“Kenapa Tuan Pendekar terima tantangan itu?!” Seru salah seorang pemuda kampung yang ada di samping Arya berdiri, sang pendekar hanya tersenyum saja kemudian di sela-sela kerumunan penduduk muncul lelaki setengah baya yang tiada lain Karim menghampirinya. “Nak Arya, Adipati itu licik dan sangat berbahaya kenapa Nak Arya terima tantangannya?” Tanya Karim dengan penuh rasa kuatir. “Paman, di dalam rimba persilatan pantang bagi seorang pendekar jika ditantang tidak menerimanya. Eyang Guru saya pun pernah berkata, kita tidak boleh mencari-cari musuh tapi kalau musuh datang pantang pula bagi kita untuk mengelak.” Jawab Arya diiringi senyumnya. “Tapi Nak..” Belum selesai Karim berucap. “Tidak apa-apa, Paman tak usah kuatir saya sudah siap dengan semua itu. Yang perlu saya ketahui sekarang, apa yang dimaksud dengan tanah lapang seperti yang dikatakan orang utusan Adipati itu tadi?” Potong Arya seraya elus-elus pundak Karim. “Tanah lapang itu sebuah hamparan tanah kering ditumbuhi
“Kalau begitu saya panggil Uda saja ya?” Arya anggukan kepala sembari tersenyum ( Uda = Abang atau Kakak laki-laki ). “Boleh saya duduk di sini menemani Uda?” Sambung gadis itu yang berusaha melawan keras rasa malu, karena memang ada rasa yang lebih kuat mengalahkan rasa malu yang ada pada dirinya itu. “Oh tentu saja, saya malah senang sekali jika Seruni mau menemani saya duduk di sini.” Lalu dengan wajah yang bersemu merah Seruni pun duduk di sebelah Arya. “Uda, kalau boleh saya meminta batalkan saja tantangan Adipati nanti sore itu. Saya dan keluarga sudah sangat berterima kasih atas pertolongan Uda sore hari kemarin menyelamatkan saya kalau tidak ada Uda Arya entah apa nasib yang akan menimpa diri saya, saya tak ingin terjadi apa-apa terhadap diri uda.” Tutur Seruni dengan mata yang berkaca-kaca perasaannya bercampur aduk ada rasa cemas, malu bahkan rasa suka yang menyelinap di lubuk hatinya. “Seruni yang cantik jelita, janganlah terlalu cemas! Percayalah Alloh akan menolon
“Sawung..! Mana pemuda yang kau sebut berani menerima tantangan saya itu? Sampai sekarang belum datang juga, apa dia lagi sakit perut mencret atau juga lagi mengeringkan celananya bekas ompol?! Ha..! Ha..! Ha..!” Seru Gopal diiringi tawa mengejek, anak buah serta pendekar bayarannya pun ikut terbahak-bahak. “Saya rasa dia memang tak berani datang Tuan, karena dia mungkin merasa nyawanya bakal hilang." Ujar salah seorang pendekar bayaran yang ada di sisi kanan kereta kuda itu lalu tertawa kembali. “Mereka datang Tuan!” Seru anak buahnya yang bernama Sawung yang saat itu berada beberapa tombak di depan karena memang ditugasi untuk mengawasi situasi di sana, benar saja dari arah Timur tepat di depan mereka tampak puluhan pemuda datang termasuk di dalam rombongan itu Arya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas. Adipati Gopal dan rombongannya yang saat itu masih tertawa, seketika saja terdiam dan terkejut. “Punya nyali juga bocah itu datang ke sini!” Gumam Gopal dalam hati, sementara p
Rupanya orang yang bernama Arkam ini tak ingin memberi waktu sedikitpun bagi Arya untuk bangkit, dia begitu berambisi untuk menghabisi Arya saat itu juga. Arya pun cepat sadar akan hal itu begitu Arkam melancarkan pukulan berikutnya tubuh sang pendekar melesat ke udara, sebuah pukulan bertenaga dalam tinggi yang dilepaskan Arkam menghantam tanah tempat Arya tadi berpijak. Akibat tak mengenai sasaran tanah yang terkena pukulan itu pun berlobang dan mengeluarkan asap, inilah salah satu pukulan andalan Arkam yang bernama Cobra Mematuk Mangsa pukulan ini bukan hanya mampu melobangi apapun yang terkena hantaman melainkan juga disertai racun yang amat mematikan. Tubuh Arya yang tadi di udara kini telah tegak kembali di tanah beberapa tombak di belakang Arkam, melihat lawan lolos dari serangan Arkam pun segera balikan tubuh ke arah Arya sembari melepaskan pukulan yang sama. Arya kembali menerapkan Ajian Topan Gunung Sumbing untuk membentengi diri dari serangan lawan, begitu kedua pukulan i
Arya yang sadar kalau kelelawar raksasa itu akan menghantam kembali dengan gumpalan api, dengan cepat pula tubuh sang pendekar itu melesat tiga tombak ke atas lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit. Tiba-tiba kedua kedua pergelangan tangan Arya berubah menjadi putih ke perak-perakan, sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang. Wuuuuuus..! Wuuuuus..!” Dua sinar putih bersamaan menderu ke arah tepat di bagian dada seekor kelelawar raksasa. “Buuuumm..! Blaaaarrr..!” Tak ampun lagi ledakan maha dahsyat pun terdengar disusul hancurnya tubuh kelelawar raksasa itu menjadi debu bertebaran di tanah, itulah maha dahsyatnya ajian Rajawali Melebur Sukma yang baru saja dilesatkan Arya. Puluhan pemuda bersorak gembira sambil berlarian menyonsong sang pendekar, sebagian dari mereka ada pula yang berlari pulang menuju rumah Karim untuk memberi tahu kabar gembira itu. “Hidup Tuan Pendekar! Horeee..!” Tubuh Arya secara berulang dilambung-lambungkan ke
Dengan ramah dan penuh hormat Karim berserta orang-orang yang berada di rumahnya menyambut kedatangan Panglima Kerajaan dan rombongan, begitu pula dengan Arya ikut di barisan depan penyambutan. Panglima dan rombongan pun turun dari kuda lalu melangkah seraya memberi salam pada orang-orang yang tengah menyambut, tujuh orang pemuda begitu melihat Arya ada di barisan orang-orang yang menyambut segera berlari bersamaan menghampiri seraya memeluk sang pendekar dalam hati mereka menebak bahwa Arya telah mampu mengalahkan Adipati Gopal hingga secara tiba-tiba saja mereka lakukan itu. ”Mari Tuan Panglima kita duduk sambil minum secangkir teh!” Karim mempersilahkan Panglima beserta rombongan Kerajaan untuk duduk di tempat yang memang telah dipersiapkan berupa tenda besar yang berdiri di halaman rumah itu. “Paman Karim, sebelumnya saya dan rombongan Kerajaan telah mendapat laporan dari utusan pemuda daerah ini bahwasanya Adipati Gopal telah melakukan hal yang membuat penduduk-penduduk daera
“Mohon ampun yang mulia, sebelum kami tiba di daerah Sungai Rumbai ternyata Adipati menantang seorang pendekar muda untuk bertarung di tanah lapang dan pertarungan itu dimenangkan oleh pendekar muda itu dan Adipati Gopal pun tewas.” Tutur Panglima. “Apa, Adipati Gopal tewas?! Hemmm, siapa gerangan pendekar muda yang telah mampu menewaskan Adipati Gopal itu Panglima?” Raja awalnya terkejut lalu tersenyum kagum pada sosok pendekar muda yang telah menewaskan Gopal, karena memang Raja Malayu juga tahu seorang Gopal Kaliang tidaklah mudah untuk dikalahkan. “Nama pendekar muda itu Arya Mandu yang mulia, dia berasal dari Pulau Jawa. Kabar yang hamba dengar dari penduduk di sana dia diberi gelar oleh Gurunya Pendekar Rajawali Dari Andalas, dia juga yang telah melindungi para penduduk daerah Sungai Rumbai dalam beberapa hari ini dari kebiadaban Adipati Gopal.” Jelas Panglima masih dalam posisi bersimpuh. “Kenapa tak Panglima undang pendekar muda itu ke sini? Saya akan memberi hadiah dan
Dari arah samping tampak seorang pemuda kampung berlari-lari kecil sambil menarik seekor kuda. “Tuan Pendekar, saya harap kali ini Tuan tidak menolak terimalah kuda ini untuk Tuan jadikan kendaraan dalam perjalanan.” Serunya sembari menyerahkan seekor kuda itu pada Arya. “Terima kasih saudaraku.” Ucap Arya lalu memeluk pemuda yang memberikan kuda itu kemudian Arya pun pamit seraya melambaikan tangan ke semua orang yang ada di situ, baru saja Arya hendak melompat ke punggung kuda tiba-tiba... “Uda..!” Seru seseorang di belakang barisan para penduduk. Arya pun menoleh ke arah suara itu, tampak seorang gadis jelita berjalan di sela-sela kerumunan penduduk Arya pun tersenyum karena suara yang memanggilnya itu adalah Seruni. Begitu Seruni berada di hadapan Arya, gadis itu melepaskan lilitan kalung emas di lehernya lalu memegang tangan sang pendekar dan menyelipkan kalung itu di genggaman tangan Arya. “Seruni, apa yang kamu lakukan?” Arya tak mau melepaskan genggaman tangan gadis i
Lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya itu berubah menjadi putih ke perak-perakan. Sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang ke arah tubuh Raksasa Durja Iblis, dua sinar putih menderu menghantam tubuh Raksasa Durja Iblis itu. “Buuuuuuuuuum..! Kraaaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Ledakan maha dahsyat pun terdengar seiring dengan hancurnya tubuh Raksasa Durja Iblis hingga menjadi debu bertaburan di tanah, itulah ajian andalan Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas yang bernama ajian Rajawali Melebur Sukma. Pekik dan sorak kemenangan bergemuruh dari ribuan prajurit gabungan istana peri dan Kerajaan Permata Timur, istana megah Kerajaan Angkasa itu pun telah rata dengan tanah seiring terbenamnya tubuh Raksasa Durja Iblis saat dihantam ajian Telapak Suci Budha yang dilesatkan Arya tadinya sebelum tubuh Raksasa Durja Iblis itu hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Melebur Sukma. Tubuh Arya yang tad
Pasukan gabungan peri dan Kerajaan Permata Timur pun tak berselang lama setelah itu mampu pula menaklukan ribuan prajurit istana Kerajaan Angkasa, sebagian besar dari mereka tewas bersimbah darah, dan sebagian lagi dipaksa menyerah. Sementara duel sengit antara Arya dan Batara Durja masih berlangsung, sejauh ini Arya belum mampu mendekat apalagi menghantamkan pukulannya ke tubuh Batara Durja, karena raja segala licik dan tamak itu selalu menghantamkan senjata mustikanya berupa gada ke arah Arya, hingga membuat sang pendekar dipaksa menghindar bahkan beberapa kali mundur. Mendapatkan beberapa kali serangannya gagal dan mengetahui jika Guru dan sebagian besar prajuritnya tewas, Batara Durja pun murka. Dengan segera ia merubah wujudnya menjadi Raksasa Durja Iblis, yang tentu saja diiringi semakin besarnya senjata mustikanya berupa gada itu. “Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..!” tanah yang terkena hantaman gada itu bak dilanda gempa dahsyat membuat semua yang ada di kawasan itu terpent
Setelah menyusun dan merembukan dengan matang rencana penyerangan ke istana Kerajaan Angkasa, ke empat peri yang memimpin 4 penjuru kawasan negeri diatas awan itu kembali ke istana mereka masing-masing, sementara Arya tetap tinggal di istana ratu hingga esok pagi seluruh pasukan berkumpul di sana. Peri Salju setibanya di istana salju di kawasan utara segera menyampaikan berita itu pada seluruh pasukannya, begitu pula dengan Peri Api dan Peri Laut di kawasan selatan dan barat. Sementara Peri Bulan sebelum menuju istananya dikawasan timur, ia singgah dulu di istana Kerajaan Permata Timur menemui Benggala dan Yuda Tirta selaku Raja serta Panglima Kerajaan. “Mari silahkan masuk yang mulia Peri Bulan! Baginda Benggala ada didalam istana!” tutur Yuda Tirta yang menyambut kedatangan Peri Bulan dihalaman istana Kerajaan Permata Timur itu. “Terima kasih, Yuda!” ucap Peri Bulan dengan senyum ramahnya, kemudian ia diiringi Yuda Tirta masuk kedalam istana menemui Benggala. “Sebuah kehormatan
“Loh, kok diam saja Arya? Ayo, naik kita berangkat sekarang!” seru Peri Salju. “Iya, tapi sebaiknya aku ganti pakaian dulu, sepertinya pakaian yang aku jemur itu sudah kering!” ujar Arya sambil memunggut pakaian yang ia jemur di samping mulut goa itu. “Oh, ya silahkan! Kami akan menunggumu!” setelah mengambil pakaian yang ia jemur Arya masuk kembali kedalam goa mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Arya pun tampak ke luar dari mulut Goa, Peri Salju kembali memintanya naik ke punggung kuda putih bersayap tunggangannya itu. Arya melesat ke atas kuda di belakang Peri Salju duduk, dengan tersenyum Peri Salju memerintahkan kuda putih bersayap itu untuk terbang kembali ke negeri diatas awan. ***** “Apa yang mulia yakin pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu tidak akan selamat dari luka yang ia alami saat bertarung kemarin?!” tanya Durgama, saat ia diminta berkumpul dengan para petinggi istana lainya diruang utama Kerajaan Angkasa. “Ha.. Ha.. Ha..! Aku benar-benar
“Hemmm... Jasa yang telah kau berikan pada negeri peri dan negeri di atas awan sudah sangat besar! Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang aku lakukan ini kepadamu! Racun Iblis yang ada di tubuhmu belum sepenuhnya hilang, karena aku hanya berhasil mengeluarkan sebagiannya saja!” tutur Resi Dharma.“Jadi racun iblis masih ada di dalam tubuhku? Lalu bagaimana cara menghilangkan keseluruhannya, Resi?” Arya terlihat panik akan yang dituturkan Resi Dharma baru saja kepadanya.“Kamu tak perlu cemas! Kamu cukup berendam di depan air terjun sana beberapa menit! Air itu akan melenyapkan seluruh racun yang ada di tubuhmu! Tadi selain mengeluarkan sebagian racun di tubuhmu, aku juga telah berhasil membuka pori-pori di seluruh badanmu! Agar hawa gaib air terjun dapat merasuki dan melenyapkan racun di tubuhmu itu!” tutur Resi Dharma.“Oh, begitu! Baiklah sekarang juga aku akan berendam di air terjun depan goa ini!” Resi Dharma hanya anggukan kepalanya, Arya dengan tertatih-tatih bangkit
Setibanya di istana salju di ruangan tempat Arya dibaringkan, Peri Ratu segera memeriksa tubuh sang pendekar. Bagian dada kanan tampak lebam, dan ada goresan luka yang darahnya telah membeku.“Luka dalam yang dialami Arya sangat parah! Kalau saja dia bukan sosok berilmu tinggi, mungkin tulang dadanya telah remuk! Senjata mustika milik Batara Durja itu pun melukai bagian dadanya, dan akibatnya racun jahat dari senjata itu mengalir ke seluruh tubuhnya!” tutur Peri Ratu.“Apakah Arya masih hidup yang mulia? Tadi aku periksa denyut nadi dan detak jantungnya tak ada sama sekali!” Peri Salju masih terlihat sangat cemas.“Hemmm... Mungkin saat kamu memeriksanya tadi keadaanmu lagi kalut, hingga kamu tak merasakan masih adanya denyut nadi dan detak jantungnya! Hanya saja saat ini dia benar-benar tak bisa bergerak sama sekali dan tak sadarkan diri akibat racun iblis yang menjalar diseluruh tubuhnya! Ternyata Batara Durja tidak sendiri, dia bersekutu dengan raja iblis!” Peri Ratu menjelaskan se
“Tidak Arya, apapun yang terjadi nantinya aku akan tetap bersamamu di sini! Berhati-hatilah, sosok yang kamu hadapi ini sangat licik dan berbahaya!” ujar Peri Salju, Arya tersenyum lalu mengangguk. Batara Durja yang memang tak dapat lagi menahan ingin segera menghajar Arya yang selama ini selalu menggagalkan rencananya, mulai dari negeri peri hingga terakhir menewaskan salah seorang kepercayaannya di istana bernama Durpala, langsung menerjang ke depan ke arah sang pendekar. Hantaman kaki dan tangan secara bergantian membuat Arya terpaksa beberapa kali mengelak dan menangkis, meskipun serangan itu tanpa dialiri kekuatan ilmu tenaga dalam akan tetapi hawa pukulan Batara Durja sangat terasa dan membahayakan. Tubuh Batara Durja memang tinggi dan kekar, akan tetapi gerakan-gerakannya sangat gesit membuat Arya cukup kewalahan dan harus menghindar kian-kemari. “Deeeeeeees..! Deeeeeeeees..!” sebuah pukulan tangan kosong Arya mendarat keras mengenai dada kanan Batara Durja hingga membuatny
“Sudah dua kali mereka berusaha untuk menguasai Desa Gumanti ini! Dan beberapa hari yang lalu mereka berhasil membuat kami menyerah karena tak kuasa melawan!” tutur Jabari saat mereka telah duduk bersama diruangan terbuka itu. “Sepertinya Kerajaan Angkasa itu memang serakah dan tak pernah merasa jera, sebelum rajanya yang bernama Batara Durja itu ditaklukan!” tutur Arya. “Terima kasih sekali lagi kami ucapkan pada kalian semua yang telah membantu membebaskan Desa Gumanti dari mereka! Kami tak tahu harus bagaimana membalas jasa baik kalian ini!” ucap Jabari mewakili seluruh warganya. “Sama-sama, Jabari!” tutur Arya, Peri Salju dan Wisnu Dharma. “Lantas sekarang apa yang perlu kami bantu? Apakah kami seluruh warga musti ikut ke Kerajaan Angkasa itu?” tanya Jabari. “Tidak usah, biar Aku dan Peri Salju saja yang ke sana!” “Apakah itu tidak terlalu berbahaya Arya, sementara di istana Kerajaan itu ada ribuan prajurit yang tentunya akan menghadang kalian?! Bagaimana jika seluruh muridk
“Dia sosok yang sangat berbahaya! Ambisinya jelas ingin berkuasa atas negeri diatas awan ini! Dia tentu saja sangat membenci yang mulia dan para peri lainnya, yang secara nyata diberikan hak kekuasaan di negeri diatas awan!” tutur Wisnu Dharma. “Ilmu apa yang ia miliki hingga Guru sendiri tak sanggup menghadapinya hingga harus lari dan bersembunyi di goa negeri peri?” kali ini Arya yang bertanya. “Aku sendiri tidak tahu ilmu apa yang ia miliki, Arya! Yang jelas ilmunya itu sangat aneh dan sulit dihadapi! Aku melarikan diri hingga ke negeri peri disamping untuk menyelamatkan nyawaku, juga yang tak kalah pentingnya menyelamatkan kitab tapak budha!” tutur Wisnu Dharma. “Di mana letak Kerajaan Angkasa itu, Guru?” “Kerajaan itu berada diarah utara dari kuil ini! Jika kamu hendak kesana, kebetulan nanti selepas tengah hari kita akan berhadapan dengan para prajurit Kerajaan itu di Desa Gumanti! Kamu bisa menahan salah seorang dari mereka untuk menunjukan jalan ke istana Kerajaan Angkasa