Home / Pendekar / Pendekar Rajawali Dari Andalas / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Pendekar Rajawali Dari Andalas: Chapter 141 - Chapter 150

460 Chapters

Bab 141. Tewasnya Sepasang Iblis Akhirat

Seorang anak buah Sepasang Iblis Akhirat yang mengetahui hal itu segera berlari menemui pimpinan dan teman-temannya. “Maaf Ketua, saya melihat ada segerombolan orang berkuda yang sepertinya hendak memasuki wilayah ini.” Salah seorang anak buah Sepasang Iblis Akhirat itu memberi laporan. “Apa? Kamu dan beberapa orang yang lainnya cepat hadang mereka, jangan sampai mereka berhasil masuk wilayah ini!” Seru Sepasang Iblis Akhirat, dengan segera para anak buahnya berlarian lalu berjejer menghadang siap menyambut kedatangan segerombolan orang berkuda itu. “Berhenti..!” Seru salah seorang anak buah Sepasang Iblis Akhirat, saat gerombolan orang berkuda itu telah berada beberapa tombak di hadapan mereka. Seorang lelaki berpakaian hitam segera melompat turun dari atas kudanya sosok lelaki itu adalah Brahma Sujiwo yang memang berada di depan dari rombongan itu, ia tampak senyum-senyum melihat para anak buah Sepasang Iblis Akhirat berdiri berjejer menghadang di depannya. “Tolong katakan a
last updateLast Updated : 2023-08-02
Read more

Bab 142. Rencana Brahma Sujiwo

Siang itu udara cerah terik mentari terasa sekali menyengat, di sebuah pondok Jaka Oblak yang menguasai wilayah perbatasan Kerajaan Demak di sebelah Timur pergi memenuhi undangan Brahma Sujiwo di kediamannya di wilayah perbatasan sebelah Utara. “Ada keperluan apa kau mengundang saya ke sini, Brahma Sujiwo?” Tanya Jaka Oblak begitu ia sampai di pondok kediaman Brahma Sujiwo. “Aku mengundangmu ke sini untuk mengajakmu bekerja sama dalam rencana menyerang ke Kerajaan Demak, karena saya fikir jika kita sendiri-sendiri menyerang ke sana kita takan temui keberhasilan. Sultan Demak menurut kabar dari mata-mataku, dibantu oleh para pendekar berilmu tinggi.” Tutur Brahma Sujiwo. “Ya, orang-orang yang saya utus untuk menyelediki pun berkata begitu. Lalu rencana apa yang akan kamu lakukan, Brahma Sujiwo?” Kembali Jaka Oblak bertanya. “Saya sudah tak memperdulikan lagi akan siapa yang akan duduk sebagai raja Demak nantinya, yang penting tahta Kerajaan itu berhasil kita rebut. Saya atau kam
last updateLast Updated : 2023-08-03
Read more

Bab 143. Kembali Ke Istana Kesultanan

“Sial...! Kenapa kita yang justru saling serang?! Padahal bukankah tujuanmu juga ingin membunuh Sultan Demak, Gilang Raksa?” Seru Ranu Tandika sembari menyapu darah di bibir dengan telapak tangannya. “Ya, Sultan Demak akan diuntungkan jika salah satu di antara kita mati ditempat ini. Sebaiknya kita hentikan pertarungan yang tak berguna ini dan bekerja sama mencari keberadaan Sultan Demak! Tentang siapa yang akan menduduki tahta Kerajaan, nanti kita rembukan lagi bagi saya jika pembagian hasilnya adil saya setuju-setuju saja untuk tidak menduduki tahta Kesultanan. Yang terpenting kita bisa membunuh Sultan Demak itu, agar kita bisa menguasai penuh wilayah kekuasaan Kerajaan Demak ini.” Tutur Gilang Raksa yang menyadari apa yang mereka lakukan itu hanya tindakan sia-sia. Setelah memulihkan tenaga dan mengobati luka dalam masing-masing, mereka pun segera meninggalkan istana Kerajaan Demak itu. Mereka berdua pun sepakat untuk bekerja sama, mencari keberadaan serta membunuh Sultan Demak
last updateLast Updated : 2023-08-03
Read more

Bab 144. Penyusup Istana Kesultanan

“Selama memerintah, Raden Patah banyak dibantu oleh Wali Songo yang berperan sebagai penasihat. Awal pemerintahannya ditandai dengan pembangunan Masjid Agung Demak dan perluasan wilayah. Bahkan Sultan sempat mengirim pasukan untuk menyerang kedudukan Portugis di Malaka, dalam rangka merebut dominasi di Selat Malaka. Serangan tersebut, dipimpin oleh Dipati Unus atau Putra dari Sultan Raden Patah. Meskipun pada akhirnya serangan tersebut gagal, tetapi ia mendapat julukan Pangeran Sabrang Lor atau pangeran yang menyeberang ke utara sebagai penghargaan atas keberaniannya. Sepeninggal Raden Patah, maka Dipati Unus naik takhta menjadi Sultan Demak dan semasa pemerintahannya ia berupaya lagi menggempur Portugis di Malaka dengan menggalang pasukan gabungan Demak, Jepara, dan Palembang. Namun, sayangnya serangan tersebut kembali berakhir dalam kegagalan. Setelah Dipati Unus wafat maka terjadi kemelut di Demak akibat adanya persaingan antara Pangeran Sekar Seda Lepen dan Pangeran Trenggana, akh
last updateLast Updated : 2023-08-04
Read more

Bab 145. Ternyata Penyusup Itu?

“Tadi ada penyusup, dia tengah berusaha mengintip Sultan dari atas atap.” Jawab Arya. “Penyusup?!” Para prajurit terkejut. “Ya, kalian mungkin tak melihatnya karena sosok itu memiliki ilmu meringankan tubuh yang tinggi. Ia pun berhasil melarikan diri setelah tadi sempat saya buat terjatuh dari atas atap istana, saya harap kalian lebih ketat lagi dalam mengawasi sekeliling istana ini!” Tutur Arya. “Baik, saran saudara akan kami laksanakan!” Setelah berucap para prajurit yang tadi menghampiri Arya segera kembali ke tempat mereka masing-masing melakukan penjagaan dan pengawasan di seputaran istana, sementara Arya masuk kembali ke istana ke ruangan yang telah disediakan Sultan Demak untuknya beristirahat. ******* Cuaca pagi itu cukup cerah di sebuah ruangan yang di sana tampak Sultan Demak, Bidadari Selendang Biru, Dewa Penangis serta Arya tengah duduk sambil menikmati minuman hangat dan beberapa macam panganan ringan. “Saya dengar dari laporan prajurit istana, tadi malam saudar
last updateLast Updated : 2023-08-04
Read more

Bab 146. Sultan Demak Temui Rakyatnya

Sang Mentari pagi baru saja muncul dari ufuk timur, sinarannya begitu bebas memancar tak satu pun tampak awan yang berusaha untuk menyelimuti. Pagi yang benar-benar cerah seperti halnya semangat para penduduk di desa-desa dalam kawasan kekuasaan Kerajaan Demak yang hendak menuju persawahan mereka masing-masing, pada umumnya para penduduk desa di kawasan itu bermata pencaharian bertani. Setelah sarapan pagi bersama keluarga mereka, para kepala rumah tangga bahkan juga didampingi sang istri segera melangkah menuju lahan persawahan tempat mereka bercocok tanam. “Sudah lama saya tak pernah menemui rakyatku di desa-desa wilayah Kesultanan, sejak beredarnya kabar tentang rencana pemberontakan ke istana. Saya kuatir mereka dalam tekanan, atau juga dimanfaatkan orang-orang tertentu untuk kepentingan melancarkan rencana busuk.” Tutur Sultan Demak di sela sarapan pagi menikmati hidangan pelayan istana bersama Arya, Bidadari Selendang Biru dan Dewa Penangis. “Jika Sultan ingin mengunjungi me
last updateLast Updated : 2023-08-05
Read more

Bab 147. Orang Suruhan Gilang Raksa

“Deeeeeeees...! Bruuuuuuuuuuk..!” Sebuah jotosan tangan kosong mendarat di punggung sosok yang hendak melarikan diri itu, meskipun tidak mengunakan tenaga dalam sosok itu mampu dibuat tersungkur oleh Arya. “Mau lari ke mana Kau?!” Hardik Arya sembari menjinjing baju bagian leher dari sosok yang hendak melarikan itu. “Ampun...! Jangan bunuh saya!” Ronta lelaki itu. “Kamu siapa? Dan kenapa kau melarikan diri setelah menyerang salah seorang penduduk desa ini?” Tanya Arya masih menggenggam kerah bajunya. “Nama saya Ronggo, saya diperintahkan untuk membunuh siapa saja yang berani melaporkan pada Sultan akan hal yang terjadi di desa ini.” Jawab lelaki itu. “Siapa yang memerintahmu, untuk melakukan semua itu?!” Desak Arya. “Ketua saya namanya Gilang Raksa, saya pun ditugaskan untuk menghasut semua warga desa di sini untuk membangkang akan perintah dari Sultan Demak.” Jawab Ronggo, barulah Arya melepaskan genggaman tangan di kerah baju lelaki itu. “Kurang ajar..! Pantas saja par
last updateLast Updated : 2023-08-05
Read more

Bab 148. Siasat Para Pemberontak

“Ya, saya pernah mendengar nama itu. Meskipun dia baru di rimba persilatan ini, namun ilmu yang ia miliki sangat tinggi. Beberapa sosok yang disegani dan ditakuti banyak orang telah menemui ajal di tangannya, untuk itu pula saya datang ke sini guna mengajakmu bekerja sama dalam menyerang Kerajaan Demak nantinya. Karena kalau kita lakukan sendiri-sendiri, saya kuatir kita dan pasukan akan kalah.” Sambung Brahma Sujiwo, sementara Gilang Raksa hanya diam sepertinya ia tengah merenungi sesuatu. “Setelah saya pikir-pikir, memang ada baiknya kita bergabung dan bekerja sama dalam hal pemberontakan yang akan kita lakukan ini. Karena memang saat ini kekuatan Kerajaan Demak kian kuat setelah bergabungnya para pendekar bersama mereka, mengenai hasilnya nanti kita bisa bicarakan yang terpenting kita harus bisa dulu menaklukan Kerajaan Demak dan merebut tahta kepemimpinan dari Sultan Demak.” Ujar Gilang Raksa yang mulai redakan geramnya. “Saya setuju sekali akan semua yang kau katakan, Gilang
last updateLast Updated : 2023-08-06
Read more

Bab 149. Keputusan Untuk Menyerang

“Oh begitu, saya rasa keteranganmu sudah cukup Ronggo dan sekarang kamu bebas tidak akan dikurung dalam penjara istana lagi. Kau boleh tinggal di sini, tapi jangan pernah macam-macam jika kau sekali saja berniat jelek di sini saya takan segan-segan untuk menghabisimu!” Tutur Sultan Demak sekaligus memperingatkan. “Hamba haturkan terima kasih atas pengampunan yang mulia berikan, Hamba takan mungkin berbuat hal yang buruk di istana ini. Hamba justru ingin bergabung dengan prajurit istana ini dalam melawan musuh-musuh yang akan datang memberontak nantinya, itu kalau yang mulia izinkan.” Ujar Ronggo. “Bagus jika itu yang kau inginkan, saat ini juga kau saya angkat sebagai prajurit istana dan bergabunglah dengan yang lain!” Tutur Sultan Demak, Ronggo terlihat gembira sekali. “Terima kasih yang mulia, Hamba mohon diri untuk bergabung dengan para prajurit di luar istana.” Sultan Demak anggukan kepala sembari tersenyum, Ronggo pun meninggalkan ruangan itu setelah memberi hormat pada pe
last updateLast Updated : 2023-08-06
Read more

Bab 150. Gayatri Puspita

Entah karena jenuh atau memang tak mau diam di suatu tempat Arya mohon diri pada Sultan Demak untuk berkeliling di seputar Istana Kerajaan, yang ia hampiri kali ini sebuah kolam jernih tempat pemandian para penghuni istana itu. Di kolam jernih itu tampak pula para perempuan abdi Kerajaan tengah bercengkrama dengan putri semata wayang Sultan Demak bernama Gayatri Puspita, gadis yang berwajah cantik berambut panjang hitam lebat dan periang itu tampak asyik bermain-main dengan air kolam sambil bercanda dengan para abdi dalam istana. Sambil tersenyum dan tertawa-tawa kecil Arya menghampiri mereka, Gayatri Puspita dan para abdi istana pun terkejut karena mereka tak mengira sang pendekar akan datang ke kolam itu. “Wah, ternyata putri semata wayang Sultan Demak masih suka bermain-main air?!” Canda Aryasembari menyapa, Gayatri Puspita hanya sesaat memandang lalu ia pun tertunduk malu bahkan seketika ia hentikan jari-jarinya yang sedari tadi seperti menari-nari di dalam air kolam. “Kenapa
last updateLast Updated : 2023-08-07
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
46
DMCA.com Protection Status