Home / Pendekar / Pendekar Rajawali Dari Andalas / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Pendekar Rajawali Dari Andalas: Chapter 171 - Chapter 180

460 Chapters

Bab 171. Raja Setan Gunung Kerinci

“Hantu Keji Bermata Api keluarlah! Ada gerangan apa kau memanggil saya ke sini?!” Suara raksasa itu bergema membuat dinding-dinding goa itu bergetar, sekelebat bayangan hitam melesat dari dalam goa diiringi tawa cekikikan. Tepat di depan mulut goa di atas sebuah batu tampak sosok perempuan tua di tangan kanannya terdapat sebuah tongkat berkepala ular matanya yang cekung merah menyala, ia berdiri tegak menghadap sosok raksasa bertanduk yang ada di depannya. “Hik..! Hik..! Hik..! Yang Mulia Raja Setan Gunung Kerinci, maaf jika saya telah lancang mengundangmu ke mari. Ada hal penting yang ingin saya sampaikan pada yang mulia.” Ujar Nenek berwajah angker itu. “Cepat katakan hal apa yang ingin kau sampaikan itu!” Raksasa bertanduk itu agak membungkukkan tubuhnya ke arah Nenek angker itu yang tiada lain Hantu Keji Bermata Api. “Saya telah menemukan sosok pemuda seperti yang Mulia Raja Setan inginkan, pemuda itu sekarang tengah menjalankan ritual mengagahi lalu meminum darah tujuh oran
last updateLast Updated : 2023-08-31
Read more

Bab 172. Fitnah Keji

“Ha..! Ha..! Ha..! Apa kamu pikir kami saja yang memiliki cakar harimau? Mungkin kamu belum tahu, di sebelah Utara sana di lereng Gunung Kerinci ada seekor harimau ganas beberapa hari yang lalu kami jumpai.” Ujar kumbang satu. “Kurang ajar..! Masih saja kalian berkilah!” Maki Ayuni lalu menerjang ke arah empat orang lelaki di depannya itu. “Deeess...! Deeess..! Deeesss...! Deess..! Braaak..!” Keempat tubuh anak buah Bagas Dipa yang tak menyadari akan diserang Ayuni itu pun berpentalan, lalu tubuh mereka ambruk melabrak sebuah meja panjang yang ada di depan padepokan itu hingga patah dan roboh. Para penduduk kampung yang berada di belakang Ayuni pun menyerbu dengan geram. “Tunggu dengarkan penjelasan kami dulu! Kami akan membuktikan pada kalian kalau memang benar adanya harimau ganas di bagian Utara sana, dialah yang telah melakukan itu pada gadis-gadis itu.” Mohon kumbang satu dalam keadaan merangkak berdiri kepada para penduduk yang hampir saja menghajarnya, Ayuni pun memberi
last updateLast Updated : 2023-09-01
Read more

Bab 173. Pamit Ke Arah Selatan

Harimau cindaku itu hanya mengelak saat Ayuni menyerangnya bertubi-tubi, hingga akhirnya murid Ki Sentanu itu mengeluarkan jurus andalannya yaitu Rajawali Mencakar Sukma. Meskipun tak mengena telak namun saat harimau cindaku itu melompat menghidar, bagian dadanya sedikit robek terkena terkena ajian Rajawali Mencakar Sukma itu. Bukan hanya itu ajian itu mampu juga membuat tubuhnya terpental hingga terjerembab jatuh ke dalam lembah yang cukup curam di lereng itu, Ayuni pun yakin harimau itu telah menemui ajalnya di dalam lembah. “Ayo saudara-saudaraku kita kembali ke perkampungan, seperti yang kalian lihat harimau itu pasti telah mati di dalam jurang sana!” Seru Ayuni lalu dia melangkah kembali ke perkampungan diiringi para penduduk dan anak buah Bagas Dipa di belakangnya. ******* Kereta kuda berhenti tepat di depan sebuah warung, tampak perempuan beserta seorang bocah laki-laki turun dari kereta kuda itu. Setelah membayar beberapa keping uang kepada kusirnya, perempuan dan bocah l
last updateLast Updated : 2023-09-02
Read more

Bab 174. Terluka Parah

Susah payah seekor harimau kuning kecoklat-coklatan menaiki tebing jurang di lereng Gunung Kerinci, luka robek di bagian dadanya serta luka dalam yang dia alami membuat dirinya susah berjalan ketika berhasil mencapai bagian atas jurang itu. Ia segera merubah diri menjadi sosok manusia tinggi agar bobot tubuhnya tidak terlalu berat untuk berjalan menyelusuri lembah Gunung Kerinci di bagian Selatan, langkahnya menuju ke arah Utara tempat biasanya dia berdiam diri sambil mengintai hewan-hewan buas. “Mungkin ajalku akan melayang di lembah gunung ini!” Lirih harimau jadi-jadian itu yang tidak lain adalah harimau cindaku, ternyata dia mampu bertahan hidup setelah terkena pukulan andalan Ayuni murid Ki Sentanu menghantam tubuhnya. Meskipun hantaman itu tidak mengena telak, namun jika tidak memiliki ilmu tinggi maka sudah dipastikan akan menemui ajal saat itu juga. Langkahnya terseok-seok bahkan sesekali dia terjatuh merangkak, dadanya sangat nyeri di bibirnya pun sesekali tampak mengalir
last updateLast Updated : 2023-09-03
Read more

Bab 175. Di Depan Goa

Rasa penasaran pemuda tampan itu terhenti, tubuhnya yang tadi berbaring seketika bangkit duduk. Dari pintu goa tampak manusia bertubuh kurus tinggi, di tangan kanannya terlihat seruas bambu yang berisi air jernih sementara di tangan kirinya tampak seekor ayam hutan yang telah dikuliti serta ditusuk siap untuk dipanggang. Dia tersenyum ke arah Arya yang tengah duduk di dipan bambu, sang pendekar pun ikut tersenyum setelah melihat siapa yang datang itu. “Mari Kisanak, kita buat unggunan api di luar sambil memanggang ayam hutan ini!” Ajak manusia kurus tinggi yang tidak lain adalah harimau cindaku, setelah menyandarkan bambu yang berisi air itu di dinding goa harimau cindaku membawa sebuah obor lalu melangkah ke luar Arya pun mengikutinya dari belakang. Dengan mengumpulkan kayu dan ranting-ranting kering, harimau cindaku membuat unggunan api di depan mulu goa setelah sebagian kayu-kayu menjadi bara tusukan daging ayam hutan itu pun dipanggangnya. Aroma daging panggang tercium menggug
last updateLast Updated : 2023-09-04
Read more

Bab 176. Janji Arya Atas Fitnahan

“Benar kata pepatah padi semakin berisi semakin pula ia merunduk, hal itulah yang membuat diri Kisanak akan sulit dicari tandingannya.” Semakin kagum harimau cindaku pada sosok pemuda tampan yang ada di sebelahnya itu. “Oh ya, Kisanak cindaku sendiri sudah lama berada di tempat ini?” Tanya Arya. “Belum lama Kisanak, saya di sini sekitar beberapa minggu jadi hanya wilayah Utara gunung ini lah yang baru saya ketahui dan jelajah.” Tutur harimau cindaku itu. “Jika hanya wilayah Utara ini yang baru Kisanak ketahui dan jelajah, kenapa orang-orang di wilayah Selatan bisa tahu dan memfitnah Kisanak?” Harimau cindaku hanya gelengkan kepala merasa tak mengerti. “Saya juga tidak tahu kenapa itu bisa terjadi, padahal saya belum pernah bertemu dengan orang-orang wilayah Selatan gunung ini.” Ujarnya. “Kisanak yakin belum pernah bertemu satu orang pun dari wilayah sana?” Arya bertanya kembali untuk memastikan. “Saya yakin sekali Kisanak karena memang saya belum pernah sampai ke wilayah s
last updateLast Updated : 2023-09-05
Read more

Bab 177. Ajian Cindaku Menghantam Karang

“Saya percaya Kisanak akan selalu mampu melakukan tugas yang memang amat mulia itu, tiada yang dapat saya berikan untuk membalas kebaikan atas pertolongan Kisanak. Jika Kisanak tidak keberatan, saya ingin memberikan jurus andalan saya yang saya berinama Cindaku Menghantam Karang. Saya akan senang jika Kisanak mau menerimanya, karena saya yakin Kisanak akan mempergunakan jurus itu semata-mata untuk menegakan kebenaran.” Tutur harimau cindaku seiring terkejutnya pemuda tampan itu, lalu ia pun mengangguk setuju. “Baiklah Kisanak saya akan merubah wujud saya menjadi harimau, setelah itu bentangkan kedua telapak tangan Kisanak ke depan! Perhatikan juga gerakan-gerakan saya!” Arya anggukan kepala menuruti apa yang dikatakan harimau cindaku itu, saat cindaku telah berubah menjadi sosok harimau Arya pun rentangkan kedua telapak tangannya ke depan. Tiba-tiba harimau cindaku itu menempelkan kedua telapak tangannya ke telapak tangan sang pendekar, getaran dan hawa aneh pun terasa menjalar mas
last updateLast Updated : 2023-09-06
Read more

Bab 178. Congkaknya Bagas Dipa

“Saudara-saudaraku, sekaranglah saatnya kita wujudkan mimpi-mimpi kita mendirikan Kerajaan dan menguasai daerah Sungai Penuh ini. Ha..! Ha..! Ha..!” Tawa Bagas Dipa menggelegar. “Hidup Ketua! Hidup...!” Seru lima orang anak buahnya itu serentak. “Kalian berlima kembalilah ke padepokan! Saya akan menemui seseorang yang berada di goa di lembah lereng itu!” Ujar Bagas Dipa. “Bagaimana dengan jasad dua orang gadis yang ada di dalam pondok Ketua?” Tanya salah seorang dari lima anak buahnya itu. “Biarkan saja dua jasad gadis itu di sana! Tak perlu kalian antar ke kampung sebelah timur, cepat kalian kembali ke padepokan dan tunggu saya di sana!” Perintah Bagas Dipa, setelah mengangguk kelima anak buahnya segera meninggalkan pondok itu. ****** Seperti biasanya Ayuni murid Ki Sentanu tampak berlatih sendiri di sebuah bukit tidak jauh dari padepokan gurunya, belum juga dia selesai berlatih di lembah bukit tampak beberapa orang penduduk dari daerah Timur tengah berjalan tergesa-gesa.
last updateLast Updated : 2023-09-08
Read more

Bab 179. Siasat Bejad

“Hik..! Hik..! Hik..! Jangan terlalu sombong bocah bejad! Kau pikir semudah itu mengalahkan Ki Sentanu?! Dia bukan orang sembarangan dan sudah lama d irimba persilatan ini, sementara kau bocah kemarin sore.” Lagi-lagi terdengar cekikikan Hantu Keji Bermata Api. “Ayo kita buktikan sekarang Nenek jelek! Saya sudah tak sabar ingin menghajar lelaki tua itu!” Bagas Dipa mengepal tangan. “Sabar Bagas Dipa, Kau harus bisa mengatur siasat mengundangnya bertarung di sore purnama.” Ujar Hantu Keji Bermuka Api. “Apa maksudmu dengan sore purnama?!” Tanya Bagas Dipa kerutkan kening. “Sore menjelang purnama muncul di malam harinya, itu berarti lusa sore.” Bagas Dipa masih tampak tak mengerti akan ucapan Nenek berwajah angker itu. “Kenapa kau memandang saya begitu? Jangan bilang kalau kau jatuh hati sama saya ya Bagas Dipa?! Hik..! Hik..! hik..!” Sambung Hantu Keji Bermata Api cekikikan. “Ciuih..! Sebejad-bejadnya saya mana mungkin tertarik sama wajahmu yang keriput dan jelek itu, saya h
last updateLast Updated : 2023-09-09
Read more

Bab 180. Racun Berbahaya

Rauman lima ekor harimau hitam bergema seiring melesat menyerang seorang pemuda yang berada di depan mereka, pemuda tampan yang tidak lain adalah Arya Mandu Pendekar Rajawali Dari Andalas itu, telah siap dengan ajian Topan Gunung Sumbing. “Bruuuuuk...! Deeeeeeeessssss..!” Terdengar suara benturan antara tubuh lima ekor harimau hitam dengan ajian Topan Gunung Sumbing yang dilepaskan Arya, lima ekor harimau hitam itu bermentalan diiringi raungan kesakitan. Memang tidak ada luka di tubuh lima harimau hitam itu, namun rasa nyeri yang menyelinap di dada membuat mereka memilih melarikan diri dari tempat itu. Arya tak berusaha mengejar, dia berjalan menghampiri sosok gadis yang terbaring kaku di rerumputan lembah gunung itu. Setelah merapikan pakaian yang sempat tersingkap di bagian dada sang gadis, Arya pun melakukan sesuatu. “Teeeeeeeb...! Teeeeb..!” Sang Pendekar melepas totokan di tubuh kaku gadis itu. Arya membantu gadis itu yang berupaya untuk duduk, sementara gadis yang tiada l
last updateLast Updated : 2023-09-10
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
46
DMCA.com Protection Status