Bagas Dipa yang berotak mesum dan keji tentu dengan senang hati melakukan persyaratan itu. “Tapi ingat hal itu harus kamu wujudkan sebelum purnama tiba yang berarti dua minggu dari sekarang, setelah kamu merenggut kesucian seorang gadis kamu harus merubah wujudmu menjadi harimau hitam lalu meminum darahnya bau darah seorang gadis itu yang akan mengundang Raja Setan ke luar lalu bergabung dengan tubuhmu.” Sambung perempuan tua itu. “Baiklah Nek hal itu akan secepatnya saya laksanakan!” Tutur Bagas Dipa merasa yakin hal itu akan mudah dia lakukan. “Sekarang pergilah dan kembali kepadepokanmu!” Bagas Dipa mengangguk, setelah memberi hormat tubuhnya pun melesat ke luar dari goa angker itu. ****** Bayangan kuning kecoklat-coklatan berkelebat menaiki Gunung Kerinci dari arah Utara, tubuhnya begitu ringan melompat dari pohon satu ke pohon yang lain dari tebing yang satu ke tebing lainnya. Setelah tiba di tanah yang agak datar sosok yang tadi berwujud harimau kuning kecoklat-coklatan
Cahaya obor memang tidak seterang cahaya lampu, namun ketika penunggang kuda sudah dekat dengan tempat obor itu berdiri tampaklah sosok pemuda tampan memakai baju putih sebatas lengan dan celana pun berwarna putih. Di pinggangnya melilit sabuk kain berwarna hitam di kedua pergelangan tangannya terbalut gulungan kain berwarna hitam pula dan di belakang punggungnya tersandang sebilah pedang berkepala rajawali, pemuda itu tiada lain adalah Arya Mandu Pendekar Rajawali Dari Andalas. Obor yang terang itu ternyata tidaklah satu buah, melainkan ada beberapa buah lainnya yang berada di sekeliling bangunan berupa warung. Selain menjual makanan, buah-buahan di warung itu juga tersedia minuman teh dan kopi. Warung itu cukup luas memanjang sebagian bangku dan mejanya terbuat dari anyaman bambu serta rotan yang dibuat memanjang juga, Arya pun turun dari kudanya setelah sampai di depan warung itu. Setelah mengikat kudanya dia pun masuk ke dalam warung, cukup ramai orang-orang yang tengah duduk sa
Itulah ajian Debu Usil Kawah Gunung Sumbing, begitu keenam orang di hadapannya terselubungi kempulan asap yang bercampur debu-debu putih itu mereka pun terpental beberapa tombak ke berbagai arah. Lalu tampaklah keanehan keenam orang itu mengaruk-garuk tak karuan sekujur tubuh mereka merasa gatal yang alang kepalang, dengan segera mereka bangkit dan berlari ke arah kuda mereka dan kabur. “Eit, mau ke mana? He..! He..!” Arya menangkap salah satu dari mereka. “Ampun Tuan, jangan bunuh saya biarkan saya pergi!” Pintanya sambil mengiba-iba pada Arya, lalu dia pun mengaruk-garuk tubuhnya kembali. “Ya kamu boleh pergi, asal kamu bayar dulu makanan dan minuman yang kalian makan tadi di warung dan jangan berani datang membuat kegaduhan lagi di sini!” Ujar Arya sembari menyentil pelan kening orang itu, setelah anggukan kepala dengan cepat orang itu merogoh kantongnya lalu menyerahkan kantong kecil yang berisi penuh kepingan uang logam pada Arya kemudian ia pun melompat ke punggung kuda da
“Hemmm, terima kasih sekali Paman sudah begitu baik menerima saya di sini kalau boleh saya tidur di bangku panjang ini saja dan Paman yang tidur di kamar.” Ucap Arya. “Tapi di sini kalau malam dingin sekali.” Ujar Sudan. “Tidak apa-apa Paman, justru saya merasa nyaman tidur di bangku ini sembari mengawasi jikalau mereka datang malam-malam atau ada orang-orang yang ingin berniat jahat ke warung ini.” Tutur Arya. “Baiklah jika itu yang saudara Arya inginkan, kalau saudara sudah mengantuk silahkan beristirahat terlebih dahulu! Saya masih harus menunggu warung ini, hingga larut malam nanti.” Ujar Sudan lalu dia menuju lantai atas warung mengambil bantal dan selembar kain sarung, kemudian menyerahkannya pada Arya. Arya menerima bantal dan kain sarung itu, namun dia tidak langsung tidur melainkan ikut bercakap-cakap dengan orang-orang yang masih ada di dalam warung sekaligus dia juga ingin menemani Sudan hingga warungnya tutup. ******* Udara pagi terasa begitu sejuk, angin sepoi-se
Harimau kuning kecoklat-coklatan tampak berlari cepat sepertinya tengah mengejar sesuatu di lereng rimbun pepohonan sebelah Utara Gunung Kerinci, satu lompatan tinggi disertai rauman berpadu dengan pekikan seekor beruang terdengar gaduh tampaknya telah terjadi pergumulan antara dua binatang buas itu. Pertarungan yang memang tidak seimbang berakhir dengan robeknya bagian leher beruang diiringi raungan lalu jatuh tersungkur di tanah, sebuah keanehan pun terlihat di sana seekor harimau jika menyadari kalau mangsanya telah tergeletak tak berdaya biasanya ia akan melumat habis daging-daging dari mangsanya itu tapi ini beda harimau itu justru hanya mengigit bagian leher beruang yang robek lalu menghisap habis darah-darahnya. Begitulah Harimau Cindaku mahkluk gaib berupa seekor harimau jadi-jadian, dia tidak memakan daging sebagai makanannya melainkan hanya butuh darah-darah binatang. Setelah mengisap habis darah-darah beruang, harimau itu pun merubah sosoknya menjadi manusia bertubuh ting
Hamparan sawah yang luas tampak menghijau oleh tanaman padi yang mulai berputik, di sana juga banyak terlihat gadis-gadis yang tengah membersihkan rerumputan di sela-sela batang padi. Gadis-gadis itu selalu rutin ke sawah membantu orang tuanya meskipun terkadang mereka ke sawah sendiri tanpa didampingi ayah maupun ibunya. Itulah kebiasaan para gadis-gadis yang berada di perkampungan sebelah Timur Gunung Kerinci, rata-rata pencaharian mereka memang bertani di sawah. Sore itu langit mendung pekat, gerimis mulai turun beriringan dengan hembusan angin. Para gadis-gadis yang sedari tadi asyik bekerja membersihkan rumput di sela-sela batang padi tampak menghentikan pekerjaannya, mereka menuju ke sebuah sungai yang terletak di ujung sawah-sawah mereka. Sungai yang jernih berbatu-batu besar membuat arusnya sedikit deras, di bagian tertentu sungai itu terdapat lubuk yang tidak terlalu dalam hanya sebatas dada orang dewasa, di sanalah para gadis-gadis mandi membersihkan dirinya dari lumpur-lu
“Hantu Keji Bermata Api keluarlah! Ada gerangan apa kau memanggil saya ke sini?!” Suara raksasa itu bergema membuat dinding-dinding goa itu bergetar, sekelebat bayangan hitam melesat dari dalam goa diiringi tawa cekikikan. Tepat di depan mulut goa di atas sebuah batu tampak sosok perempuan tua di tangan kanannya terdapat sebuah tongkat berkepala ular matanya yang cekung merah menyala, ia berdiri tegak menghadap sosok raksasa bertanduk yang ada di depannya. “Hik..! Hik..! Hik..! Yang Mulia Raja Setan Gunung Kerinci, maaf jika saya telah lancang mengundangmu ke mari. Ada hal penting yang ingin saya sampaikan pada yang mulia.” Ujar Nenek berwajah angker itu. “Cepat katakan hal apa yang ingin kau sampaikan itu!” Raksasa bertanduk itu agak membungkukkan tubuhnya ke arah Nenek angker itu yang tiada lain Hantu Keji Bermata Api. “Saya telah menemukan sosok pemuda seperti yang Mulia Raja Setan inginkan, pemuda itu sekarang tengah menjalankan ritual mengagahi lalu meminum darah tujuh oran
“Ha..! Ha..! Ha..! Apa kamu pikir kami saja yang memiliki cakar harimau? Mungkin kamu belum tahu, di sebelah Utara sana di lereng Gunung Kerinci ada seekor harimau ganas beberapa hari yang lalu kami jumpai.” Ujar kumbang satu. “Kurang ajar..! Masih saja kalian berkilah!” Maki Ayuni lalu menerjang ke arah empat orang lelaki di depannya itu. “Deeess...! Deeess..! Deeesss...! Deess..! Braaak..!” Keempat tubuh anak buah Bagas Dipa yang tak menyadari akan diserang Ayuni itu pun berpentalan, lalu tubuh mereka ambruk melabrak sebuah meja panjang yang ada di depan padepokan itu hingga patah dan roboh. Para penduduk kampung yang berada di belakang Ayuni pun menyerbu dengan geram. “Tunggu dengarkan penjelasan kami dulu! Kami akan membuktikan pada kalian kalau memang benar adanya harimau ganas di bagian Utara sana, dialah yang telah melakukan itu pada gadis-gadis itu.” Mohon kumbang satu dalam keadaan merangkak berdiri kepada para penduduk yang hampir saja menghajarnya, Ayuni pun memberi
Lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya itu berubah menjadi putih ke perak-perakan. Sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang ke arah tubuh Raksasa Durja Iblis, dua sinar putih menderu menghantam tubuh Raksasa Durja Iblis itu. “Buuuuuuuuuum..! Kraaaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Ledakan maha dahsyat pun terdengar seiring dengan hancurnya tubuh Raksasa Durja Iblis hingga menjadi debu bertaburan di tanah, itulah ajian andalan Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas yang bernama ajian Rajawali Melebur Sukma. Pekik dan sorak kemenangan bergemuruh dari ribuan prajurit gabungan istana peri dan Kerajaan Permata Timur, istana megah Kerajaan Angkasa itu pun telah rata dengan tanah seiring terbenamnya tubuh Raksasa Durja Iblis saat dihantam ajian Telapak Suci Budha yang dilesatkan Arya tadinya sebelum tubuh Raksasa Durja Iblis itu hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Melebur Sukma. Tubuh Arya yang tad
Pasukan gabungan peri dan Kerajaan Permata Timur pun tak berselang lama setelah itu mampu pula menaklukan ribuan prajurit istana Kerajaan Angkasa, sebagian besar dari mereka tewas bersimbah darah, dan sebagian lagi dipaksa menyerah. Sementara duel sengit antara Arya dan Batara Durja masih berlangsung, sejauh ini Arya belum mampu mendekat apalagi menghantamkan pukulannya ke tubuh Batara Durja, karena raja segala licik dan tamak itu selalu menghantamkan senjata mustikanya berupa gada ke arah Arya, hingga membuat sang pendekar dipaksa menghindar bahkan beberapa kali mundur. Mendapatkan beberapa kali serangannya gagal dan mengetahui jika Guru dan sebagian besar prajuritnya tewas, Batara Durja pun murka. Dengan segera ia merubah wujudnya menjadi Raksasa Durja Iblis, yang tentu saja diiringi semakin besarnya senjata mustikanya berupa gada itu. “Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..!” tanah yang terkena hantaman gada itu bak dilanda gempa dahsyat membuat semua yang ada di kawasan itu terpent
Setelah menyusun dan merembukan dengan matang rencana penyerangan ke istana Kerajaan Angkasa, ke empat peri yang memimpin 4 penjuru kawasan negeri diatas awan itu kembali ke istana mereka masing-masing, sementara Arya tetap tinggal di istana ratu hingga esok pagi seluruh pasukan berkumpul di sana. Peri Salju setibanya di istana salju di kawasan utara segera menyampaikan berita itu pada seluruh pasukannya, begitu pula dengan Peri Api dan Peri Laut di kawasan selatan dan barat. Sementara Peri Bulan sebelum menuju istananya dikawasan timur, ia singgah dulu di istana Kerajaan Permata Timur menemui Benggala dan Yuda Tirta selaku Raja serta Panglima Kerajaan. “Mari silahkan masuk yang mulia Peri Bulan! Baginda Benggala ada didalam istana!” tutur Yuda Tirta yang menyambut kedatangan Peri Bulan dihalaman istana Kerajaan Permata Timur itu. “Terima kasih, Yuda!” ucap Peri Bulan dengan senyum ramahnya, kemudian ia diiringi Yuda Tirta masuk kedalam istana menemui Benggala. “Sebuah kehormatan
“Loh, kok diam saja Arya? Ayo, naik kita berangkat sekarang!” seru Peri Salju. “Iya, tapi sebaiknya aku ganti pakaian dulu, sepertinya pakaian yang aku jemur itu sudah kering!” ujar Arya sambil memunggut pakaian yang ia jemur di samping mulut goa itu. “Oh, ya silahkan! Kami akan menunggumu!” setelah mengambil pakaian yang ia jemur Arya masuk kembali kedalam goa mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Arya pun tampak ke luar dari mulut Goa, Peri Salju kembali memintanya naik ke punggung kuda putih bersayap tunggangannya itu. Arya melesat ke atas kuda di belakang Peri Salju duduk, dengan tersenyum Peri Salju memerintahkan kuda putih bersayap itu untuk terbang kembali ke negeri diatas awan. ***** “Apa yang mulia yakin pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu tidak akan selamat dari luka yang ia alami saat bertarung kemarin?!” tanya Durgama, saat ia diminta berkumpul dengan para petinggi istana lainya diruang utama Kerajaan Angkasa. “Ha.. Ha.. Ha..! Aku benar-benar
“Hemmm... Jasa yang telah kau berikan pada negeri peri dan negeri di atas awan sudah sangat besar! Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang aku lakukan ini kepadamu! Racun Iblis yang ada di tubuhmu belum sepenuhnya hilang, karena aku hanya berhasil mengeluarkan sebagiannya saja!” tutur Resi Dharma.“Jadi racun iblis masih ada di dalam tubuhku? Lalu bagaimana cara menghilangkan keseluruhannya, Resi?” Arya terlihat panik akan yang dituturkan Resi Dharma baru saja kepadanya.“Kamu tak perlu cemas! Kamu cukup berendam di depan air terjun sana beberapa menit! Air itu akan melenyapkan seluruh racun yang ada di tubuhmu! Tadi selain mengeluarkan sebagian racun di tubuhmu, aku juga telah berhasil membuka pori-pori di seluruh badanmu! Agar hawa gaib air terjun dapat merasuki dan melenyapkan racun di tubuhmu itu!” tutur Resi Dharma.“Oh, begitu! Baiklah sekarang juga aku akan berendam di air terjun depan goa ini!” Resi Dharma hanya anggukan kepalanya, Arya dengan tertatih-tatih bangkit
Setibanya di istana salju di ruangan tempat Arya dibaringkan, Peri Ratu segera memeriksa tubuh sang pendekar. Bagian dada kanan tampak lebam, dan ada goresan luka yang darahnya telah membeku.“Luka dalam yang dialami Arya sangat parah! Kalau saja dia bukan sosok berilmu tinggi, mungkin tulang dadanya telah remuk! Senjata mustika milik Batara Durja itu pun melukai bagian dadanya, dan akibatnya racun jahat dari senjata itu mengalir ke seluruh tubuhnya!” tutur Peri Ratu.“Apakah Arya masih hidup yang mulia? Tadi aku periksa denyut nadi dan detak jantungnya tak ada sama sekali!” Peri Salju masih terlihat sangat cemas.“Hemmm... Mungkin saat kamu memeriksanya tadi keadaanmu lagi kalut, hingga kamu tak merasakan masih adanya denyut nadi dan detak jantungnya! Hanya saja saat ini dia benar-benar tak bisa bergerak sama sekali dan tak sadarkan diri akibat racun iblis yang menjalar diseluruh tubuhnya! Ternyata Batara Durja tidak sendiri, dia bersekutu dengan raja iblis!” Peri Ratu menjelaskan se
“Tidak Arya, apapun yang terjadi nantinya aku akan tetap bersamamu di sini! Berhati-hatilah, sosok yang kamu hadapi ini sangat licik dan berbahaya!” ujar Peri Salju, Arya tersenyum lalu mengangguk. Batara Durja yang memang tak dapat lagi menahan ingin segera menghajar Arya yang selama ini selalu menggagalkan rencananya, mulai dari negeri peri hingga terakhir menewaskan salah seorang kepercayaannya di istana bernama Durpala, langsung menerjang ke depan ke arah sang pendekar. Hantaman kaki dan tangan secara bergantian membuat Arya terpaksa beberapa kali mengelak dan menangkis, meskipun serangan itu tanpa dialiri kekuatan ilmu tenaga dalam akan tetapi hawa pukulan Batara Durja sangat terasa dan membahayakan. Tubuh Batara Durja memang tinggi dan kekar, akan tetapi gerakan-gerakannya sangat gesit membuat Arya cukup kewalahan dan harus menghindar kian-kemari. “Deeeeeeees..! Deeeeeeeees..!” sebuah pukulan tangan kosong Arya mendarat keras mengenai dada kanan Batara Durja hingga membuatny
“Sudah dua kali mereka berusaha untuk menguasai Desa Gumanti ini! Dan beberapa hari yang lalu mereka berhasil membuat kami menyerah karena tak kuasa melawan!” tutur Jabari saat mereka telah duduk bersama diruangan terbuka itu. “Sepertinya Kerajaan Angkasa itu memang serakah dan tak pernah merasa jera, sebelum rajanya yang bernama Batara Durja itu ditaklukan!” tutur Arya. “Terima kasih sekali lagi kami ucapkan pada kalian semua yang telah membantu membebaskan Desa Gumanti dari mereka! Kami tak tahu harus bagaimana membalas jasa baik kalian ini!” ucap Jabari mewakili seluruh warganya. “Sama-sama, Jabari!” tutur Arya, Peri Salju dan Wisnu Dharma. “Lantas sekarang apa yang perlu kami bantu? Apakah kami seluruh warga musti ikut ke Kerajaan Angkasa itu?” tanya Jabari. “Tidak usah, biar Aku dan Peri Salju saja yang ke sana!” “Apakah itu tidak terlalu berbahaya Arya, sementara di istana Kerajaan itu ada ribuan prajurit yang tentunya akan menghadang kalian?! Bagaimana jika seluruh muridk
“Dia sosok yang sangat berbahaya! Ambisinya jelas ingin berkuasa atas negeri diatas awan ini! Dia tentu saja sangat membenci yang mulia dan para peri lainnya, yang secara nyata diberikan hak kekuasaan di negeri diatas awan!” tutur Wisnu Dharma. “Ilmu apa yang ia miliki hingga Guru sendiri tak sanggup menghadapinya hingga harus lari dan bersembunyi di goa negeri peri?” kali ini Arya yang bertanya. “Aku sendiri tidak tahu ilmu apa yang ia miliki, Arya! Yang jelas ilmunya itu sangat aneh dan sulit dihadapi! Aku melarikan diri hingga ke negeri peri disamping untuk menyelamatkan nyawaku, juga yang tak kalah pentingnya menyelamatkan kitab tapak budha!” tutur Wisnu Dharma. “Di mana letak Kerajaan Angkasa itu, Guru?” “Kerajaan itu berada diarah utara dari kuil ini! Jika kamu hendak kesana, kebetulan nanti selepas tengah hari kita akan berhadapan dengan para prajurit Kerajaan itu di Desa Gumanti! Kamu bisa menahan salah seorang dari mereka untuk menunjukan jalan ke istana Kerajaan Angkasa