Home / Pendekar / Pendekar Rajawali Dari Andalas / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Pendekar Rajawali Dari Andalas: Chapter 161 - Chapter 170

460 Chapters

Bab 161. Memenangkan Sayembara.

Kesempatan itu pulalah yang tampaknya dimanfaatkan lawan Arya di final, peserta final yang tadi menunggu dengan segera melompat ke atas panggung dan langsung menyerang. Arya sempat terkejut karena dia mengira akan ada waktu jeda sedikit sebelum pertarungan final dilaksanakan, begitu pula bagi para panitia hampir saja berseru namun karena Arya segera menangkis serangan dan meladeni lawan akhirnya panitia membiarkan saja. Serangan bertubi-tubi dilancarkan lawan, sampai saat ini Arya hanya berusaha mengelak dan menangkis. Lawan Arya kali ini cukup licik, itu terlihat dari awal dia tak memberi waktu jeda sedikitpun pada Arya yang memang cukup kelelahan. Ternyata sosok lawan Arya di final itu adalah putra Raja Kerajaan Palembang bagian Utara, ilmu tenaga dalamnya cukup tinggi hingga beberapa jurus sempat membuat Arya terdesak. Suara riuh sorak-sorai penonton pun bergema dari sekeliling arena sayembara itu, wajah tegang pun tampak pada Ardi begitu pula pada wajah Andini mereka berdua amat
last updateLast Updated : 2023-08-20
Read more

Bab 162. Tinggalkan Kerajaan Palembang

“Begini yang mulia, pemuda ini sangat mencintai putri yang mulia Raja begitu pula dengan putri yang mulia juga sangat mencintai pemuda ini. Mereka adalah sepasang kekasih yang sudah lama menjalin hubungan, pemuda sahabatku ini adalah seorang petani yang cukup berhasil namun tak sedikitpun memiliki ilmu bela diri. Karena merasa dia tidak mungkin ikut sayembara ini, ia memutuskan untuk bunuh diri demi cintanya pada putri yang mulia. Hamba berhasil mencegah tindakan salah yang akan dia lakukan itu, kemudian hamba berjanji untuk mengikuti sayembara ini demi membantunya untuk mendapatkan Andini putri yang mulia raja.” Jelas Arya cukup panjang lebar, semua orang yang ada di arena sayembara diam tertegun sementara Andini karena terkejut secara tak sadar melepaskan diri dari pelukan ibundanya. Ardi Laksara membuka caping yang ia kenakan, “Kak Ardi..!” Seru Andini dengan tak sadar berlari menaiki panggung, sementara Raja Palembang bagian Selatan hanya tampak melongo belum mengerti sepenuhn
last updateLast Updated : 2023-08-21
Read more

Bab 163. Ki Sentanu Dan Seruni

Di sebuah bangunan besar beratapkan ijuk tebal berdinding papan, di bagian atap paling depan tampak sebuah patung kepala harimau hitam yang terbuat dari ukiran kayu. Di dalam bangunan itu tampak berkumpul beberapa orang yang kebanyakan dari mereka duduk berjejer didua sisi pada bangku panjang, sementara di ujung bangku panjang itu tepat di tengah-tengah terdapat pula sebuah bangku dengan bermacam-macam ukiran. Di sana duduk sosok lelaki bertubuh tinggi kekar wajahnya terlihat bengis dengan rambut panjang tak beraturan, sosok inilah yang bernama Bagas Dipa. “Mulai besok pagi dan untuk beberapa hari ke depan saya akan pergi ke suatu tempat, saya harap kalian menjaga padepokan ini secara bergilir!” Bagas Dipa memberi perintah pada para anak buahnya yang tengah duduk berjejer di sisi kiri dan kanan dari tempat dia duduk. “Baik Ketua, kami akan menjaga padepokan ini secara bergantian.” Ujar anak buahnya serentak dan tak seorang pun dari mereka berani bertanya tempat apa yang akan dikun
last updateLast Updated : 2023-08-22
Read more

Bab 164. Bagas Dipa

Sosok bayangan hitam berkelebat masuk ke goa itu, anehnya goa yang seharusnya gelap gulita justru semakin masuk ke dalam semakin terang. “Hemmm, benar sekali inilah tempat yang disebut seseorang dalam mimpiku beberapa malam yang lalu.” Gumam sosok bayangan hitam yang berkelebat masuk lalu bertengger di tebing dalam goa itu. “Tapi di mana aku harus mencari sosok perempuan tua berwajah jelek itu?” Kembali sosok itu bergumam dalam hati. “Hik..! Hik..! Hik..!” Tiba-tiba terdengar cekikikan lalu tampak berkelebat sosok perempuan tua berambut putih panjang awut-awutan, giginya hitam sementara matanya yang cekung tampak merah menyala benar-benar mengerikan sosok perempuan tua yang berkelebat dari dalam goa itu. “Akhirnya kau datang juga Bagas Dipa..! Hik..hik..hik..!” Seru perempuan tua itu yang tiba-tiba telah duduk di sebuah batu yang menempel ke dinding goa. “Hei perempuan tua siapa dirimu adanya, kita belum pernah bertemu dari mana kamu tahu nama saya?” Tanya sosok bayangan hit
last updateLast Updated : 2023-08-23
Read more

Bab 165. Harimau Cindaku

Bagas Dipa yang berotak mesum dan keji tentu dengan senang hati melakukan persyaratan itu. “Tapi ingat hal itu harus kamu wujudkan sebelum purnama tiba yang berarti dua minggu dari sekarang, setelah kamu merenggut kesucian seorang gadis kamu harus merubah wujudmu menjadi harimau hitam lalu meminum darahnya bau darah seorang gadis itu yang akan mengundang Raja Setan ke luar lalu bergabung dengan tubuhmu.” Sambung perempuan tua itu. “Baiklah Nek hal itu akan secepatnya saya laksanakan!” Tutur Bagas Dipa merasa yakin hal itu akan mudah dia lakukan. “Sekarang pergilah dan kembali kepadepokanmu!” Bagas Dipa mengangguk, setelah memberi hormat tubuhnya pun melesat ke luar dari goa angker itu. ****** Bayangan kuning kecoklat-coklatan berkelebat menaiki Gunung Kerinci dari arah Utara, tubuhnya begitu ringan melompat dari pohon satu ke pohon yang lain dari tebing yang satu ke tebing lainnya. Setelah tiba di tanah yang agak datar sosok yang tadi berwujud harimau kuning kecoklat-coklatan
last updateLast Updated : 2023-08-24
Read more

Bab 166. Di Sebuah Warung

Cahaya obor memang tidak seterang cahaya lampu, namun ketika penunggang kuda sudah dekat dengan tempat obor itu berdiri tampaklah sosok pemuda tampan memakai baju putih sebatas lengan dan celana pun berwarna putih. Di pinggangnya melilit sabuk kain berwarna hitam di kedua pergelangan tangannya terbalut gulungan kain berwarna hitam pula dan di belakang punggungnya tersandang sebilah pedang berkepala rajawali, pemuda itu tiada lain adalah Arya Mandu Pendekar Rajawali Dari Andalas. Obor yang terang itu ternyata tidaklah satu buah, melainkan ada beberapa buah lainnya yang berada di sekeliling bangunan berupa warung. Selain menjual makanan, buah-buahan di warung itu juga tersedia minuman teh dan kopi. Warung itu cukup luas memanjang sebagian bangku dan mejanya terbuat dari anyaman bambu serta rotan yang dibuat memanjang juga, Arya pun turun dari kudanya setelah sampai di depan warung itu. Setelah mengikat kudanya dia pun masuk ke dalam warung, cukup ramai orang-orang yang tengah duduk sa
last updateLast Updated : 2023-08-25
Read more

Bab 167. Anak Buah Bagas Dipa

Itulah ajian Debu Usil Kawah Gunung Sumbing, begitu keenam orang di hadapannya terselubungi kempulan asap yang bercampur debu-debu putih itu mereka pun terpental beberapa tombak ke berbagai arah. Lalu tampaklah keanehan keenam orang itu mengaruk-garuk tak karuan sekujur tubuh mereka merasa gatal yang alang kepalang, dengan segera mereka bangkit dan berlari ke arah kuda mereka dan kabur. “Eit, mau ke mana? He..! He..!” Arya menangkap salah satu dari mereka. “Ampun Tuan, jangan bunuh saya biarkan saya pergi!” Pintanya sambil mengiba-iba pada Arya, lalu dia pun mengaruk-garuk tubuhnya kembali. “Ya kamu boleh pergi, asal kamu bayar dulu makanan dan minuman yang kalian makan tadi di warung dan jangan berani datang membuat kegaduhan lagi di sini!” Ujar Arya sembari menyentil pelan kening orang itu, setelah anggukan kepala dengan cepat orang itu merogoh kantongnya lalu menyerahkan kantong kecil yang berisi penuh kepingan uang logam pada Arya kemudian ia pun melompat ke punggung kuda da
last updateLast Updated : 2023-08-26
Read more

Bab 168. Perintah Bagas Dipa

“Hemmm, terima kasih sekali Paman sudah begitu baik menerima saya di sini kalau boleh saya tidur di bangku panjang ini saja dan Paman yang tidur di kamar.” Ucap Arya. “Tapi di sini kalau malam dingin sekali.” Ujar Sudan. “Tidak apa-apa Paman, justru saya merasa nyaman tidur di bangku ini sembari mengawasi jikalau mereka datang malam-malam atau ada orang-orang yang ingin berniat jahat ke warung ini.” Tutur Arya. “Baiklah jika itu yang saudara Arya inginkan, kalau saudara sudah mengantuk silahkan beristirahat terlebih dahulu! Saya masih harus menunggu warung ini, hingga larut malam nanti.” Ujar Sudan lalu dia menuju lantai atas warung mengambil bantal dan selembar kain sarung, kemudian menyerahkannya pada Arya. Arya menerima bantal dan kain sarung itu, namun dia tidak langsung tidur melainkan ikut bercakap-cakap dengan orang-orang yang masih ada di dalam warung sekaligus dia juga ingin menemani Sudan hingga warungnya tutup. ******* Udara pagi terasa begitu sejuk, angin sepoi-se
last updateLast Updated : 2023-08-27
Read more

Bab 169. Dihajar Harimau Cindaku

Harimau kuning kecoklat-coklatan tampak berlari cepat sepertinya tengah mengejar sesuatu di lereng rimbun pepohonan sebelah Utara Gunung Kerinci, satu lompatan tinggi disertai rauman berpadu dengan pekikan seekor beruang terdengar gaduh tampaknya telah terjadi pergumulan antara dua binatang buas itu. Pertarungan yang memang tidak seimbang berakhir dengan robeknya bagian leher beruang diiringi raungan lalu jatuh tersungkur di tanah, sebuah keanehan pun terlihat di sana seekor harimau jika menyadari kalau mangsanya telah tergeletak tak berdaya biasanya ia akan melumat habis daging-daging dari mangsanya itu tapi ini beda harimau itu justru hanya mengigit bagian leher beruang yang robek lalu menghisap habis darah-darahnya. Begitulah Harimau Cindaku mahkluk gaib berupa seekor harimau jadi-jadian, dia tidak memakan daging sebagai makanannya melainkan hanya butuh darah-darah binatang. Setelah mengisap habis darah-darah beruang, harimau itu pun merubah sosoknya menjadi manusia bertubuh ting
last updateLast Updated : 2023-08-28
Read more

Bab 170. Kekejian Bagas Dipa

Hamparan sawah yang luas tampak menghijau oleh tanaman padi yang mulai berputik, di sana juga banyak terlihat gadis-gadis yang tengah membersihkan rerumputan di sela-sela batang padi. Gadis-gadis itu selalu rutin ke sawah membantu orang tuanya meskipun terkadang mereka ke sawah sendiri tanpa didampingi ayah maupun ibunya. Itulah kebiasaan para gadis-gadis yang berada di perkampungan sebelah Timur Gunung Kerinci, rata-rata pencaharian mereka memang bertani di sawah. Sore itu langit mendung pekat, gerimis mulai turun beriringan dengan hembusan angin. Para gadis-gadis yang sedari tadi asyik bekerja membersihkan rumput di sela-sela batang padi tampak menghentikan pekerjaannya, mereka menuju ke sebuah sungai yang terletak di ujung sawah-sawah mereka. Sungai yang jernih berbatu-batu besar membuat arusnya sedikit deras, di bagian tertentu sungai itu terdapat lubuk yang tidak terlalu dalam hanya sebatas dada orang dewasa, di sanalah para gadis-gadis mandi membersihkan dirinya dari lumpur-lu
last updateLast Updated : 2023-08-29
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
46
DMCA.com Protection Status