! Ambisinya jelas ingin berkuasa atas negeri diatas awan ini! Dia tentu saja sangat membenci yang mulia dan para peri lainnya, yang secara nyata diberikan hak kekuasaan di negeri diatas awan!” tutur Wisnu Dharma. “Ilmu apa yang ia miliki hingga Guru sendiri tak sanggup menghadapinya hingga harus lari dan bersembunyi di goa negeri peri?” kali ini Arya yang bertanya. “Aku sendiri tidak tahu ilmu apa yang ia miliki, Arya! Yang jelas ilmunya itu sangat aneh dan sulit dihadapi! Aku melarikan diri hingga ke negeri peri disamping untuk menyelamatkan nyawaku, juga yang tak kalah pentingnya menyelamatkan kitab tapak budha!” tutur Wisnu Dharma. “Di mana letak Kerajaan Angkasa itu, Guru?” “Kerajaan itu berada diarah utara dari kuil ini! Jika kamu hendak kesana, kebetulan nanti selepas tengah hari kita akan berhadapan dengan para prajurit Kerajaan itu di Desa Gumanti! Kamu bisa menahan salah seorang dari mereka untuk menunjukan jalan ke istana Kerajaan Angkasa
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen