Home / Pendekar / Pendekar Rajawali Dari Andalas / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Pendekar Rajawali Dari Andalas: Chapter 151 - Chapter 160

460 Chapters

Bab 151. Istana Diserang

“Apa? Para pemberontak itu sudah datang? Baiklah kalian semua tetap berada di dalam istana ini! Kunci semua pintu masuk setiap ruangan istana ini! Aku dan para prajurit Kerajaan ini akan menghadapi mereka!” sahut Dezo, setelah Gayatri dan para abdi istana anggukan kepala, Dezo pun melesat bergabung dengan para prajurit serta rekan-rekannya dihalaman istana. “Saudaraku Arya, Dewa Penangis dan Bidadari Selendang Biru. Sepertinya memang sebentar lagi para pemberontak itu akan tiba di depan istana ini, bagaimana pendapat kalian untuk menghadapi mereka?” Ujar Sultan Demak sembari bertanya. “Yang mulia Sultan Demak, kalau boleh saya menyarankan sebaiknya kita hadang mereka di luar istana in. Agar para abdi, Tuan Putri serta Permaisuri Kerajaan tetap aman terlindung di dalam istana.” Usul Arya. “Ya saudaraku, saya rasa itu usulan yang terbaik.” Sultan Demak setuju. “Panglima Benggala dan Patih Prakasa!” Sambung Sultan Demak memanggil. “Ya, yang mulia.” Sahut mereka serentak. “Pimp
last updateLast Updated : 2023-08-08
Read more

Bab 152. Gilang Raksa Tewas

Gumpalan sinar membentuk lingkaran tampak memancar bergelombang, seluruh dedaunan kering yang berada di sekitar itu tersedot ke dalam sinar berbentuk lingkaran itu Arya pun merasakan tubuhnya bergerak sendiri ke depan. Dengan cepat Arya menahan pergerakan tubuhnya itu dengan tenaga dalam yang ia miliki, sembari ia kerahkan ajian Topan Gunung Sumbing tingkat tinggi. “Blaaaaaaaaaaaaar....!” Suara ledakan luar biasa terdengar, saking dahsyatnya bukan hanya tubuh Gilang Raksa saja yang terpelanting sempoyongan ke belakang Pedang Kembarnya pun terpental lepas dari genggaman tangannya. Arya tak menyia-nyiakan kesempatan itu, saat tubuhnya berdiri sempurna kembali dia pun segera bentangkan kedua tangannya ke samping. Kedua telapak tangannya menghadap ke atas, tiba-tiba cuaca di sekitar tempat pertarungan itu berubah menjadi gelap berawan pekat lalu diatas langit terlihat petir yang alirannya menyatu dengan kedua telapak tangan sang pendekar. Rupanya Arya tengah mengeluarkan Ajian Tapak
last updateLast Updated : 2023-08-08
Read more

Bab 153. Tewasnya Ranu Dan Brahma

“Blaaaaaaaaaaaam...! Taaaaar....! Taaaaaaaaaaar..! Blaaaaaaaaaaaaar..!” Tubuh Ranu Tandika yang melesat seperti anah panah itu digulung oleh gelombang api, tak ayal tubuh dan senjata yang ada di genggamannya itu terbakar hebat. Seperti tubuh manusia yang dipanggang hidup-hidup, tubuh Ranu Tandika mengejang dan meraung histeris. “Buuuuuuuuuum..!” Kembali terdengar ledakan kali ini berasal dari tubuh Ranu Tandika yang terbakar, tubuh itu meledak menjadi beberapa bagian dan tentu saja nyawanya pun melayang. Luar biasa ajian Gulungan Air Mata Neraka yang dilesatkan Dewa Penangis, gumpalan api yang menyerupai gulungan ombak itu mampu menghanguskan apa saja yang ada di sekitarnya bahkan bukan hanya itu benda yang terkena gulungan api setelah terbakar hebat akan meledak seketika. Dewa Penangis kembali menyelipkan sapu tangan bututnya ke pinggang, setelah memastikan Ranu Tandika telah tewas dengan tubuh yang hancur kakek berjenggot itu pun segera membantu para prajurit istana yang tenga
last updateLast Updated : 2023-08-09
Read more

Bab 154. Sultan Demak Terluka

Naga Biru yang tadinya melayang-layang di udara kembali berubah menjadi sebuah selendang, selendang yang berwarna biru setelah berada dalam genggaman gadis cantik berlesung pipi itu segera ia lingkarkan kembali senjata mustikanya itu di leher. Tak menunggu lama karena Brahma Sujiwo telah berhasil dibuat terkapar tak bernyawa, Bidadari Selendang Biru segera membantu para parjurit istana menghadapi pasukan yang di pimpin oleh Brahma Sujiwo. ******* Di depan pintu gerbang istana tepatnya menghadap sebelah Timur, Jaka Oblak berdiri sambil berkacak pinggang berhadapan dengan Sultan Demak. “Tidak saya sangka, kau yang dulu saya jadikan orang kepercayaan istana teganya berhianat dan ingin memberontak.” Ujar Sultan Demak dengan lantang kepada Jaka Oblak. “Ha...! Ha..! Ha..! Kau pikir akan selamanya orang tunduk padamu, Sultan Demak?! Saya sudah bosan selalu kau perintah dan saya merasa juga mampu memegang tahta Kerajaan Demak ini dari pada kau mati konyol lebih baik kau serahkan saja ta
last updateLast Updated : 2023-08-09
Read more

Bab 155. Pertempuran Mengerikan

“Sultan mengalami luka dalam yang cukup parah, sebaiknya Sultan jangan banyak bergerak dulu! Tunggu sampai saya memberi pelajaran pada keparat penghianat itu!” Seu lelaki berpakaian putih pada Sultan Demak sambil menunjuk ke arah Jaka Oblak. “Ya Arya, terima kasih telah menyelamatkan nyawa saya! Uhuuk..! Huuk..!” Ulas Sultan Demak terbatuk-batuk. “Jadi kau yang bernama Arya Mandu, Pendekar Rajawali Dari Andalas itu?! Ha..! Ha..! Ha..! Suatu kehormatan dan kebanggaan bagi saya bisa berhadapan denganmu! Pedang Setan saya benar-benar beruntung kali ini, di samping akan memakan korban seorang raja juga akan mencincang pendekar yang namanya mulai kesohor di Pulau Jawa ini!” Seru Jaka Oblak dengan tawa congkaknya. “Hemmm, kau bukan saja penghianat tapi juga sosok yang sombong! Hati dan Pedangmu benar-benar serasi, sama-sama Setan! He..! He..! He..!” Celetuk Arya balas tertawa. “Jangan banyak bicara lagi kau keparat..! Bersiaplah menemui ajalmu di Pedang Setan saya ini!” Habis beruc
last updateLast Updated : 2023-08-10
Read more

Bab 156. Sultan Demak Pulih

Hawa panas yang dirasakan Sultan Demak dari tiga arah tubuhnya, membuat keningnya mengucur keringat. “Uhuuk..! Huuk..! Uweeek..!” Setelah beberapa kali terbatuk-batuk, Sultan Demak terlihat memuntahkan darah segar dari mulutnya. Luka dalam yang ia derita berangsur-angsur pulih dan saat ini tubuhnya dibaringkan di atas pembaringan, agar keadaannya benar-benar pulih seperti semula. “Saudaraku Arya, Bidadari Selendang Biru dan Paman Dewa Penangis. Terima kasih atas semua budi baik kalian terhadap saya dan Kerajaan Demak ini, saya tak tahu harus membalas dengan apa semua jasa yang kalian lakukan ini.” Ucap Sultan Demak dalam keadaan berbaring. “Tak perlu Sultan pikirkan itu, lebih baik Sultan beristirahat agar kondisi tubuh Sultan benar-benar pulih seperti semula.” Ujar Arya. “Ya, saudaraku. Bagaimana dengan para prajurit yang bertempur di luar sana?” “Para prajurit Kerajaan berhasil memenangkan pertempuran itu Sultan, meskipun banyak yang mengalami luka-luka.” Jawab Arya. “Perpe
last updateLast Updated : 2023-08-14
Read more

Bab 157. Ke Pulau Andalas

“Kang Mas Arya, maaf saya menghampiri Kang Mas karena tadi tidak sempat mengucapkan terima kasih atas bantuan Kang Mas dan teman-teman pada Ayahanda serta Kerajaan Demak ini.” “Ya, sama-sama Gayatri. Seperti yang saya sampaikan tadi pada Ayahandamu, semua yang kami lakukan ini merupakan kewajiban dan kami dengan senang hati melaksanakannya.” Tutur Arya, rupanya gadis cantik dengan rambut tergerai indah itu adalah Gayatri Puspita putri Sultan Demak. “Oh ya, sebelum Kang Mas berlalu pergi ini saya bawakan makanan kesukaan Kang Mas Arya.” Arya menerima bungkusan daun yang berisi getuk dengan tersenyum. “Hati-hati dijalan ya Kang Mas! Jangan lupa suatu saat singgah lagi ke sini! Cuuup..!” Sebuah kecupan hangat mendarat di pipi Arya, kemudian Gayatri Puspita kembali berlari-lari kecil masuk ke Istana Kesultanan. Merah padam muka Bidadari Selendang Biru melihat hal itu, rasa cemburunya tak mampu ia bendung. Sementara Arya merasa terkejut bukan kepalang, karena ia tak mengira Gayatri
last updateLast Updated : 2023-08-17
Read more

Bab 158. Masalah Cinta

Seorang pemuda tampak berdiri di atas sebuah bukit yang lerengnya sangat curam, dari raut wajahnya terpancar kesedihan yang mendalam entah apa yang tengah menimpa pemuda itu hingga ia begitu terlihat putus asa. “Andini...! Saya tak sanggup bila harus melihatmu bersanding dengan lelaki lain! Lebih baik saya mengakhiri hidup ini dengan melompat ke dalam jurang!” Usai berteriak pemuda itu pun melompat ke jurang yang ada di depannya. “Wuuuuuuuuut..! Taaaaaaaaap....!” Sekelebat bayangan putih menyambar tubuh pemuda dan membawanya kembali ke atas bukit. “Kenapa kau mencegah saya?! Biarkan saya mengakhiri hidup di dasar jurang sana!” Seru pemuda yang baru saja menjatuhkan dirinya ke jurang, sementara di sisi pemuda itu tampak pula seorang pemuda tampan berpakaian putih mengenakan sabuk berwarna hitam sementara di punggungnya tersandang sebilah pedang berkepala rajawali. “Hemmm, kamu masih muda kisanak. Kenapa harus mengakhiri hidupmu dengan cara seperti ini?!” Tanya pemuda berpakaian
last updateLast Updated : 2023-08-17
Read more

Bab 159. Putri Kerajaan Palembang

“Namanya Andini, Dia adalah putri Raja di Kerajaan kecil daerah Palembang bagian Selatan ini.” Tutur Ardi dengan tarikan napasnya yang terdengar berat. “Kerajaan kecil?!” Arya tampak tak mengerti apa yang dimaksudkan Ardi itu. “Ya Kerajaan kecil pecahan dari Kerajaan Sriwijaya, pecahan Kerajaan Sriwijaya juga ada di bagian-bagian daerah Palembang lainnya. Bagian Utara, Timur, Barat hingga Tengah daerah Palembang.” Arya anggukan kepala menunjukan dia telah faham akan Kerajaan kecil yang dimaksudkan Ardi. “Coba lanjutkan ceritamu mengenai Andini putri Kerajaan Palembang sebelah Selatan yang kamu cintai itu!” Pinta Arya. “Kami telah menjalin hubungan cukup lama, baik saya maupun dia sama-sama saling mencintai. Hanya saja baru-baru ini banyak yang datang meminang putra-putra dari Kerajaan-kerajaan keci yang ada di wilayah Palembang ini, Raja Kerajaan Palembang bagian Selatan berniat mengadakan sayembara untuk memperebutkan Andini.” Jelas Ardi lesu. “Sayembara..! Sayembara apa ya
last updateLast Updated : 2023-08-18
Read more

Bab 160. Mengikuti Sayembara

Dua ekor kuda berjalan beriringan, dua sosok pemuda yang menunggangi kuda-kuda itu tampak begitu akrab. Seorang pemuda berpakaian putih dengan sebilah pedang berkepala rajawali tersandang di punggung, seorang pemuda lagi berpakaian coklat memakai caping di kepalanya. Tak berselang lama kedua kuda itu berhenti di depan sebuah istana yang cukup megah, kedua pemuda itu pun turun lalu mengikat kuda-kuda mereka di tempat yang sepertinya telah disediakan. Arya Mandu pemuda yang berpakaian putih diiringi Ardi Laksara yang berpakaian coklat mengenakan caping itu menemui beberapa orang di pintu gerbang istana, orang-orang di pintu gerbang ternyata adalah panitia sayembara yang akan diadakan sebentar lagi di halaman istana Kerajaan Palembang bagian Selatan itu. Setelah mendaftar, Arya dan Ardi dipersilahkan masuk dan menuju ruangan yang telah disediakan bagi peserta sayembara dan pendampingnya. Di depan ruangan terbuka tempat Arya dan Ardi duduk tampak halaman yang sangat luas, di tengah-teng
last updateLast Updated : 2023-08-19
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
46
DMCA.com Protection Status