“Deeeeeeees...! Bruuuuuuuuuuk..!” Sebuah jotosan tangan kosong mendarat di punggung sosok yang hendak melarikan diri itu, meskipun tidak mengunakan tenaga dalam sosok itu mampu dibuat tersungkur oleh Arya. “Mau lari ke mana Kau?!” Hardik Arya sembari menjinjing baju bagian leher dari sosok yang hendak melarikan itu. “Ampun...! Jangan bunuh saya!” Ronta lelaki itu. “Kamu siapa? Dan kenapa kau melarikan diri setelah menyerang salah seorang penduduk desa ini?” Tanya Arya masih menggenggam kerah bajunya. “Nama saya Ronggo, saya diperintahkan untuk membunuh siapa saja yang berani melaporkan pada Sultan akan hal yang terjadi di desa ini.” Jawab lelaki itu. “Siapa yang memerintahmu, untuk melakukan semua itu?!” Desak Arya. “Ketua saya namanya Gilang Raksa, saya pun ditugaskan untuk menghasut semua warga desa di sini untuk membangkang akan perintah dari Sultan Demak.” Jawab Ronggo, barulah Arya melepaskan genggaman tangan di kerah baju lelaki itu. “Kurang ajar..! Pantas saja par
“Ya, saya pernah mendengar nama itu. Meskipun dia baru di rimba persilatan ini, namun ilmu yang ia miliki sangat tinggi. Beberapa sosok yang disegani dan ditakuti banyak orang telah menemui ajal di tangannya, untuk itu pula saya datang ke sini guna mengajakmu bekerja sama dalam menyerang Kerajaan Demak nantinya. Karena kalau kita lakukan sendiri-sendiri, saya kuatir kita dan pasukan akan kalah.” Sambung Brahma Sujiwo, sementara Gilang Raksa hanya diam sepertinya ia tengah merenungi sesuatu. “Setelah saya pikir-pikir, memang ada baiknya kita bergabung dan bekerja sama dalam hal pemberontakan yang akan kita lakukan ini. Karena memang saat ini kekuatan Kerajaan Demak kian kuat setelah bergabungnya para pendekar bersama mereka, mengenai hasilnya nanti kita bisa bicarakan yang terpenting kita harus bisa dulu menaklukan Kerajaan Demak dan merebut tahta kepemimpinan dari Sultan Demak.” Ujar Gilang Raksa yang mulai redakan geramnya. “Saya setuju sekali akan semua yang kau katakan, Gilang
“Oh begitu, saya rasa keteranganmu sudah cukup Ronggo dan sekarang kamu bebas tidak akan dikurung dalam penjara istana lagi. Kau boleh tinggal di sini, tapi jangan pernah macam-macam jika kau sekali saja berniat jelek di sini saya takan segan-segan untuk menghabisimu!” Tutur Sultan Demak sekaligus memperingatkan. “Hamba haturkan terima kasih atas pengampunan yang mulia berikan, Hamba takan mungkin berbuat hal yang buruk di istana ini. Hamba justru ingin bergabung dengan prajurit istana ini dalam melawan musuh-musuh yang akan datang memberontak nantinya, itu kalau yang mulia izinkan.” Ujar Ronggo. “Bagus jika itu yang kau inginkan, saat ini juga kau saya angkat sebagai prajurit istana dan bergabunglah dengan yang lain!” Tutur Sultan Demak, Ronggo terlihat gembira sekali. “Terima kasih yang mulia, Hamba mohon diri untuk bergabung dengan para prajurit di luar istana.” Sultan Demak anggukan kepala sembari tersenyum, Ronggo pun meninggalkan ruangan itu setelah memberi hormat pada pe
Entah karena jenuh atau memang tak mau diam di suatu tempat Arya mohon diri pada Sultan Demak untuk berkeliling di seputar Istana Kerajaan, yang ia hampiri kali ini sebuah kolam jernih tempat pemandian para penghuni istana itu. Di kolam jernih itu tampak pula para perempuan abdi Kerajaan tengah bercengkrama dengan putri semata wayang Sultan Demak bernama Gayatri Puspita, gadis yang berwajah cantik berambut panjang hitam lebat dan periang itu tampak asyik bermain-main dengan air kolam sambil bercanda dengan para abdi dalam istana. Sambil tersenyum dan tertawa-tawa kecil Arya menghampiri mereka, Gayatri Puspita dan para abdi istana pun terkejut karena mereka tak mengira sang pendekar akan datang ke kolam itu. “Wah, ternyata putri semata wayang Sultan Demak masih suka bermain-main air?!” Canda Aryasembari menyapa, Gayatri Puspita hanya sesaat memandang lalu ia pun tertunduk malu bahkan seketika ia hentikan jari-jarinya yang sedari tadi seperti menari-nari di dalam air kolam. “Kenapa
“Apa? Para pemberontak itu sudah datang? Baiklah kalian semua tetap berada di dalam istana ini! Kunci semua pintu masuk setiap ruangan istana ini! Aku dan para prajurit Kerajaan ini akan menghadapi mereka!” sahut Dezo, setelah Gayatri dan para abdi istana anggukan kepala, Dezo pun melesat bergabung dengan para prajurit serta rekan-rekannya dihalaman istana. “Saudaraku Arya, Dewa Penangis dan Bidadari Selendang Biru. Sepertinya memang sebentar lagi para pemberontak itu akan tiba di depan istana ini, bagaimana pendapat kalian untuk menghadapi mereka?” Ujar Sultan Demak sembari bertanya. “Yang mulia Sultan Demak, kalau boleh saya menyarankan sebaiknya kita hadang mereka di luar istana in. Agar para abdi, Tuan Putri serta Permaisuri Kerajaan tetap aman terlindung di dalam istana.” Usul Arya. “Ya saudaraku, saya rasa itu usulan yang terbaik.” Sultan Demak setuju. “Panglima Benggala dan Patih Prakasa!” Sambung Sultan Demak memanggil. “Ya, yang mulia.” Sahut mereka serentak. “Pimp
Gumpalan sinar membentuk lingkaran tampak memancar bergelombang, seluruh dedaunan kering yang berada di sekitar itu tersedot ke dalam sinar berbentuk lingkaran itu Arya pun merasakan tubuhnya bergerak sendiri ke depan. Dengan cepat Arya menahan pergerakan tubuhnya itu dengan tenaga dalam yang ia miliki, sembari ia kerahkan ajian Topan Gunung Sumbing tingkat tinggi. “Blaaaaaaaaaaaaar....!” Suara ledakan luar biasa terdengar, saking dahsyatnya bukan hanya tubuh Gilang Raksa saja yang terpelanting sempoyongan ke belakang Pedang Kembarnya pun terpental lepas dari genggaman tangannya. Arya tak menyia-nyiakan kesempatan itu, saat tubuhnya berdiri sempurna kembali dia pun segera bentangkan kedua tangannya ke samping. Kedua telapak tangannya menghadap ke atas, tiba-tiba cuaca di sekitar tempat pertarungan itu berubah menjadi gelap berawan pekat lalu diatas langit terlihat petir yang alirannya menyatu dengan kedua telapak tangan sang pendekar. Rupanya Arya tengah mengeluarkan Ajian Tapak
“Blaaaaaaaaaaaam...! Taaaaar....! Taaaaaaaaaaar..! Blaaaaaaaaaaaaar..!” Tubuh Ranu Tandika yang melesat seperti anah panah itu digulung oleh gelombang api, tak ayal tubuh dan senjata yang ada di genggamannya itu terbakar hebat. Seperti tubuh manusia yang dipanggang hidup-hidup, tubuh Ranu Tandika mengejang dan meraung histeris. “Buuuuuuuuuum..!” Kembali terdengar ledakan kali ini berasal dari tubuh Ranu Tandika yang terbakar, tubuh itu meledak menjadi beberapa bagian dan tentu saja nyawanya pun melayang. Luar biasa ajian Gulungan Air Mata Neraka yang dilesatkan Dewa Penangis, gumpalan api yang menyerupai gulungan ombak itu mampu menghanguskan apa saja yang ada di sekitarnya bahkan bukan hanya itu benda yang terkena gulungan api setelah terbakar hebat akan meledak seketika. Dewa Penangis kembali menyelipkan sapu tangan bututnya ke pinggang, setelah memastikan Ranu Tandika telah tewas dengan tubuh yang hancur kakek berjenggot itu pun segera membantu para prajurit istana yang tenga
Naga Biru yang tadinya melayang-layang di udara kembali berubah menjadi sebuah selendang, selendang yang berwarna biru setelah berada dalam genggaman gadis cantik berlesung pipi itu segera ia lingkarkan kembali senjata mustikanya itu di leher. Tak menunggu lama karena Brahma Sujiwo telah berhasil dibuat terkapar tak bernyawa, Bidadari Selendang Biru segera membantu para parjurit istana menghadapi pasukan yang di pimpin oleh Brahma Sujiwo. ******* Di depan pintu gerbang istana tepatnya menghadap sebelah Timur, Jaka Oblak berdiri sambil berkacak pinggang berhadapan dengan Sultan Demak. “Tidak saya sangka, kau yang dulu saya jadikan orang kepercayaan istana teganya berhianat dan ingin memberontak.” Ujar Sultan Demak dengan lantang kepada Jaka Oblak. “Ha...! Ha..! Ha..! Kau pikir akan selamanya orang tunduk padamu, Sultan Demak?! Saya sudah bosan selalu kau perintah dan saya merasa juga mampu memegang tahta Kerajaan Demak ini dari pada kau mati konyol lebih baik kau serahkan saja ta
Lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya itu berubah menjadi putih ke perak-perakan. Sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang ke arah tubuh Raksasa Durja Iblis, dua sinar putih menderu menghantam tubuh Raksasa Durja Iblis itu. “Buuuuuuuuuum..! Kraaaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Ledakan maha dahsyat pun terdengar seiring dengan hancurnya tubuh Raksasa Durja Iblis hingga menjadi debu bertaburan di tanah, itulah ajian andalan Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas yang bernama ajian Rajawali Melebur Sukma. Pekik dan sorak kemenangan bergemuruh dari ribuan prajurit gabungan istana peri dan Kerajaan Permata Timur, istana megah Kerajaan Angkasa itu pun telah rata dengan tanah seiring terbenamnya tubuh Raksasa Durja Iblis saat dihantam ajian Telapak Suci Budha yang dilesatkan Arya tadinya sebelum tubuh Raksasa Durja Iblis itu hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Melebur Sukma. Tubuh Arya yang tad
Pasukan gabungan peri dan Kerajaan Permata Timur pun tak berselang lama setelah itu mampu pula menaklukan ribuan prajurit istana Kerajaan Angkasa, sebagian besar dari mereka tewas bersimbah darah, dan sebagian lagi dipaksa menyerah. Sementara duel sengit antara Arya dan Batara Durja masih berlangsung, sejauh ini Arya belum mampu mendekat apalagi menghantamkan pukulannya ke tubuh Batara Durja, karena raja segala licik dan tamak itu selalu menghantamkan senjata mustikanya berupa gada ke arah Arya, hingga membuat sang pendekar dipaksa menghindar bahkan beberapa kali mundur. Mendapatkan beberapa kali serangannya gagal dan mengetahui jika Guru dan sebagian besar prajuritnya tewas, Batara Durja pun murka. Dengan segera ia merubah wujudnya menjadi Raksasa Durja Iblis, yang tentu saja diiringi semakin besarnya senjata mustikanya berupa gada itu. “Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..!” tanah yang terkena hantaman gada itu bak dilanda gempa dahsyat membuat semua yang ada di kawasan itu terpent
Setelah menyusun dan merembukan dengan matang rencana penyerangan ke istana Kerajaan Angkasa, ke empat peri yang memimpin 4 penjuru kawasan negeri diatas awan itu kembali ke istana mereka masing-masing, sementara Arya tetap tinggal di istana ratu hingga esok pagi seluruh pasukan berkumpul di sana. Peri Salju setibanya di istana salju di kawasan utara segera menyampaikan berita itu pada seluruh pasukannya, begitu pula dengan Peri Api dan Peri Laut di kawasan selatan dan barat. Sementara Peri Bulan sebelum menuju istananya dikawasan timur, ia singgah dulu di istana Kerajaan Permata Timur menemui Benggala dan Yuda Tirta selaku Raja serta Panglima Kerajaan. “Mari silahkan masuk yang mulia Peri Bulan! Baginda Benggala ada didalam istana!” tutur Yuda Tirta yang menyambut kedatangan Peri Bulan dihalaman istana Kerajaan Permata Timur itu. “Terima kasih, Yuda!” ucap Peri Bulan dengan senyum ramahnya, kemudian ia diiringi Yuda Tirta masuk kedalam istana menemui Benggala. “Sebuah kehormatan
“Loh, kok diam saja Arya? Ayo, naik kita berangkat sekarang!” seru Peri Salju. “Iya, tapi sebaiknya aku ganti pakaian dulu, sepertinya pakaian yang aku jemur itu sudah kering!” ujar Arya sambil memunggut pakaian yang ia jemur di samping mulut goa itu. “Oh, ya silahkan! Kami akan menunggumu!” setelah mengambil pakaian yang ia jemur Arya masuk kembali kedalam goa mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Arya pun tampak ke luar dari mulut Goa, Peri Salju kembali memintanya naik ke punggung kuda putih bersayap tunggangannya itu. Arya melesat ke atas kuda di belakang Peri Salju duduk, dengan tersenyum Peri Salju memerintahkan kuda putih bersayap itu untuk terbang kembali ke negeri diatas awan. ***** “Apa yang mulia yakin pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu tidak akan selamat dari luka yang ia alami saat bertarung kemarin?!” tanya Durgama, saat ia diminta berkumpul dengan para petinggi istana lainya diruang utama Kerajaan Angkasa. “Ha.. Ha.. Ha..! Aku benar-benar
“Hemmm... Jasa yang telah kau berikan pada negeri peri dan negeri di atas awan sudah sangat besar! Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang aku lakukan ini kepadamu! Racun Iblis yang ada di tubuhmu belum sepenuhnya hilang, karena aku hanya berhasil mengeluarkan sebagiannya saja!” tutur Resi Dharma.“Jadi racun iblis masih ada di dalam tubuhku? Lalu bagaimana cara menghilangkan keseluruhannya, Resi?” Arya terlihat panik akan yang dituturkan Resi Dharma baru saja kepadanya.“Kamu tak perlu cemas! Kamu cukup berendam di depan air terjun sana beberapa menit! Air itu akan melenyapkan seluruh racun yang ada di tubuhmu! Tadi selain mengeluarkan sebagian racun di tubuhmu, aku juga telah berhasil membuka pori-pori di seluruh badanmu! Agar hawa gaib air terjun dapat merasuki dan melenyapkan racun di tubuhmu itu!” tutur Resi Dharma.“Oh, begitu! Baiklah sekarang juga aku akan berendam di air terjun depan goa ini!” Resi Dharma hanya anggukan kepalanya, Arya dengan tertatih-tatih bangkit
Setibanya di istana salju di ruangan tempat Arya dibaringkan, Peri Ratu segera memeriksa tubuh sang pendekar. Bagian dada kanan tampak lebam, dan ada goresan luka yang darahnya telah membeku.“Luka dalam yang dialami Arya sangat parah! Kalau saja dia bukan sosok berilmu tinggi, mungkin tulang dadanya telah remuk! Senjata mustika milik Batara Durja itu pun melukai bagian dadanya, dan akibatnya racun jahat dari senjata itu mengalir ke seluruh tubuhnya!” tutur Peri Ratu.“Apakah Arya masih hidup yang mulia? Tadi aku periksa denyut nadi dan detak jantungnya tak ada sama sekali!” Peri Salju masih terlihat sangat cemas.“Hemmm... Mungkin saat kamu memeriksanya tadi keadaanmu lagi kalut, hingga kamu tak merasakan masih adanya denyut nadi dan detak jantungnya! Hanya saja saat ini dia benar-benar tak bisa bergerak sama sekali dan tak sadarkan diri akibat racun iblis yang menjalar diseluruh tubuhnya! Ternyata Batara Durja tidak sendiri, dia bersekutu dengan raja iblis!” Peri Ratu menjelaskan se
“Tidak Arya, apapun yang terjadi nantinya aku akan tetap bersamamu di sini! Berhati-hatilah, sosok yang kamu hadapi ini sangat licik dan berbahaya!” ujar Peri Salju, Arya tersenyum lalu mengangguk. Batara Durja yang memang tak dapat lagi menahan ingin segera menghajar Arya yang selama ini selalu menggagalkan rencananya, mulai dari negeri peri hingga terakhir menewaskan salah seorang kepercayaannya di istana bernama Durpala, langsung menerjang ke depan ke arah sang pendekar. Hantaman kaki dan tangan secara bergantian membuat Arya terpaksa beberapa kali mengelak dan menangkis, meskipun serangan itu tanpa dialiri kekuatan ilmu tenaga dalam akan tetapi hawa pukulan Batara Durja sangat terasa dan membahayakan. Tubuh Batara Durja memang tinggi dan kekar, akan tetapi gerakan-gerakannya sangat gesit membuat Arya cukup kewalahan dan harus menghindar kian-kemari. “Deeeeeeees..! Deeeeeeeees..!” sebuah pukulan tangan kosong Arya mendarat keras mengenai dada kanan Batara Durja hingga membuatny
“Sudah dua kali mereka berusaha untuk menguasai Desa Gumanti ini! Dan beberapa hari yang lalu mereka berhasil membuat kami menyerah karena tak kuasa melawan!” tutur Jabari saat mereka telah duduk bersama diruangan terbuka itu. “Sepertinya Kerajaan Angkasa itu memang serakah dan tak pernah merasa jera, sebelum rajanya yang bernama Batara Durja itu ditaklukan!” tutur Arya. “Terima kasih sekali lagi kami ucapkan pada kalian semua yang telah membantu membebaskan Desa Gumanti dari mereka! Kami tak tahu harus bagaimana membalas jasa baik kalian ini!” ucap Jabari mewakili seluruh warganya. “Sama-sama, Jabari!” tutur Arya, Peri Salju dan Wisnu Dharma. “Lantas sekarang apa yang perlu kami bantu? Apakah kami seluruh warga musti ikut ke Kerajaan Angkasa itu?” tanya Jabari. “Tidak usah, biar Aku dan Peri Salju saja yang ke sana!” “Apakah itu tidak terlalu berbahaya Arya, sementara di istana Kerajaan itu ada ribuan prajurit yang tentunya akan menghadang kalian?! Bagaimana jika seluruh muridk
“Dia sosok yang sangat berbahaya! Ambisinya jelas ingin berkuasa atas negeri diatas awan ini! Dia tentu saja sangat membenci yang mulia dan para peri lainnya, yang secara nyata diberikan hak kekuasaan di negeri diatas awan!” tutur Wisnu Dharma. “Ilmu apa yang ia miliki hingga Guru sendiri tak sanggup menghadapinya hingga harus lari dan bersembunyi di goa negeri peri?” kali ini Arya yang bertanya. “Aku sendiri tidak tahu ilmu apa yang ia miliki, Arya! Yang jelas ilmunya itu sangat aneh dan sulit dihadapi! Aku melarikan diri hingga ke negeri peri disamping untuk menyelamatkan nyawaku, juga yang tak kalah pentingnya menyelamatkan kitab tapak budha!” tutur Wisnu Dharma. “Di mana letak Kerajaan Angkasa itu, Guru?” “Kerajaan itu berada diarah utara dari kuil ini! Jika kamu hendak kesana, kebetulan nanti selepas tengah hari kita akan berhadapan dengan para prajurit Kerajaan itu di Desa Gumanti! Kamu bisa menahan salah seorang dari mereka untuk menunjukan jalan ke istana Kerajaan Angkasa