Home / Pendekar / Pendekar Rajawali Dari Andalas / Chapter 201 - Chapter 210

All Chapters of Pendekar Rajawali Dari Andalas: Chapter 201 - Chapter 210

460 Chapters

Bab 201. Pertarungan Dimulai

“Sawung..! Mana pemuda yang kau sebut berani menerima tantangan saya itu? Sampai sekarang belum datang juga, apa dia lagi sakit perut mencret atau juga lagi mengeringkan celananya bekas ompol?! Ha..! Ha..! Ha..!” Seru Gopal diiringi tawa mengejek, anak buah serta pendekar bayarannya pun ikut terbahak-bahak. “Saya rasa dia memang tak berani datang Tuan, karena dia mungkin merasa nyawanya bakal hilang." Ujar salah seorang pendekar bayaran yang ada di sisi kanan kereta kuda itu lalu tertawa kembali. “Mereka datang Tuan!” Seru anak buahnya yang bernama Sawung yang saat itu berada beberapa tombak di depan karena memang ditugasi untuk mengawasi situasi di sana, benar saja dari arah Timur tepat di depan mereka tampak puluhan pemuda datang termasuk di dalam rombongan itu Arya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas. Adipati Gopal dan rombongannya yang saat itu masih tertawa, seketika saja terdiam dan terkejut. “Punya nyali juga bocah itu datang ke sini!” Gumam Gopal dalam hati, sementara p
last updateLast Updated : 2023-10-05
Read more

Bab 202. Tewasnya Gopal Kaliang

Rupanya orang yang bernama Arkam ini tak ingin memberi waktu sedikitpun bagi Arya untuk bangkit, dia begitu berambisi untuk menghabisi Arya saat itu juga. Arya pun cepat sadar akan hal itu begitu Arkam melancarkan pukulan berikutnya tubuh sang pendekar melesat ke udara, sebuah pukulan bertenaga dalam tinggi yang dilepaskan Arkam menghantam tanah tempat Arya tadi berpijak. Akibat tak mengenai sasaran tanah yang terkena pukulan itu pun berlobang dan mengeluarkan asap, inilah salah satu pukulan andalan Arkam yang bernama Cobra Mematuk Mangsa pukulan ini bukan hanya mampu melobangi apapun yang terkena hantaman melainkan juga disertai racun yang amat mematikan. Tubuh Arya yang tadi di udara kini telah tegak kembali di tanah beberapa tombak di belakang Arkam, melihat lawan lolos dari serangan Arkam pun segera balikan tubuh ke arah Arya sembari melepaskan pukulan yang sama. Arya kembali menerapkan Ajian Topan Gunung Sumbing untuk membentengi diri dari serangan lawan, begitu kedua pukulan i
last updateLast Updated : 2023-10-06
Read more

Bab 203. Kelelawar Raksasa Tewas

Arya yang sadar kalau kelelawar raksasa itu akan menghantam kembali dengan gumpalan api, dengan cepat pula tubuh sang pendekar itu melesat tiga tombak ke atas lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit. Tiba-tiba kedua kedua pergelangan tangan Arya berubah menjadi putih ke perak-perakan, sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang. Wuuuuuus..! Wuuuuus..!” Dua sinar putih bersamaan menderu ke arah tepat di bagian dada seekor kelelawar raksasa. “Buuuumm..! Blaaaarrr..!” Tak ampun lagi ledakan maha dahsyat pun terdengar disusul hancurnya tubuh kelelawar raksasa itu menjadi debu bertebaran di tanah, itulah maha dahsyatnya ajian Rajawali Melebur Sukma yang baru saja dilesatkan Arya. Puluhan pemuda bersorak gembira sambil berlarian menyonsong sang pendekar, sebagian dari mereka ada pula yang berlari pulang menuju rumah Karim untuk memberi tahu kabar gembira itu. “Hidup Tuan Pendekar! Horeee..!” Tubuh Arya secara berulang dilambung-lambungkan ke
last updateLast Updated : 2023-10-07
Read more

Bab 204. Arya Bertemu Panglima

Dengan ramah dan penuh hormat Karim berserta orang-orang yang berada di rumahnya menyambut kedatangan Panglima Kerajaan dan rombongan, begitu pula dengan Arya ikut di barisan depan penyambutan. Panglima dan rombongan pun turun dari kuda lalu melangkah seraya memberi salam pada orang-orang yang tengah menyambut, tujuh orang pemuda begitu melihat Arya ada di barisan orang-orang yang menyambut segera berlari bersamaan menghampiri seraya memeluk sang pendekar dalam hati mereka menebak bahwa Arya telah mampu mengalahkan Adipati Gopal hingga secara tiba-tiba saja mereka lakukan itu. ”Mari Tuan Panglima kita duduk sambil minum secangkir teh!” Karim mempersilahkan Panglima beserta rombongan Kerajaan untuk duduk di tempat yang memang telah dipersiapkan berupa tenda besar yang berdiri di halaman rumah itu. “Paman Karim, sebelumnya saya dan rombongan Kerajaan telah mendapat laporan dari utusan pemuda daerah ini bahwasanya Adipati Gopal telah melakukan hal yang membuat penduduk-penduduk daera
last updateLast Updated : 2023-10-08
Read more

Bab 205. Menolak Bingkisan

“Mohon ampun yang mulia, sebelum kami tiba di daerah Sungai Rumbai ternyata Adipati menantang seorang pendekar muda untuk bertarung di tanah lapang dan pertarungan itu dimenangkan oleh pendekar muda itu dan Adipati Gopal pun tewas.” Tutur Panglima. “Apa, Adipati Gopal tewas?! Hemmm, siapa gerangan pendekar muda yang telah mampu menewaskan Adipati Gopal itu Panglima?” Raja awalnya terkejut lalu tersenyum kagum pada sosok pendekar muda yang telah menewaskan Gopal, karena memang Raja Malayu juga tahu seorang Gopal Kaliang tidaklah mudah untuk dikalahkan. “Nama pendekar muda itu Arya Mandu yang mulia, dia berasal dari Pulau Jawa. Kabar yang hamba dengar dari penduduk di sana dia diberi gelar oleh Gurunya Pendekar Rajawali Dari Andalas, dia juga yang telah melindungi para penduduk daerah Sungai Rumbai dalam beberapa hari ini dari kebiadaban Adipati Gopal.” Jelas Panglima masih dalam posisi bersimpuh. “Kenapa tak Panglima undang pendekar muda itu ke sini? Saya akan memberi hadiah dan
last updateLast Updated : 2023-10-09
Read more

Bab 206. Rambi Singo

Dari arah samping tampak seorang pemuda kampung berlari-lari kecil sambil menarik seekor kuda. “Tuan Pendekar, saya harap kali ini Tuan tidak menolak terimalah kuda ini untuk Tuan jadikan kendaraan dalam perjalanan.” Serunya sembari menyerahkan seekor kuda itu pada Arya. “Terima kasih saudaraku.” Ucap Arya lalu memeluk pemuda yang memberikan kuda itu kemudian Arya pun pamit seraya melambaikan tangan ke semua orang yang ada di situ, baru saja Arya hendak melompat ke punggung kuda tiba-tiba... “Uda..!” Seru seseorang di belakang barisan para penduduk. Arya pun menoleh ke arah suara itu, tampak seorang gadis jelita berjalan di sela-sela kerumunan penduduk Arya pun tersenyum karena suara yang memanggilnya itu adalah Seruni. Begitu Seruni berada di hadapan Arya, gadis itu melepaskan lilitan kalung emas di lehernya lalu memegang tangan sang pendekar dan menyelipkan kalung itu di genggaman tangan Arya. “Seruni, apa yang kamu lakukan?” Arya tak mau melepaskan genggaman tangan gadis i
last updateLast Updated : 2023-10-10
Read more

Bab 207. Diizinkan Ke Istana

Rambi Singo pun membalas senyuman Panglima tak kalah sinisnya, melihat dari sikap mereka sepertinya keduanya memang tidak saling suka setiap kali bertatap muka. “Saya datang ingin bertemu dengan Baginda Raja, apakah beliau ada di istana?” Kembali Panglima tersenyum sinis mendengar pertanyaan dari Rambi Singo itu. “Ada keperluan apa kau hendak bertemu dengan yang mulia?” Panglima balik bertanya, dengan santainya Rambi Singo menjawab. “Hal yang hendak saya bicarakan dengan Baginda, saya rasa Panglima tidak harus mengetahuinya.” “Tidak bisa begitu, sebelum kau menemui yang mulia saya harus terlebih dahulu mengetahui tujuanmu.” Panglima tetap bersikukuh ingin tahu apa yang hendak Rambi Singo bicarakan dengan Baginda Raja. “Ha..! Ha..! Ha...! Saya mengerti jika saudara adalah Panglima Kerajaan Malayu, akan tetapi perlu juga saudara ketahui tidak semua urusan apalagi maksud dan tujuan tamu istana wajib saudara Panglima ketahui. Yang pasti saya datang tidak berniat untuk mencelakai B
last updateLast Updated : 2023-10-12
Read more

Bab 208. Bibi Duma

Meskipun tak sepenuhnya percaya tapi bagi Baginda Raja yang diceritakan Rambi Singo itu masuk akal juga, sementara bagi Panglima sama sekali tak percaya malahan ia makin curiga dan ingin sekali menyelidiki semua yang dikatakan Ketua Padepokan Singa Putih itu. “Jadi saat ini daerah Sikabau telah aman dari para pengacau itu?” Baginda Raja ingin memastikan kembali yang dikatakan Rambi Singo. “Benar yang mulia, hamba berani bersumpah jika semua yang hamba ceritakan tadi nyata adanya dan saat ini Adipati Tampati tidak kami temui di Sikabau.” Tutur Rambi Singo. “Sungguh saya tak menyangka Adipati Tampati tega-teganya menghianati kepercayaan yang saya berikan, Panglima sekarang utus beberapa prajurit ke sana untuk menjaga keamanan daerah Sikabau siapa tahu Adipati Tampati datang membawa pengacau lebih banyak lagi membuat kekacauan lebih parah lagi!” Baginda Raja memberi perintah pada Panglima, lagi-lagi sebelum Panglima berucap Rambi Singo memotong. “Tidak usah yang mulia, biar hamba
last updateLast Updated : 2023-10-13
Read more

Bab 209. Menyasar Ke Sikabau

“Moga saja Arya berhasil menjadi seorang pendekar sakti mandraguna, seperti yang dikatakan Nyi Konde Perak ketika dia datang ke sini dan melihat Arya untuk pertama kalinya.” Harapan Baginda Raja, Bi Duma tersenyum mendengarnya. “Hemmm, moga saja begitu yang mulia. Pada saat itu Arya masih berusia 5 tahun dan sedah lincah-lincahnya berjalan, hampir setiap hari dia selalu ingin ikut memberi makan kuda di kandang bersama Bari.” Ujar Bi Duma sembari membayangkan ketika Arya kecil masih berada di istana itu, Bari yang disebut adalah petugas kesehariannya bekerja memberi makan kuda-kuda di kandang di belakang istana. “Bi Duma tentu sangat merindukannya, saat ini pastinya Arya sudah tumbuh dewasa gagah dan tampan seperti mendiang Paman Mandala.” Baginda Raja menerka-nerka. “Jujur saya memang selalu merindukannya yang mulia, akan tetapi apa hendak dikata sejak awal saya telah mengiklaskan Arya untuk diasuh oleh Nyi Konde Perak.” Tutur Bi Duma mengakui perasaannya yang selalu dilanda ke
last updateLast Updated : 2023-10-14
Read more

Bab 210. Bertahan Di Sikabau

Setelah beberapa saat memikirkan apa yang akan ia jawab, sang pendekar pun berusaha untuk menjelaskan tentang dirinya yang memang berdarah Minang. “Saya tidak tahu persis nama daerah asal saya, karena saat saya masih kecil kira-kira berusia 5 tahun saya dibawa oleh seorang perempuan ke Tanah Jawa. Saya diasuh dan dibesarkan di sana, barulah ketika sudah berusia 20 tahun seperti saat ini saya kembali ke Pulau Andalas mencari keberadaan Ibu saya.” Idrus dan beberapa temannya sesama petani di dangau itu saling pandang setelah mendengar penjelasan dari Arya. “Jadi saat saudara Arya masih balita dibawa ke Pulau Jawa dan dibesarkan di sana?” Idrus bertanya memastikan kembali penjelasan Arya, sang pendekar menganggukan kepalanya. “Apa pada waktu itu saudara Arya ada mengingat sesuatu, misalnya tempat tinggal sebelum saudara dibawa ke Pulau Jawa?” Idrus bertanya kembali, Arya pun kemudian berusaha mengingat-ingat. “Saya tidak ingat betul tempat tinggal sebelum saya dibawa ke Pulau Jawa
last updateLast Updated : 2023-10-16
Read more
PREV
1
...
1920212223
...
46
DMCA.com Protection Status