Home / Pendekar / Pendekar Rajawali Dari Andalas / Chapter 231 - Chapter 240

All Chapters of Pendekar Rajawali Dari Andalas: Chapter 231 - Chapter 240

460 Chapters

Bab 231. Dinasehati Sang Guru

“Bocah tolol...! Punya ilmu dan senjata mustika tak digunakan, punya teman tak dimintai pertolongan.” Suara itu terdengar jelas hingga Arya mendongakan kepalanya ke atas mencari sosok yang baru saja memaki sekaligus menasehatinya. “Eyang di mana?!” Seru Arya saat ia tak melihat sosok yang dipanggilnya itu di atas lobang tempat ia terperangkap itu. “Kau benar-benar tolol..! Bukankah saya bisa berbicara denganmu dari jarak yang jauh, apa kau lupa? Sekarang cepat lakukan apa yang tadi saya katakan!” Jawab sosok yang dipanggil Eyang itu, dia tidak lain adalah Guru Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas bernama Pandan Suri alias Nyi Konde Perak. Arya tak lagi mengeluarkan suara karena setiap berkata selalu dimaki, lagi pula ia tahu jika sang Eyang sudah tak mau menanggapinya. Arya sekarang menggaruk-garuk kepalanya, sesekali ia nyengir sendiri atas makian sekaligus nasehat dari Gurunya itu. “Aku memang tolol..! Eyang benar semua ilmunya telah dia turunkan kepadaku begitu juga dengan se
last updateLast Updated : 2023-11-25
Read more

Bab 232. Dibawa Ke Dangau

“Pendekar...?!” Seru terkejut saat mereka tiba di tempat di mana di sana tergeletak sosok pemuda tampan berpakaian putih dan di sebelahnya berjongkok salah seorang teman sesama petani. “Kita harus memberi tahu Idrus.” Ujar salah seorang dari mereka. “Ya, tapi sebelumnya alangkah baiknya kita bawa pendekar ke dangau sepertinya dia pingsan.” Jawab salah seorang petani yang berjongkok di sebelah tubuh sosok yang dipanggil pendekar itu, tanpa menunggu waktu lama beberapa orang dari mereka langsung membopong tubuh pendekar itu membawanya ke dangau yang terdekat. Tubuh sosok yang dipanggil pendekar yang tidak lain adalah Arya Mandu itu direbahkan di dalam dangau dengan kepala berbantal 3 potong kayu bulat sepanjang setengah meter, potongan kayu itu dibalut dan disatukan dengan kain hingga cukup nyaman untuk dijadikan ganjal kepala. Rupanya menjelang tubuh Arya dibopong ke dangau salah seorang dari mereka bergegas ke rumah Idrus yang saat itu kebetulan tidak ada kegiatan di luar atau
last updateLast Updated : 2023-11-28
Read more

Bab 233. Tak Beri Ampun

“Apa, Adipati Tampati dibawa ke istana Kerajaan Malayu?!” Idrus dan beberapa orang yang berada di dalam dangau mengangguk menanggapi keterkejutan Arya. “Apa tujuan Rambi Singo membawa Adipati Tampati ke istana Kerajaan itu? Lalu kenapa kalian tidak mencegahnya?” Sambung Arya, Idrus dan Randa saling berpandangan lalu salah satu dari mereka yang menjawab. “Maafkan kami pendekar, kami tidak tahu apa tujuan Rambi Singo itu membawa Tuan Adipati ke istana Kerajaan Malayu. Begitu pula kami tak kuasa mencegahnya, karena Rambi Singo mengancam akan membunuh Tuan Adipati jika kami melawan atau tak membiarkan keinginannya membawa Tuan Adipati saat itu juga.” Arya terdiam mendengar jawaban dari Idrus itu, beberapa saat pandangannya ia arahkan ke atap dangau yang terbuat dari dedaunan. “Sangat mengherankan kenapa Rambi Singo membawa Adipati Tampati ke istana Kerajaan Malayu, bukankah itu justru akan membahayakan dirinya sendiri karena sejatinya Adipati Tampati tentu merupakan salah seorang ke
last updateLast Updated : 2023-12-02
Read more

Bab 234. Hukuman Gantung

Matahari tepat tegak lurus di atas puncak kepala, teriknya terasa sekali menyengat terlebih siang itu sangat cerah. Langit pun tampak biru dan nyaris tak terlihat awan di sana, angin yang bertiup seakan tak mampu mengusir hawa panas yang menyelubungi bumi. Cerahnya siang itu rupanya berlawanan dengan raut wajah seorang lelaki yang berdiri di tiang gantungan dengan kedua tangan terikat ke belakang dan matanya ditutup secarik kain, wajah lelaki itu muram pucat pasi badan hingga bibirnya pun tampak gemetar. Tiang gantungan tempat lelaki itu berdiri berada di halaman sebuah Kerajaan besar, di sekelilingnya tampak ratusan prajurit bersenjata tombak. Sementara tepat di depan istana yaitu di teras terlihat sosok lelaki memakai mahkota di kepalanya, sepertinya dia adalah Raja Kerajaan itu karena di sisi kanan dan kiri hingga belakangnya terdapat para pengawal. Selain kursi yang diduduki Raja, terlihat pula dua buah kursi yang berada di sebelah kanan dan kirinya. Sebelah kanan diduduki seor
last updateLast Updated : 2023-12-06
Read more

Bab 235. Dijelaskan Oleh Panglima

Rambi Singo terlihat mengarahkan pandangannya pada seluruh prajurit serta Baginda Raja yang untuk beberapa saat lamanya tidak ada tindakan apa-apa atas hal yang baru saja terjadi, hingga Ketua Padepokan Singa Putih itu penasaran dan heran. “Cepat tangkap pengacau itu..!” Seru Rambi Singo yang ditujukan pada para prajurit istana, saat para prajurit bergerak ingin melakukan apa yang diperintah Rambi Singo tiba-tiba Panglima Kerajaan Malayu lekas-lekas berdiri di hadapan pemuda tampan berpakaian putih yang baru saja menggagalkan hukuman gantung pada diri Adipati Tampati itu. “Kalian tetap berdiri di tempat! Jangan pernah melakukan sesuatu di luar perintah saya dan yang mulia!” Hardik Panglima, para prajurit yang tadi sempat bergerak maju ke arah pemuda berpakaian putih itu pun mundur teratur ke tempat mereka berdiri semula. Mendengar hal itu Baginda Raja yang juga heran dan penasaran nampak melangkah mendekati Panglima diiringi beberapa orang pengawal, Panglima pun memaklumi hal itu
last updateLast Updated : 2023-12-08
Read more

Bab 236. Kebusukan Terbongkar

“Dia yang melaporkan pada saya tentang kesalahan yang telah dilakukan Tampati, dia mengatakan jika Tampati bekerja sama dengan para pengacau untuk memeras para penduduk Sikabau.” Ujar Baginda Raja sembari menunjuk ke arah Rambi Singo, Arya pun terkejut dan geram. “Dasar keparat kau Rambi Singo..! Kau yang justru telah membuat keonaran di Sikabau, kau bukan saja memaksa untuk mendirikan padepokan di sana tapi juga mengancam Adipati Tampati agar niat busukmu menaikan upeti dua kali lipat dengan mengatas namakan pihak Kerajaan Malayu tercapai!” Maki Arya sembari menunjuk dengan telunjuk kirinya ke arah Rambi Singo. “Benar yang mulia, hamba disekap di padepokan yang ia dirikan itu lalu diancam agar menuruti keinginannya.” Adipati Tampati pun bicara membenarkan semua yang dikatakan Arya. “Kurang ajar..! Tangkap dia...!” Baginda Raja pun geram lalu memerintahkan para prajurit untuk menangkap Rambi Singo. Baru saja para prajurit bergerak ingin menangkapnya, Ketua Padepokan Singa Puti
last updateLast Updated : 2023-12-10
Read more

Bab 237.Mencegat Rambi Singo

Diancam seperti itu tentu saja Bi Duma ketakutan dan langsung terdiam... Hampir setengah jam sejak kereta kuda yang dikendalikan Rambi Singo meninggalkan kawasan istana Kerajaan Malayu, saat ini memasuki kawasan hutan yang di sana terdapat jalan yang dapat dilalui kereta. Meskipun jalan itu ditumbuhi rumput-rumput kecil, akan tetapi masih tampak bekas roda kereta ataupun juga gerobak pertanda jalan itu memang jalan yang umum dilalui dari daerah Sungai Dareh ke daerah Sijunjung begitu pula sebaliknya. Umumnya yang melalui jalan itu para pedagang antar daerah dan sesekali juga para petani yang membawa hasil pertanian dari kebun atau sawah mereka yang terdapat di seberang hutan itu, begitu pula bagi Rambi Singo sudah tidak asing lagi melintasi jalan itu. Sementara beberapa orang anak buah Rambi Singo yang dari istana Kerajaan Malayu tadi mengikuti Ketuanya itu, saat ini terpaut jarak cukup jauh karena Rambi Singo lebih dulu dan memacu kereta kudanya cukup kencang. Karena merasa nger
last updateLast Updated : 2023-12-12
Read more

Bab 238. Pertarungan Sengit

“Bedebah..! Sekarang kau akan saya buat tidak bisa cengengesan lagi selamanya..!” Habis berkata Rambi Singo memutar-mutar kedua tangannya saling berlawanan arah, tak beberapa lama di sela-sela ujung jarinya ke luar kuku yang keseluruhannya runcing dan berwarna hitam pekat. Rupanya Rambi Singo benar-benar murka atas sikap Arya yang dianggap menyepelekan dirinya, hingga ia saat itu juga mengeluarkan jurus andalannya yang berjuluk Cakar Singa Beracun. Bak seekor singa pula tubuh Rambi Singo melesat cepat menerkam ke arah Arya, sang pendekar yang saat itu masih cengegesan langsung terkejut. Lagi-lagi ia dengan cepat rebahkan tubuhnya ke tanah, hingga terkaman cakar-cakar beracun di kuku Rambi Singo kembali menerpa angin. Meskipun begitu tampak di wajah Arya mengambarkan kalau dirinya tengah dilanda rasa cemas, tatapannya begitu tajam memperhatikan tindakan apalagi yang akan dilakukan Ketua Padepokan Singa Putih itu. “Sial..! Ajian si keparat itu cukup berbahaya, hampir saja batuk kep
last updateLast Updated : 2023-12-14
Read more

Bab 239. Kembali Ke Istana

Di perjalanan menuju istana Kerajaan Malayu, Bi Duma yang duduk di sebelah Arya di atas kereta kuda merasakan sesuatu hal yang aneh. Hal itu dikarenakan begitu dekat rasanya dia dengan pemuda tampan yang mengendalikan laju kereta kuda yang duduk di sebelahnya itu, padahal dia untuk kedua kalinya bertemu setelah melihat sang pendekar sewaktu menggagalkan hukuman gantung Adipati Tampati di halaman istana. Ada semacam kontak batin yang sangat kuat, namun Bi Duma tak berani membicarakan hal itu takut mengganggu konsentrasi Arya mengendalikan kereta kuda menuju istana Kerajaan Malayu. Beiringan sang surya hampir tenggelam di ufuk Barat dengan sinarannya yang kemerah-merahan, kereta kuda yang dikendalikan Arya pun tiba di depan pintu gerbang istana. Para penjaga dengan segera membuka pintu gerbang itu setelah mengetahui jika di atas kereta kuda itu terlihat Bi Duma dengan pendekar yang tadi siang menyelamatkan Adipati Tampati dari hukuman gantung akibat fitnahan Rambi Singo, beberapa pra
last updateLast Updated : 2023-12-15
Read more

Bab 240. Terkejut Dan Bingung

“Silahkan diminum dan dicicipi Tuan Pendekar.” Tawar Bi Duma. “Terima kasih Bi, jangan panggil saya dengan sebutan Tuan! Nama saya Arya Mandu, Bi Duma cukup memanggil saya Arya saja.” Ucap Arya, Bi Duma pun mengangguk diiringi senyum ramahnya. Setelah meletakan minuman dan panganan ringan serta buah-buahan segar di atas meja tepat di depan Arya dan Adipati Tampati serta Panglima duduk Bi Duma kembali pamit untuk meninggalkan ruangan itu. “Mari silahkan diminum!” Kali ini terdengar Baginda Raja yang menawarkan Arya untuk minum dan mencicipi panganan serta buah-buahan yang telah dihidangkan Bi Duma. “Terima kasih yang mulia, mari Adipati, Panglima kita minum bersama!” Ucap Arya, lalu mengajak Adipati Tampati dan Panglima untuk sama-sama minum dan mencicipi hidangan di meja di depan mereka duduk itu. “Oh ya Arya, sudah seberapa jauh kamu mengejar Rambi Singo dan berhasil membebaskan Bi Duma dari kawasan istana ini?” tanya Baginda Raja. “Cukup jauh juga dari istana ini ke arah B
last updateLast Updated : 2023-12-16
Read more
PREV
1
...
2223242526
...
46
DMCA.com Protection Status