Home / Pendekar / Pendekar Rajawali Dari Andalas / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Pendekar Rajawali Dari Andalas: Chapter 131 - Chapter 140

460 Chapters

Bab 131. Ular Raksasa Berkepala Tiga

Bentrokan kembali terjadi Arya dan Dewa Pengemis tampak berjibaku menghindar serta berusaha menyerang lawan, cukup lama dan melelahkan sebelum akhirnya Arua dan Dewa Pengemis mampu menaklukan Siluman-siluman itu. Arya dan Dewa Pengemis semakin masuk lagi, hingga mereka tiba di sebuah ruangan yang cukup besar dan luas. “Ssssssssssssst...!” Terdengar suara seperti desusan ular dan beberapa tombak di hadapan mereka berdiri tampaklah sosok ular raksasa berkepala tiga, masing-masing pasang matanya menyorot tajam merah menyala. “Ha.. Ha.. Ha..! Sudah saya duga cepat atau lambatnya kalian pasti menuju istana ini, berarti saya pun tak perlu bersusah payah mencari kalian untuk menuntut balas atas tewasnya lima Siluman pengawal utama saya di bagian luar istana ini.” Suara itu berasal dari ular raksasa yang ternyata dapat bicara seperti manusia. “Pengawal-pengawal mu itu pantas mati karena mereka telah membuat keonaran pada para penduduk desa, bahkan mereka tak segan-segan membunuh warga d
last updateLast Updated : 2023-07-27
Read more

Bab 132. Tewasnya Ular Raksasa

“Bruuuuuuuuuk....! Bruuuuuuuuuk..!” Tubuh Arya yang terlilit itu dibenturkan kian kemari ke dinding ruang istana itu, rasa nyeri yang teramat sangat tentu dirasakan oleh sang pendekar belum lagi nafasnya yang juga sesak akibat kuatnya lilitan itu. Arya berusaha keras untuk melepaskan diri namun tak kunjung jua temui keberhasilan, lilitan itu justru terasa makin kuat dan bisa saja akan meremukan tulang-tulang di tubuhnya jika hal ini berlangsung lebih lama lagi. Dewa Pengemis yang tadinya terpusat pada semburan cairan racun dari ular raksasa berkepala tiga itu menyerang dirinya, kini melirik pada diri Arya yang memang tak kuasa melawan dari lilitan mahkluk mengerikan itu bahkan nafas sahabatnya itu terlihat putus-putus. Dengan nekat bercampur geram Dewa Pengemis segera mengeluarkan ajian andalannya yaitu Tongkat Pengemis Menggebuk Lalat, tubuhnya melesat cepat ke udara bersamaan dengan itu ia pun mengayunkan tongkatnya sekeras-kerasnya ke bagian ekor ular raksasa itu. “Plaaaaaaaaaa
last updateLast Updated : 2023-07-27
Read more

Bab 133. Dewi Purnasari Dimakamkan

“Terima kasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan pada Mas Arya dan Mas Dewa Pengemis yang telah menyelamatkan saya dari istana Kerajaan Gaib itu, sekarang saya dapat berkumpul kembali dengan anak dan istri.” Ucap Sugeng dengan tangis harunya. “Ya Mas Sugeng, kami berdua juga ikut senang bisa membantu. Semua ini adalah berkat kuasa dan pertolongan Gusti Alloh jualah, hingga kami bisa sampai ke istana Kerajaan Gaib dan membawa Mas Sugeng kembali ke dunia nyata ini.” Tutur Arya, mereka pun saling berpelukan lalu kembali terdengar sorak sorai dan tepuk tangan suka cita dari seluruh warga desa yang berada di tengah-tengah hutan Blora itu. Sebelum para warga desa menuju Desa Purworejo, Resi Kundala mohon pamit untuk kembali ke pertapaannya, “Terima kasih saya ucapkan mewakili seluruh warga desa, atas bantuan Kakek Resi Kundala membawa saya dan Dewa Pengemis menemukan Kerajaan Gaib yang selama ini meresahkan penduduk di seputaran hutan Blora ini.” Ucap Arya. “Sama-sama Arya, saya pun
last updateLast Updated : 2023-07-28
Read more

Bab 134. Arya Ikut Menari

“Sama-sama Mas, kami berdua juga sangat senang bisa melakukan ini semua untuk kenyamanan para warga desa.” Ujar Arya diiringi senyum ramahnya. “Budi baik kalian berdua, akan selalu kami ingat selamanya.” Ulas Tumenggung Galih kepala Desa Purwosari. “Ya Mas, kalian sudah kami anggap seperti keluarga kami sendiri. Jika suatu saat melintas di desa kami ini, jangan pernah sungkan untuk singgah.” Tambah Broto Seno kepala Desa Sendangharjo, sementara Suryo kepala desa Tambaksari hanya anggukan kepala tanda menyetujui semua yang telah disampaikan para kepala desa lainnya. “Tentu saja, kami akan singgah jika suatu waktu kami melintas desa-desa ini lagi karena kalian semua begitu baik dan telah sudi menerima kehadiran kami di sini. Adapun pesan saya yang musti disampaikan oleh kepala desa masing-masing pada warganya, meskipun mulai malam ini keadaan hutan Blora sudah aman untuk dimasuki siapa saja diharapkan jangan pernah merusak kelestarian hutan itu dengan menebang sembarangan pohon-po
last updateLast Updated : 2023-07-28
Read more

Bab 135. Sultan Demak

Sebelum tengah hari para warga desa yang tadi sibuk membereskan tenda-tenda dan obor serta tungku-tungku di tanah lapang itu, tampak berkumpul berbaris teratur di tengah lapangan. Di hadapan mereka sosok pemuda tampan berpakaian putih dengan sebilah pedang berkepala rajawali tersandang di punggungnya, untuk beberapa saat terlihat hening tak satupun dari para warga desa yang bersuara. “Ada saatnya bertemu adapula saatnya berpisah, saya pasti akan merindukan kalian semua. Bagi saya perjuangan yang sama-sama kita lakukan dalam hari-hari belakangan ini, merupakan pengalaman yang berharga dalam perjalanan hidup saya. Sebelum saya pamit, saya mohon maaf jika sekiranya ada sikap yang tak pantas telah saya lakukan di desa ini.” Tutur pemuda berpakaian putih yang tidak lain adalah Arya Mandu. “Ya Mas Arya, saya sebagai kepala Desa Purworejo mewakili semua yang ada di sini mengucapkan terima kasih dan selamat jalan. Moga Mas Arya selalu dilindungi Gusti Alloh, dalam menegakan kebenaran di mu
last updateLast Updated : 2023-07-29
Read more

Bab 136. Perebutan Wilayah Kekuasaan

“Ha..! Ha.. Ha..! Apa kau tidak malu mengatakan wilayah ini adalah wilayah kekuasaanmu? Sejak dulu semua orang juga tahu, kalau wilayah ini masih dalam kekuasaan Kerajaan Demak.” Ujar Gilang Raksa. “Itu dulu, sekarang saya lah yang berkuasa atas wilayah bagian Barat ini.” Teratai Hitam tetap ngotot. “Ha..! Ha..! Ha..! Kalau begitu saya pun ingin mengambil alih wilayah ini, agar kelak lebih mudah untuk menyerang ke istana Kesultanan Demak.” Ujar Gilang Raksa setelah tertawa terbahak-bahak. “Kurang ajar..! Berani-beraninya kau bicara begitu! Hiyaaaaat...!” Teratai Hitam tak mampu lagi menahan geramnya, segera ia menyerang dengan rantai yang ujungnya terdapat bola api. Gilang Raksa yang memang telah mengetahui gelagat itu segera menghindar beberapa langkah ke belakang, ia pun tampak mencabut Pedang Kembar dari sarungnya. “Sriiiiiiiiing...! Traaaaak..! Traaaaaaak...!” Hantaman rantai bola api saling berbenturan dengan Pedang Kembar, hingga menimbulkan suara dan percikan sinar ap
last updateLast Updated : 2023-07-29
Read more

Bab 137. Lelaki Tua Yang Aneh

“Intan Kasturi? Maaf jika tadinya saya agak lancang terhadap kalian, namun setelah mendengar siapa yang menyuruh kalian saya jadi mengerti sekarang. Nyi Intan Kasturi adalah sahabat dari Sutan Demak, perkenalkan saya Patih Praksa wakil panglima Kerajaan Demak ini. Yang mulia Sultan Demak tidak berada di istana, Ia dengan Panglima Patih Benggala beserta beberapa pengikut kepercayaannya tengah mengungsi ke lembah Kali Mati.” Tutur lelaki yang memperkenalkan dirinya sebagai Patih Prakasa itu. “Lembah Kali Mati? Hemmm, saya tahu tempat itu. Jika demikian adanya, kami mohon pamit untuk menyusul Sultan Demak ke sana.” Ujar Bidadari Selendang Biru yang memang mengetahui letak lembah Kali Mati itu. “Baiklah, jika itu yang kalian inginkan. Berhati-hatilah di jalan! Karena akhir-akhir ini banyak sekali mata-mata yang ingin mengetahui keberadaan Sultan Demak, sampaikan pula salam saya pada yang mulia untuk sementara waktu keadaan Kesultanan Demak masih aman-aman saja.” Tutur Patih Prakasa.
last updateLast Updated : 2023-07-30
Read more

Bab 138. Dewa Penangis

Dengan kalang kabut nya mereka berlari menghindari hujaman tombak, yang melesat berbalik ingin menghujam diri mereka sendiri itu. Karena tak mengenai sasaran juga tombak-tombak itu kembali menancap di tanah, sementara para pemiliknya sudah tidak tampak lagi di seputaran wilayah itu. Lelaki tua aneh itu kembali melanjutkan perjalanan menuju istana Kesultanan Demak, agaknya lelaki tua berjanggut itu mengetahui jika sahabatnya Sultan Demak tengah mengalami masa-masa sulit di mana Kerajaan yang ia pimpin itu lagi diincar para pemberontak. ******* “Plaaak..! Plaaaaak..!” Beberapa tamparan mendarat di wajah para lelaki yang tadinya berhadapan dengan lelaki tua berjanggut. “Bodoh..! Menghadapi seorang tua bangka saja kalian tidak mampu!” Hardik sosok lelaki yang baru saja melayangkan tamparan. “Maaf Ketua, ilmu orang tua itu sangat aneh dan tinggi sekali. Kami sudah berusaha untuk menghadapinya namun tak berhasil, jika kami telat sedikit saja melarikan diri mungkin beberapa orang d i
last updateLast Updated : 2023-07-31
Read more

Bab 139. Ranu Tandika Dan Sambas Praka

“Eyang Guru sekarang berada di puncak Gunung Sumbing, yang mulia.” Kali ini Arya yang menjawab. “Oh, di puncak Gunung Sumbing? Hemmm, saya senang sekali dengan berita ini berarti kalian berdua adalah murid-murid dari sosok pendekar yang tangguh dan sakti madraguna. Saya merasa lega sekarang, karena dengan kehadiran kalian nantinya kita bisa kembali lebih cepat ke istana Kesultanan.” Tutur Sultan Demak begitu gembira. “Hemmm, kami berdua tentu tidak setangguh mereka. Karena kami masih muda dan belum berpengalaman betul akan seluk beluk rimba persilatan, meskipun begitu dengan segenap kemampuan yang kami miliki kami akan berusaha membantu yang mulia Sultan untuk kembali dan mempertahankan tahta Kerajaan Demak.” Tutur Arya dengan senyum ramahnya. “Dari bicaramu, saya benar-benar seperti bertemu dengan Bibi Pandan Suri. Beliau juga selalu merendah setiap kali berucap, namun kesaktian yang beliau miliki sangat sulit dicari tandingannya di tanah Jawa ini.” Puji Sultan Demak. “Oh ya
last updateLast Updated : 2023-08-01
Read more

Bab 140. Brahma Sujiwo

“Hu..! Hu..! Hu..! Katakan pada Sultan Demak, Dewa Penangis ingin bertemu!” Mendengar penuturan itu salah seorang dari para prajurit berlari ke arah goa untuk memberi tahu Sultan Demak. Tak berselang lama kembali Sultan Demak ke luar dari goa itu kali ini didampingi Arya dan Bidadari Selendang Biru, sementara Patih Benggala tetap berada di dalam goa. “Oh, Paman Dewa Penangis rupanya. Beri beliau jalan!” Sapa Sultan Demak saat telah berada di depan pintu goa melihat sosok yang tengah dihadang para prajuritnya, seperti yang telah diperintahkan para prajurit yang menghadang pun memberi jalan pada lelaki tua berjenggot itu. “Tak saya sangka Paman akan hadir juga di tempat ini.” Sambung Sultan Demak saat mereka berangkulan karena telah lama tidak bertemu. “Hu..! Hu..! Hu..! Ya, itu karena saya mendengar Kerajaan yang kamu pimpin saat ini tengah digoncang oleh beberapa orang yang mencoba untuk berhianat.” Ujar Dewa Penangis. “Hu..! Hu..! Hu! Ternyata pendekar muda yang tangguh ini
last updateLast Updated : 2023-08-02
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
46
DMCA.com Protection Status