Seorang anak buah Sepasang Iblis Akhirat yang mengetahui hal itu segera berlari menemui pimpinan dan teman-temannya. “Maaf Ketua, saya melihat ada segerombolan orang berkuda yang sepertinya hendak memasuki wilayah ini.” Salah seorang anak buah Sepasang Iblis Akhirat itu memberi laporan. “Apa? Kamu dan beberapa orang yang lainnya cepat hadang mereka, jangan sampai mereka berhasil masuk wilayah ini!” Seru Sepasang Iblis Akhirat, dengan segera para anak buahnya berlarian lalu berjejer menghadang siap menyambut kedatangan segerombolan orang berkuda itu. “Berhenti..!” Seru salah seorang anak buah Sepasang Iblis Akhirat, saat gerombolan orang berkuda itu telah berada beberapa tombak di hadapan mereka. Seorang lelaki berpakaian hitam segera melompat turun dari atas kudanya sosok lelaki itu adalah Brahma Sujiwo yang memang berada di depan dari rombongan itu, ia tampak senyum-senyum melihat para anak buah Sepasang Iblis Akhirat berdiri berjejer menghadang di depannya. “Tolong katakan a
Siang itu udara cerah terik mentari terasa sekali menyengat, di sebuah pondok Jaka Oblak yang menguasai wilayah perbatasan Kerajaan Demak di sebelah Timur pergi memenuhi undangan Brahma Sujiwo di kediamannya di wilayah perbatasan sebelah Utara. “Ada keperluan apa kau mengundang saya ke sini, Brahma Sujiwo?” Tanya Jaka Oblak begitu ia sampai di pondok kediaman Brahma Sujiwo. “Aku mengundangmu ke sini untuk mengajakmu bekerja sama dalam rencana menyerang ke Kerajaan Demak, karena saya fikir jika kita sendiri-sendiri menyerang ke sana kita takan temui keberhasilan. Sultan Demak menurut kabar dari mata-mataku, dibantu oleh para pendekar berilmu tinggi.” Tutur Brahma Sujiwo. “Ya, orang-orang yang saya utus untuk menyelediki pun berkata begitu. Lalu rencana apa yang akan kamu lakukan, Brahma Sujiwo?” Kembali Jaka Oblak bertanya. “Saya sudah tak memperdulikan lagi akan siapa yang akan duduk sebagai raja Demak nantinya, yang penting tahta Kerajaan itu berhasil kita rebut. Saya atau kam
“Sial...! Kenapa kita yang justru saling serang?! Padahal bukankah tujuanmu juga ingin membunuh Sultan Demak, Gilang Raksa?” Seru Ranu Tandika sembari menyapu darah di bibir dengan telapak tangannya. “Ya, Sultan Demak akan diuntungkan jika salah satu di antara kita mati ditempat ini. Sebaiknya kita hentikan pertarungan yang tak berguna ini dan bekerja sama mencari keberadaan Sultan Demak! Tentang siapa yang akan menduduki tahta Kerajaan, nanti kita rembukan lagi bagi saya jika pembagian hasilnya adil saya setuju-setuju saja untuk tidak menduduki tahta Kesultanan. Yang terpenting kita bisa membunuh Sultan Demak itu, agar kita bisa menguasai penuh wilayah kekuasaan Kerajaan Demak ini.” Tutur Gilang Raksa yang menyadari apa yang mereka lakukan itu hanya tindakan sia-sia. Setelah memulihkan tenaga dan mengobati luka dalam masing-masing, mereka pun segera meninggalkan istana Kerajaan Demak itu. Mereka berdua pun sepakat untuk bekerja sama, mencari keberadaan serta membunuh Sultan Demak
“Selama memerintah, Raden Patah banyak dibantu oleh Wali Songo yang berperan sebagai penasihat. Awal pemerintahannya ditandai dengan pembangunan Masjid Agung Demak dan perluasan wilayah. Bahkan Sultan sempat mengirim pasukan untuk menyerang kedudukan Portugis di Malaka, dalam rangka merebut dominasi di Selat Malaka. Serangan tersebut, dipimpin oleh Dipati Unus atau Putra dari Sultan Raden Patah. Meskipun pada akhirnya serangan tersebut gagal, tetapi ia mendapat julukan Pangeran Sabrang Lor atau pangeran yang menyeberang ke utara sebagai penghargaan atas keberaniannya. Sepeninggal Raden Patah, maka Dipati Unus naik takhta menjadi Sultan Demak dan semasa pemerintahannya ia berupaya lagi menggempur Portugis di Malaka dengan menggalang pasukan gabungan Demak, Jepara, dan Palembang. Namun, sayangnya serangan tersebut kembali berakhir dalam kegagalan. Setelah Dipati Unus wafat maka terjadi kemelut di Demak akibat adanya persaingan antara Pangeran Sekar Seda Lepen dan Pangeran Trenggana, akh
“Tadi ada penyusup, dia tengah berusaha mengintip Sultan dari atas atap.” Jawab Arya. “Penyusup?!” Para prajurit terkejut. “Ya, kalian mungkin tak melihatnya karena sosok itu memiliki ilmu meringankan tubuh yang tinggi. Ia pun berhasil melarikan diri setelah tadi sempat saya buat terjatuh dari atas atap istana, saya harap kalian lebih ketat lagi dalam mengawasi sekeliling istana ini!” Tutur Arya. “Baik, saran saudara akan kami laksanakan!” Setelah berucap para prajurit yang tadi menghampiri Arya segera kembali ke tempat mereka masing-masing melakukan penjagaan dan pengawasan di seputaran istana, sementara Arya masuk kembali ke istana ke ruangan yang telah disediakan Sultan Demak untuknya beristirahat. ******* Cuaca pagi itu cukup cerah di sebuah ruangan yang di sana tampak Sultan Demak, Bidadari Selendang Biru, Dewa Penangis serta Arya tengah duduk sambil menikmati minuman hangat dan beberapa macam panganan ringan. “Saya dengar dari laporan prajurit istana, tadi malam saudar
Sang Mentari pagi baru saja muncul dari ufuk timur, sinarannya begitu bebas memancar tak satu pun tampak awan yang berusaha untuk menyelimuti. Pagi yang benar-benar cerah seperti halnya semangat para penduduk di desa-desa dalam kawasan kekuasaan Kerajaan Demak yang hendak menuju persawahan mereka masing-masing, pada umumnya para penduduk desa di kawasan itu bermata pencaharian bertani. Setelah sarapan pagi bersama keluarga mereka, para kepala rumah tangga bahkan juga didampingi sang istri segera melangkah menuju lahan persawahan tempat mereka bercocok tanam. “Sudah lama saya tak pernah menemui rakyatku di desa-desa wilayah Kesultanan, sejak beredarnya kabar tentang rencana pemberontakan ke istana. Saya kuatir mereka dalam tekanan, atau juga dimanfaatkan orang-orang tertentu untuk kepentingan melancarkan rencana busuk.” Tutur Sultan Demak di sela sarapan pagi menikmati hidangan pelayan istana bersama Arya, Bidadari Selendang Biru dan Dewa Penangis. “Jika Sultan ingin mengunjungi me
“Deeeeeeees...! Bruuuuuuuuuuk..!” Sebuah jotosan tangan kosong mendarat di punggung sosok yang hendak melarikan diri itu, meskipun tidak mengunakan tenaga dalam sosok itu mampu dibuat tersungkur oleh Arya. “Mau lari ke mana Kau?!” Hardik Arya sembari menjinjing baju bagian leher dari sosok yang hendak melarikan itu. “Ampun...! Jangan bunuh saya!” Ronta lelaki itu. “Kamu siapa? Dan kenapa kau melarikan diri setelah menyerang salah seorang penduduk desa ini?” Tanya Arya masih menggenggam kerah bajunya. “Nama saya Ronggo, saya diperintahkan untuk membunuh siapa saja yang berani melaporkan pada Sultan akan hal yang terjadi di desa ini.” Jawab lelaki itu. “Siapa yang memerintahmu, untuk melakukan semua itu?!” Desak Arya. “Ketua saya namanya Gilang Raksa, saya pun ditugaskan untuk menghasut semua warga desa di sini untuk membangkang akan perintah dari Sultan Demak.” Jawab Ronggo, barulah Arya melepaskan genggaman tangan di kerah baju lelaki itu. “Kurang ajar..! Pantas saja par
“Ya, saya pernah mendengar nama itu. Meskipun dia baru di rimba persilatan ini, namun ilmu yang ia miliki sangat tinggi. Beberapa sosok yang disegani dan ditakuti banyak orang telah menemui ajal di tangannya, untuk itu pula saya datang ke sini guna mengajakmu bekerja sama dalam menyerang Kerajaan Demak nantinya. Karena kalau kita lakukan sendiri-sendiri, saya kuatir kita dan pasukan akan kalah.” Sambung Brahma Sujiwo, sementara Gilang Raksa hanya diam sepertinya ia tengah merenungi sesuatu. “Setelah saya pikir-pikir, memang ada baiknya kita bergabung dan bekerja sama dalam hal pemberontakan yang akan kita lakukan ini. Karena memang saat ini kekuatan Kerajaan Demak kian kuat setelah bergabungnya para pendekar bersama mereka, mengenai hasilnya nanti kita bisa bicarakan yang terpenting kita harus bisa dulu menaklukan Kerajaan Demak dan merebut tahta kepemimpinan dari Sultan Demak.” Ujar Gilang Raksa yang mulai redakan geramnya. “Saya setuju sekali akan semua yang kau katakan, Gilang
Lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya itu berubah menjadi putih ke perak-perakan. Sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang ke arah tubuh Raksasa Durja Iblis, dua sinar putih menderu menghantam tubuh Raksasa Durja Iblis itu. “Buuuuuuuuuum..! Kraaaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Ledakan maha dahsyat pun terdengar seiring dengan hancurnya tubuh Raksasa Durja Iblis hingga menjadi debu bertaburan di tanah, itulah ajian andalan Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas yang bernama ajian Rajawali Melebur Sukma. Pekik dan sorak kemenangan bergemuruh dari ribuan prajurit gabungan istana peri dan Kerajaan Permata Timur, istana megah Kerajaan Angkasa itu pun telah rata dengan tanah seiring terbenamnya tubuh Raksasa Durja Iblis saat dihantam ajian Telapak Suci Budha yang dilesatkan Arya tadinya sebelum tubuh Raksasa Durja Iblis itu hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Melebur Sukma. Tubuh Arya yang tad
Pasukan gabungan peri dan Kerajaan Permata Timur pun tak berselang lama setelah itu mampu pula menaklukan ribuan prajurit istana Kerajaan Angkasa, sebagian besar dari mereka tewas bersimbah darah, dan sebagian lagi dipaksa menyerah. Sementara duel sengit antara Arya dan Batara Durja masih berlangsung, sejauh ini Arya belum mampu mendekat apalagi menghantamkan pukulannya ke tubuh Batara Durja, karena raja segala licik dan tamak itu selalu menghantamkan senjata mustikanya berupa gada ke arah Arya, hingga membuat sang pendekar dipaksa menghindar bahkan beberapa kali mundur. Mendapatkan beberapa kali serangannya gagal dan mengetahui jika Guru dan sebagian besar prajuritnya tewas, Batara Durja pun murka. Dengan segera ia merubah wujudnya menjadi Raksasa Durja Iblis, yang tentu saja diiringi semakin besarnya senjata mustikanya berupa gada itu. “Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..!” tanah yang terkena hantaman gada itu bak dilanda gempa dahsyat membuat semua yang ada di kawasan itu terpent
Setelah menyusun dan merembukan dengan matang rencana penyerangan ke istana Kerajaan Angkasa, ke empat peri yang memimpin 4 penjuru kawasan negeri diatas awan itu kembali ke istana mereka masing-masing, sementara Arya tetap tinggal di istana ratu hingga esok pagi seluruh pasukan berkumpul di sana. Peri Salju setibanya di istana salju di kawasan utara segera menyampaikan berita itu pada seluruh pasukannya, begitu pula dengan Peri Api dan Peri Laut di kawasan selatan dan barat. Sementara Peri Bulan sebelum menuju istananya dikawasan timur, ia singgah dulu di istana Kerajaan Permata Timur menemui Benggala dan Yuda Tirta selaku Raja serta Panglima Kerajaan. “Mari silahkan masuk yang mulia Peri Bulan! Baginda Benggala ada didalam istana!” tutur Yuda Tirta yang menyambut kedatangan Peri Bulan dihalaman istana Kerajaan Permata Timur itu. “Terima kasih, Yuda!” ucap Peri Bulan dengan senyum ramahnya, kemudian ia diiringi Yuda Tirta masuk kedalam istana menemui Benggala. “Sebuah kehormatan
“Loh, kok diam saja Arya? Ayo, naik kita berangkat sekarang!” seru Peri Salju. “Iya, tapi sebaiknya aku ganti pakaian dulu, sepertinya pakaian yang aku jemur itu sudah kering!” ujar Arya sambil memunggut pakaian yang ia jemur di samping mulut goa itu. “Oh, ya silahkan! Kami akan menunggumu!” setelah mengambil pakaian yang ia jemur Arya masuk kembali kedalam goa mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Arya pun tampak ke luar dari mulut Goa, Peri Salju kembali memintanya naik ke punggung kuda putih bersayap tunggangannya itu. Arya melesat ke atas kuda di belakang Peri Salju duduk, dengan tersenyum Peri Salju memerintahkan kuda putih bersayap itu untuk terbang kembali ke negeri diatas awan. ***** “Apa yang mulia yakin pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu tidak akan selamat dari luka yang ia alami saat bertarung kemarin?!” tanya Durgama, saat ia diminta berkumpul dengan para petinggi istana lainya diruang utama Kerajaan Angkasa. “Ha.. Ha.. Ha..! Aku benar-benar
“Hemmm... Jasa yang telah kau berikan pada negeri peri dan negeri di atas awan sudah sangat besar! Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang aku lakukan ini kepadamu! Racun Iblis yang ada di tubuhmu belum sepenuhnya hilang, karena aku hanya berhasil mengeluarkan sebagiannya saja!” tutur Resi Dharma.“Jadi racun iblis masih ada di dalam tubuhku? Lalu bagaimana cara menghilangkan keseluruhannya, Resi?” Arya terlihat panik akan yang dituturkan Resi Dharma baru saja kepadanya.“Kamu tak perlu cemas! Kamu cukup berendam di depan air terjun sana beberapa menit! Air itu akan melenyapkan seluruh racun yang ada di tubuhmu! Tadi selain mengeluarkan sebagian racun di tubuhmu, aku juga telah berhasil membuka pori-pori di seluruh badanmu! Agar hawa gaib air terjun dapat merasuki dan melenyapkan racun di tubuhmu itu!” tutur Resi Dharma.“Oh, begitu! Baiklah sekarang juga aku akan berendam di air terjun depan goa ini!” Resi Dharma hanya anggukan kepalanya, Arya dengan tertatih-tatih bangkit
Setibanya di istana salju di ruangan tempat Arya dibaringkan, Peri Ratu segera memeriksa tubuh sang pendekar. Bagian dada kanan tampak lebam, dan ada goresan luka yang darahnya telah membeku.“Luka dalam yang dialami Arya sangat parah! Kalau saja dia bukan sosok berilmu tinggi, mungkin tulang dadanya telah remuk! Senjata mustika milik Batara Durja itu pun melukai bagian dadanya, dan akibatnya racun jahat dari senjata itu mengalir ke seluruh tubuhnya!” tutur Peri Ratu.“Apakah Arya masih hidup yang mulia? Tadi aku periksa denyut nadi dan detak jantungnya tak ada sama sekali!” Peri Salju masih terlihat sangat cemas.“Hemmm... Mungkin saat kamu memeriksanya tadi keadaanmu lagi kalut, hingga kamu tak merasakan masih adanya denyut nadi dan detak jantungnya! Hanya saja saat ini dia benar-benar tak bisa bergerak sama sekali dan tak sadarkan diri akibat racun iblis yang menjalar diseluruh tubuhnya! Ternyata Batara Durja tidak sendiri, dia bersekutu dengan raja iblis!” Peri Ratu menjelaskan se
“Tidak Arya, apapun yang terjadi nantinya aku akan tetap bersamamu di sini! Berhati-hatilah, sosok yang kamu hadapi ini sangat licik dan berbahaya!” ujar Peri Salju, Arya tersenyum lalu mengangguk. Batara Durja yang memang tak dapat lagi menahan ingin segera menghajar Arya yang selama ini selalu menggagalkan rencananya, mulai dari negeri peri hingga terakhir menewaskan salah seorang kepercayaannya di istana bernama Durpala, langsung menerjang ke depan ke arah sang pendekar. Hantaman kaki dan tangan secara bergantian membuat Arya terpaksa beberapa kali mengelak dan menangkis, meskipun serangan itu tanpa dialiri kekuatan ilmu tenaga dalam akan tetapi hawa pukulan Batara Durja sangat terasa dan membahayakan. Tubuh Batara Durja memang tinggi dan kekar, akan tetapi gerakan-gerakannya sangat gesit membuat Arya cukup kewalahan dan harus menghindar kian-kemari. “Deeeeeeees..! Deeeeeeeees..!” sebuah pukulan tangan kosong Arya mendarat keras mengenai dada kanan Batara Durja hingga membuatny
“Sudah dua kali mereka berusaha untuk menguasai Desa Gumanti ini! Dan beberapa hari yang lalu mereka berhasil membuat kami menyerah karena tak kuasa melawan!” tutur Jabari saat mereka telah duduk bersama diruangan terbuka itu. “Sepertinya Kerajaan Angkasa itu memang serakah dan tak pernah merasa jera, sebelum rajanya yang bernama Batara Durja itu ditaklukan!” tutur Arya. “Terima kasih sekali lagi kami ucapkan pada kalian semua yang telah membantu membebaskan Desa Gumanti dari mereka! Kami tak tahu harus bagaimana membalas jasa baik kalian ini!” ucap Jabari mewakili seluruh warganya. “Sama-sama, Jabari!” tutur Arya, Peri Salju dan Wisnu Dharma. “Lantas sekarang apa yang perlu kami bantu? Apakah kami seluruh warga musti ikut ke Kerajaan Angkasa itu?” tanya Jabari. “Tidak usah, biar Aku dan Peri Salju saja yang ke sana!” “Apakah itu tidak terlalu berbahaya Arya, sementara di istana Kerajaan itu ada ribuan prajurit yang tentunya akan menghadang kalian?! Bagaimana jika seluruh muridk
“Dia sosok yang sangat berbahaya! Ambisinya jelas ingin berkuasa atas negeri diatas awan ini! Dia tentu saja sangat membenci yang mulia dan para peri lainnya, yang secara nyata diberikan hak kekuasaan di negeri diatas awan!” tutur Wisnu Dharma. “Ilmu apa yang ia miliki hingga Guru sendiri tak sanggup menghadapinya hingga harus lari dan bersembunyi di goa negeri peri?” kali ini Arya yang bertanya. “Aku sendiri tidak tahu ilmu apa yang ia miliki, Arya! Yang jelas ilmunya itu sangat aneh dan sulit dihadapi! Aku melarikan diri hingga ke negeri peri disamping untuk menyelamatkan nyawaku, juga yang tak kalah pentingnya menyelamatkan kitab tapak budha!” tutur Wisnu Dharma. “Di mana letak Kerajaan Angkasa itu, Guru?” “Kerajaan itu berada diarah utara dari kuil ini! Jika kamu hendak kesana, kebetulan nanti selepas tengah hari kita akan berhadapan dengan para prajurit Kerajaan itu di Desa Gumanti! Kamu bisa menahan salah seorang dari mereka untuk menunjukan jalan ke istana Kerajaan Angkasa