Home / Pendekar / Pendekar Rajawali Dari Andalas / Chapter 191 - Chapter 200

All Chapters of Pendekar Rajawali Dari Andalas: Chapter 191 - Chapter 200

460 Chapters

Bab 191. Ayuni Sedih

“Hemmm, semua itu sudah saya lupakan sobatku. Saya telah memaafkanmu sebelum saya datang dan ikut bertarung kemarin sore, karena saya tahu semua ini adalah fitnah keji yang dilakukan Bagas Dipa.” Tutur harimau cindaku diiringi senyum ramahnya. “Terima kasih sobat telah memaafkan saya, saya benar-benar merasa bersalah saat mengetahui kalau semua itu adalah fitnah.” Ucap Ayuni menyesal. “Ya sobat, tidak apa-apa. Oh ya, sehubungan hari telah terang saya mohon pamit untuk kembali ke tempat tinggal saya di lereng gunung sebelah Utara. Saya akan ikut membantu kalian untuk menjaga para penduduk yang ada di seputaran lembah Gunung Kerinci ini dari bahaya yang datang, baik dari manusia jahat maupun binatang buas.” Tutur harimau cindaku sembari berpamitan. “Ya sobatku harimau cindaku, jangan pernah sungkan untuk mampir ke padepokan ini!” Ki Sentanu yang berujar, sementara harimau cindaku anggukan kepala sembari tersenyum. Setelah bersalaman pada ketiga orang sahabatnya itu, harimau cinda
last updateLast Updated : 2023-09-21
Read more

Bab 192. Ciuman Perpisahan

“Oh ya Ayuni, Sebelum saya ke kampung sebelah Selatan ini saya singgah bahkan menginap beberapa hari di perkampungan sebelah Utara.” Ulas Arya. “Memangnya ada kejadian apa, hingga Kak Arya singgah di sana?” Ayuni nampak penasaran karena memang sejak awal ia tiba di kampung sebelah Selatan Gunung Kerinci itu, Arya tak pernah menceritakan kalau dia sebelum tiba di sana singgah dulu di perkampungan sebelah Utara. “Waktu itu saya kemalaman dalam perjalanan, saya singgah tepat di sebuah warung. Tak beberapa lama datanglah beberapa orang lelaki yang ternyata anak buah suruhan dari padepokan Harimau Hitam, kedatangan mereka mengundang keributan hingga saya terlibat perkelahian dengan mereka.” Arya hentikan ceritanya sejenak, ia nampak mempererat tali kekang kudanya yang sedikit kendur. “Lantas bagaimana kelanjutannya, Kak?” Ayuni masih saja belum bisa menahan sifatnya yang selalu ingin segera tahu serta pemarah. “Ya, saya berhasil mengalahkan mereka dan mereka lari tunggang langgang
last updateLast Updated : 2023-09-23
Read more

Bab 193. Adipati Gopal Kaliang

Di sebuah daerah yang tidak terlalu jauh dari Gunung Kerinci ke arah Barat terdapat bermacam perkampungan dengan persawahan yang luas, di samping bertani banyak juga para penduduknya yang berdagang berbagai macam keperluan. Pada masa itu juga terdapat pasar tempat berjual beli hanya saja tidak semua barang-barang yang dibeli dengan uang melainkan kebanyakan dari mereka memakai sistem barter seperti halnya kain hasil sulaman ditukar dengan hasil pertanian berupa beras, sayur-sayuran serta buah-buahan. Pada masa itu pula bukan tidak ada alat bayar, mereka telah mengenal alat bayar berupa uang yang terbuat dari perak dan emas yang dibentuk mirip uang logam bulat yang diukir berbagai macam bentuk karya seni pada masa itu. Dharmasraya itulah nama daerahnya, daerah yang terbagi atas beberapa kawasan atau desa yang satu buah desa memiliki kawasan yang cukup luas. Daerah ini berada di Tanah Minang di ujung timur, daerah ini sekarang merupakan perbatasan antara Provinsi Sumatera Barat dan Pr
last updateLast Updated : 2023-09-25
Read more

Bab 194. Risaunya Hati Pak Karim

Tak beberapa lama setelah itu, dari sisi kanan rumah mereka berjalan seorang gadis cantik jelita memakai kebaya ungu. Rambutnya yang tergerai panjang dan lebat tertutupi dengan sehelai kain tipis putih berupa kerudung di bagian atas kepalanya, bibirnya yang tipis tampak merah alami dengan bulu matanya yang lentik menambah sempurna kecantikan wajahnya. “Eh, teryata Ayah dan Mande sudah pulang dari sawah ( Mande = Ibu ).” Sapa gadis cantik itu saat telah berada di hadapan dua orang yang tengah duduk bercakap-cakap di pendopo itu. “Ya Seruni, tumben sudah pulang dari mengaji Nak?” Tanya Nilam Ibu dari sang gadis, rupanya gadis cantik nan jelita itu bernama Seruni dan dia baru pulang dari mushola yang tidak jauh dari rumah itu. “Ya Mande, karena Guru ngaji Seruni ada acara pengajian di kampung sebelah sore ini makanya Seruni dan kawan-kawan lainnya pulang lebih cepat.” Jawab gadis itu dengan senyum yang begitu manis. Sesaat sepasang suami istri yang tengah duduk itu saling berpanda
last updateLast Updated : 2023-09-26
Read more

Bab 195. Utusan Gopal Kaliang

Sambil bersiul-siul pemuda itu sepertinya tengah asyik bermain seluncuran di tanah lereng bukit yang licin itu, seketika dia hentikan permainannya karena telinganya menangkap suara riuh di lembah bukit itu. Suara seperti teriakan minta tolong dan rontaan seorang perempuan, begitu sang pemuda melihat jauh ke depan ternyata di lembah bukit itu terdapat sebuah perkampungan matanya terbelalak saat di depan sebuah rumah penduduk dia melihat seorang gadis tengah ditarik paksa oleh lima orang lelaki untuk naik ke atas punggung seekor kuda. Dengan geram pemuda itu hentakan kaki lalu melayang seperti elang, tiba-tiba dalam sekejab dia telah berdiri tegak di depan lima orang lelaki yang tengah menarik paksa seorang gadis itu. “Wah, ternyata ada maling sore-sore begini! Siang maling jemuran, sore maling perempuan nah kalau malam tetap berkeliaran memaling ayam! Ha..! Ha..! Ha..!” Pemuda itu dengan santainya bercanda sambil sesekali garuk-garuk kepala, dia pun mencibir ke arah lima orang lela
last updateLast Updated : 2023-09-27
Read more

Bab 196. Memilih Bertahan Di Sana

“Benar-benar keparat Adipati itu!” Geram Arya. “Lalu kenapa tadi tak seorangpun dari kalian menolong Paman ini?” Sambung Arya seraya menoleh pada para penduduk yang begitu ramai berdiri di depan dan di sekeliling beranda rumah itu, para penduduk yang ditanya hanya diam dan menunduk. “Maaf Tuan pendekar, tak seorangpun yang berani melawan Adipati dan anak buahnya karena selama ini tak sedikit dari penduduk kampung yang sudah tewas jika berani melawan dan menentang kehendaknya.” Jawab Karim mewakili para penduduk. Belum sempat Arya ingin berucap lagi, tiba-tiba dari dalam rumah ke luar seorang gadis cantik jelita sambil membawa dua cangkir teh hangat dengan nampan yang terbuat dari anyaman bambu. Gadis itu menuju ke arah di mana Karim dan Arya duduk, setibanya di kursi panjang di mana Karim dan Arya duduk gadis itu pun lalu membungkuk dan meletakan nampan yang berisi dua cangkir teh itu. “Silahkan diminum tehnya Tuan pendekar!” Tawar gadis itu sembari tersenyum, senyuman itu beg
last updateLast Updated : 2023-09-28
Read more

Bab 197. Memarahi Anak Buahnya

Setelah mandi di sungai lalu sepulang dari mushola melaksanakan sholat magrib Arya dan beberapa orang pemuda kampung segera menuju rumah Karim, alangkah terkejutnya Arya ketika sampai di depan rumah itu banyak sekali penduduk yang hadir di sana. Mulai dari anak-anak, remaja bahkan sampai yang tua. Di sebelah kiri rumah itu Ibu-ibu dan para gadis tengah sibuk memasak dengan beberapa tungku dari batu, sementara di sebelah kanan tampak beberapa buah tenda yang hanya beratapkan terpal dari belahan karung-karung yang dijalin sedemikian rupa rapinya dan di bawah dialasi dengan susunan papan. Di sekeliling rumah itu diterangi oleh obor-obor, seperti hal nya pesta yang lazim dilakukan orang-orang di kampung pada masa itu. “Kok tiba-tiba Paman Karim mengadakan pesta? Apa Paman Karim berubah pikiran menyetujui pinangan Adipati pada putrinya?” Gumam Arya begitu heran seraya garuk-garuk kepalanya, belum habis rasa terkejut dan heran sosok lelaki setengah baya menghampirinya. “Nak Arya silahka
last updateLast Updated : 2023-09-29
Read more

Bab 198. Layangkan Tantangan

Malam kian larut udara dingin pun terasa menerpa sekujur tubuh, di sebuah rumah yang masih tampak ramai terutama di bagian pendopo dan tenda-tenda yang ada di sisi kanan dan kiri rumah itu. Hanya saja di sana sudah tak tampak lagi anak-anak, Ibu-ibu dan para gadis-gadis sepertinya mereka telah pergi tidur di dalam rumah itu. Di luar hanya tampak lelaki setengah baya sebagian bebaring sebagian lagi tampak duduk-duduk di pendopo rumah, begitu pula di tenda-tenda sebagian pemuda-pemuda juga berbaring dan sebagian lagi ada yang duduk-duduk adapula yang berdiri mengawasi sekeliling rumah itu. Rumah itu tidak lain adalah rumah Karim, di mana malam itu para penduduk kampung berkumpul dan memutuskan untuk menghadapi segala kemungkinan yang muncul akibat kejadian di sore hari di mana lima orang anak buah Adipati Gopal dihajar tak berdaya oleh Arya sang Pendekar Rajawali Dari Andalas. Hingga fajar menyingsing tidak ada tanda-tanda yang mencurigakan, para Ibu-ibu serta gadis-gadis perkampunga
last updateLast Updated : 2023-09-30
Read more

Bab 199. Diutusnya 7 Pemuda

“Kenapa Tuan Pendekar terima tantangan itu?!” Seru salah seorang pemuda kampung yang ada di samping Arya berdiri, sang pendekar hanya tersenyum saja kemudian di sela-sela kerumunan penduduk muncul lelaki setengah baya yang tiada lain Karim menghampirinya. “Nak Arya, Adipati itu licik dan sangat berbahaya kenapa Nak Arya terima tantangannya?” Tanya Karim dengan penuh rasa kuatir. “Paman, di dalam rimba persilatan pantang bagi seorang pendekar jika ditantang tidak menerimanya. Eyang Guru saya pun pernah berkata, kita tidak boleh mencari-cari musuh tapi kalau musuh datang pantang pula bagi kita untuk mengelak.” Jawab Arya diiringi senyumnya. “Tapi Nak..” Belum selesai Karim berucap. “Tidak apa-apa, Paman tak usah kuatir saya sudah siap dengan semua itu. Yang perlu saya ketahui sekarang, apa yang dimaksud dengan tanah lapang seperti yang dikatakan orang utusan Adipati itu tadi?” Potong Arya seraya elus-elus pundak Karim. “Tanah lapang itu sebuah hamparan tanah kering ditumbuhi
last updateLast Updated : 2023-10-03
Read more

Bab 200. Sang Raja Murka

“Kalau begitu saya panggil Uda saja ya?” Arya anggukan kepala sembari tersenyum ( Uda = Abang atau Kakak laki-laki ). “Boleh saya duduk di sini menemani Uda?” Sambung gadis itu yang berusaha melawan keras rasa malu, karena memang ada rasa yang lebih kuat mengalahkan rasa malu yang ada pada dirinya itu. “Oh tentu saja, saya malah senang sekali jika Seruni mau menemani saya duduk di sini.” Lalu dengan wajah yang bersemu merah Seruni pun duduk di sebelah Arya. “Uda, kalau boleh saya meminta batalkan saja tantangan Adipati nanti sore itu. Saya dan keluarga sudah sangat berterima kasih atas pertolongan Uda sore hari kemarin menyelamatkan saya kalau tidak ada Uda Arya entah apa nasib yang akan menimpa diri saya, saya tak ingin terjadi apa-apa terhadap diri uda.” Tutur Seruni dengan mata yang berkaca-kaca perasaannya bercampur aduk ada rasa cemas, malu bahkan rasa suka yang menyelinap di lubuk hatinya. “Seruni yang cantik jelita, janganlah terlalu cemas! Percayalah Alloh akan menolon
last updateLast Updated : 2023-10-04
Read more
PREV
1
...
1819202122
...
46
DMCA.com Protection Status