Seorang pemuda tampak berdiri di atas sebuah bukit yang lerengnya sangat curam, dari raut wajahnya terpancar kesedihan yang mendalam entah apa yang tengah menimpa pemuda itu hingga ia begitu terlihat putus asa. “Andini...! Saya tak sanggup bila harus melihatmu bersanding dengan lelaki lain! Lebih baik saya mengakhiri hidup ini dengan melompat ke dalam jurang!” Usai berteriak pemuda itu pun melompat ke jurang yang ada di depannya. “Wuuuuuuuuut..! Taaaaaaaaap....!” Sekelebat bayangan putih menyambar tubuh pemuda dan membawanya kembali ke atas bukit. “Kenapa kau mencegah saya?! Biarkan saya mengakhiri hidup di dasar jurang sana!” Seru pemuda yang baru saja menjatuhkan dirinya ke jurang, sementara di sisi pemuda itu tampak pula seorang pemuda tampan berpakaian putih mengenakan sabuk berwarna hitam sementara di punggungnya tersandang sebilah pedang berkepala rajawali. “Hemmm, kamu masih muda kisanak. Kenapa harus mengakhiri hidupmu dengan cara seperti ini?!” Tanya pemuda berpakaian
“Namanya Andini, Dia adalah putri Raja di Kerajaan kecil daerah Palembang bagian Selatan ini.” Tutur Ardi dengan tarikan napasnya yang terdengar berat. “Kerajaan kecil?!” Arya tampak tak mengerti apa yang dimaksudkan Ardi itu. “Ya Kerajaan kecil pecahan dari Kerajaan Sriwijaya, pecahan Kerajaan Sriwijaya juga ada di bagian-bagian daerah Palembang lainnya. Bagian Utara, Timur, Barat hingga Tengah daerah Palembang.” Arya anggukan kepala menunjukan dia telah faham akan Kerajaan kecil yang dimaksudkan Ardi. “Coba lanjutkan ceritamu mengenai Andini putri Kerajaan Palembang sebelah Selatan yang kamu cintai itu!” Pinta Arya. “Kami telah menjalin hubungan cukup lama, baik saya maupun dia sama-sama saling mencintai. Hanya saja baru-baru ini banyak yang datang meminang putra-putra dari Kerajaan-kerajaan keci yang ada di wilayah Palembang ini, Raja Kerajaan Palembang bagian Selatan berniat mengadakan sayembara untuk memperebutkan Andini.” Jelas Ardi lesu. “Sayembara..! Sayembara apa ya
Dua ekor kuda berjalan beriringan, dua sosok pemuda yang menunggangi kuda-kuda itu tampak begitu akrab. Seorang pemuda berpakaian putih dengan sebilah pedang berkepala rajawali tersandang di punggung, seorang pemuda lagi berpakaian coklat memakai caping di kepalanya. Tak berselang lama kedua kuda itu berhenti di depan sebuah istana yang cukup megah, kedua pemuda itu pun turun lalu mengikat kuda-kuda mereka di tempat yang sepertinya telah disediakan. Arya Mandu pemuda yang berpakaian putih diiringi Ardi Laksara yang berpakaian coklat mengenakan caping itu menemui beberapa orang di pintu gerbang istana, orang-orang di pintu gerbang ternyata adalah panitia sayembara yang akan diadakan sebentar lagi di halaman istana Kerajaan Palembang bagian Selatan itu. Setelah mendaftar, Arya dan Ardi dipersilahkan masuk dan menuju ruangan yang telah disediakan bagi peserta sayembara dan pendampingnya. Di depan ruangan terbuka tempat Arya dan Ardi duduk tampak halaman yang sangat luas, di tengah-teng
Kesempatan itu pulalah yang tampaknya dimanfaatkan lawan Arya di final, peserta final yang tadi menunggu dengan segera melompat ke atas panggung dan langsung menyerang. Arya sempat terkejut karena dia mengira akan ada waktu jeda sedikit sebelum pertarungan final dilaksanakan, begitu pula bagi para panitia hampir saja berseru namun karena Arya segera menangkis serangan dan meladeni lawan akhirnya panitia membiarkan saja. Serangan bertubi-tubi dilancarkan lawan, sampai saat ini Arya hanya berusaha mengelak dan menangkis. Lawan Arya kali ini cukup licik, itu terlihat dari awal dia tak memberi waktu jeda sedikitpun pada Arya yang memang cukup kelelahan. Ternyata sosok lawan Arya di final itu adalah putra Raja Kerajaan Palembang bagian Utara, ilmu tenaga dalamnya cukup tinggi hingga beberapa jurus sempat membuat Arya terdesak. Suara riuh sorak-sorai penonton pun bergema dari sekeliling arena sayembara itu, wajah tegang pun tampak pada Ardi begitu pula pada wajah Andini mereka berdua amat
“Begini yang mulia, pemuda ini sangat mencintai putri yang mulia Raja begitu pula dengan putri yang mulia juga sangat mencintai pemuda ini. Mereka adalah sepasang kekasih yang sudah lama menjalin hubungan, pemuda sahabatku ini adalah seorang petani yang cukup berhasil namun tak sedikitpun memiliki ilmu bela diri. Karena merasa dia tidak mungkin ikut sayembara ini, ia memutuskan untuk bunuh diri demi cintanya pada putri yang mulia. Hamba berhasil mencegah tindakan salah yang akan dia lakukan itu, kemudian hamba berjanji untuk mengikuti sayembara ini demi membantunya untuk mendapatkan Andini putri yang mulia raja.” Jelas Arya cukup panjang lebar, semua orang yang ada di arena sayembara diam tertegun sementara Andini karena terkejut secara tak sadar melepaskan diri dari pelukan ibundanya. Ardi Laksara membuka caping yang ia kenakan, “Kak Ardi..!” Seru Andini dengan tak sadar berlari menaiki panggung, sementara Raja Palembang bagian Selatan hanya tampak melongo belum mengerti sepenuhn
Di sebuah bangunan besar beratapkan ijuk tebal berdinding papan, di bagian atap paling depan tampak sebuah patung kepala harimau hitam yang terbuat dari ukiran kayu. Di dalam bangunan itu tampak berkumpul beberapa orang yang kebanyakan dari mereka duduk berjejer didua sisi pada bangku panjang, sementara di ujung bangku panjang itu tepat di tengah-tengah terdapat pula sebuah bangku dengan bermacam-macam ukiran. Di sana duduk sosok lelaki bertubuh tinggi kekar wajahnya terlihat bengis dengan rambut panjang tak beraturan, sosok inilah yang bernama Bagas Dipa. “Mulai besok pagi dan untuk beberapa hari ke depan saya akan pergi ke suatu tempat, saya harap kalian menjaga padepokan ini secara bergilir!” Bagas Dipa memberi perintah pada para anak buahnya yang tengah duduk berjejer di sisi kiri dan kanan dari tempat dia duduk. “Baik Ketua, kami akan menjaga padepokan ini secara bergantian.” Ujar anak buahnya serentak dan tak seorang pun dari mereka berani bertanya tempat apa yang akan dikun
Sosok bayangan hitam berkelebat masuk ke goa itu, anehnya goa yang seharusnya gelap gulita justru semakin masuk ke dalam semakin terang. “Hemmm, benar sekali inilah tempat yang disebut seseorang dalam mimpiku beberapa malam yang lalu.” Gumam sosok bayangan hitam yang berkelebat masuk lalu bertengger di tebing dalam goa itu. “Tapi di mana aku harus mencari sosok perempuan tua berwajah jelek itu?” Kembali sosok itu bergumam dalam hati. “Hik..! Hik..! Hik..!” Tiba-tiba terdengar cekikikan lalu tampak berkelebat sosok perempuan tua berambut putih panjang awut-awutan, giginya hitam sementara matanya yang cekung tampak merah menyala benar-benar mengerikan sosok perempuan tua yang berkelebat dari dalam goa itu. “Akhirnya kau datang juga Bagas Dipa..! Hik..hik..hik..!” Seru perempuan tua itu yang tiba-tiba telah duduk di sebuah batu yang menempel ke dinding goa. “Hei perempuan tua siapa dirimu adanya, kita belum pernah bertemu dari mana kamu tahu nama saya?” Tanya sosok bayangan hit
Bagas Dipa yang berotak mesum dan keji tentu dengan senang hati melakukan persyaratan itu. “Tapi ingat hal itu harus kamu wujudkan sebelum purnama tiba yang berarti dua minggu dari sekarang, setelah kamu merenggut kesucian seorang gadis kamu harus merubah wujudmu menjadi harimau hitam lalu meminum darahnya bau darah seorang gadis itu yang akan mengundang Raja Setan ke luar lalu bergabung dengan tubuhmu.” Sambung perempuan tua itu. “Baiklah Nek hal itu akan secepatnya saya laksanakan!” Tutur Bagas Dipa merasa yakin hal itu akan mudah dia lakukan. “Sekarang pergilah dan kembali kepadepokanmu!” Bagas Dipa mengangguk, setelah memberi hormat tubuhnya pun melesat ke luar dari goa angker itu. ****** Bayangan kuning kecoklat-coklatan berkelebat menaiki Gunung Kerinci dari arah Utara, tubuhnya begitu ringan melompat dari pohon satu ke pohon yang lain dari tebing yang satu ke tebing lainnya. Setelah tiba di tanah yang agak datar sosok yang tadi berwujud harimau kuning kecoklat-coklatan
Lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya itu berubah menjadi putih ke perak-perakan. Sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang ke arah tubuh Raksasa Durja Iblis, dua sinar putih menderu menghantam tubuh Raksasa Durja Iblis itu. “Buuuuuuuuuum..! Kraaaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Ledakan maha dahsyat pun terdengar seiring dengan hancurnya tubuh Raksasa Durja Iblis hingga menjadi debu bertaburan di tanah, itulah ajian andalan Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas yang bernama ajian Rajawali Melebur Sukma. Pekik dan sorak kemenangan bergemuruh dari ribuan prajurit gabungan istana peri dan Kerajaan Permata Timur, istana megah Kerajaan Angkasa itu pun telah rata dengan tanah seiring terbenamnya tubuh Raksasa Durja Iblis saat dihantam ajian Telapak Suci Budha yang dilesatkan Arya tadinya sebelum tubuh Raksasa Durja Iblis itu hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Melebur Sukma. Tubuh Arya yang tad
Pasukan gabungan peri dan Kerajaan Permata Timur pun tak berselang lama setelah itu mampu pula menaklukan ribuan prajurit istana Kerajaan Angkasa, sebagian besar dari mereka tewas bersimbah darah, dan sebagian lagi dipaksa menyerah. Sementara duel sengit antara Arya dan Batara Durja masih berlangsung, sejauh ini Arya belum mampu mendekat apalagi menghantamkan pukulannya ke tubuh Batara Durja, karena raja segala licik dan tamak itu selalu menghantamkan senjata mustikanya berupa gada ke arah Arya, hingga membuat sang pendekar dipaksa menghindar bahkan beberapa kali mundur. Mendapatkan beberapa kali serangannya gagal dan mengetahui jika Guru dan sebagian besar prajuritnya tewas, Batara Durja pun murka. Dengan segera ia merubah wujudnya menjadi Raksasa Durja Iblis, yang tentu saja diiringi semakin besarnya senjata mustikanya berupa gada itu. “Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..!” tanah yang terkena hantaman gada itu bak dilanda gempa dahsyat membuat semua yang ada di kawasan itu terpent
Setelah menyusun dan merembukan dengan matang rencana penyerangan ke istana Kerajaan Angkasa, ke empat peri yang memimpin 4 penjuru kawasan negeri diatas awan itu kembali ke istana mereka masing-masing, sementara Arya tetap tinggal di istana ratu hingga esok pagi seluruh pasukan berkumpul di sana. Peri Salju setibanya di istana salju di kawasan utara segera menyampaikan berita itu pada seluruh pasukannya, begitu pula dengan Peri Api dan Peri Laut di kawasan selatan dan barat. Sementara Peri Bulan sebelum menuju istananya dikawasan timur, ia singgah dulu di istana Kerajaan Permata Timur menemui Benggala dan Yuda Tirta selaku Raja serta Panglima Kerajaan. “Mari silahkan masuk yang mulia Peri Bulan! Baginda Benggala ada didalam istana!” tutur Yuda Tirta yang menyambut kedatangan Peri Bulan dihalaman istana Kerajaan Permata Timur itu. “Terima kasih, Yuda!” ucap Peri Bulan dengan senyum ramahnya, kemudian ia diiringi Yuda Tirta masuk kedalam istana menemui Benggala. “Sebuah kehormatan
“Loh, kok diam saja Arya? Ayo, naik kita berangkat sekarang!” seru Peri Salju. “Iya, tapi sebaiknya aku ganti pakaian dulu, sepertinya pakaian yang aku jemur itu sudah kering!” ujar Arya sambil memunggut pakaian yang ia jemur di samping mulut goa itu. “Oh, ya silahkan! Kami akan menunggumu!” setelah mengambil pakaian yang ia jemur Arya masuk kembali kedalam goa mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Arya pun tampak ke luar dari mulut Goa, Peri Salju kembali memintanya naik ke punggung kuda putih bersayap tunggangannya itu. Arya melesat ke atas kuda di belakang Peri Salju duduk, dengan tersenyum Peri Salju memerintahkan kuda putih bersayap itu untuk terbang kembali ke negeri diatas awan. ***** “Apa yang mulia yakin pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu tidak akan selamat dari luka yang ia alami saat bertarung kemarin?!” tanya Durgama, saat ia diminta berkumpul dengan para petinggi istana lainya diruang utama Kerajaan Angkasa. “Ha.. Ha.. Ha..! Aku benar-benar
“Hemmm... Jasa yang telah kau berikan pada negeri peri dan negeri di atas awan sudah sangat besar! Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang aku lakukan ini kepadamu! Racun Iblis yang ada di tubuhmu belum sepenuhnya hilang, karena aku hanya berhasil mengeluarkan sebagiannya saja!” tutur Resi Dharma.“Jadi racun iblis masih ada di dalam tubuhku? Lalu bagaimana cara menghilangkan keseluruhannya, Resi?” Arya terlihat panik akan yang dituturkan Resi Dharma baru saja kepadanya.“Kamu tak perlu cemas! Kamu cukup berendam di depan air terjun sana beberapa menit! Air itu akan melenyapkan seluruh racun yang ada di tubuhmu! Tadi selain mengeluarkan sebagian racun di tubuhmu, aku juga telah berhasil membuka pori-pori di seluruh badanmu! Agar hawa gaib air terjun dapat merasuki dan melenyapkan racun di tubuhmu itu!” tutur Resi Dharma.“Oh, begitu! Baiklah sekarang juga aku akan berendam di air terjun depan goa ini!” Resi Dharma hanya anggukan kepalanya, Arya dengan tertatih-tatih bangkit
Setibanya di istana salju di ruangan tempat Arya dibaringkan, Peri Ratu segera memeriksa tubuh sang pendekar. Bagian dada kanan tampak lebam, dan ada goresan luka yang darahnya telah membeku.“Luka dalam yang dialami Arya sangat parah! Kalau saja dia bukan sosok berilmu tinggi, mungkin tulang dadanya telah remuk! Senjata mustika milik Batara Durja itu pun melukai bagian dadanya, dan akibatnya racun jahat dari senjata itu mengalir ke seluruh tubuhnya!” tutur Peri Ratu.“Apakah Arya masih hidup yang mulia? Tadi aku periksa denyut nadi dan detak jantungnya tak ada sama sekali!” Peri Salju masih terlihat sangat cemas.“Hemmm... Mungkin saat kamu memeriksanya tadi keadaanmu lagi kalut, hingga kamu tak merasakan masih adanya denyut nadi dan detak jantungnya! Hanya saja saat ini dia benar-benar tak bisa bergerak sama sekali dan tak sadarkan diri akibat racun iblis yang menjalar diseluruh tubuhnya! Ternyata Batara Durja tidak sendiri, dia bersekutu dengan raja iblis!” Peri Ratu menjelaskan se
“Tidak Arya, apapun yang terjadi nantinya aku akan tetap bersamamu di sini! Berhati-hatilah, sosok yang kamu hadapi ini sangat licik dan berbahaya!” ujar Peri Salju, Arya tersenyum lalu mengangguk. Batara Durja yang memang tak dapat lagi menahan ingin segera menghajar Arya yang selama ini selalu menggagalkan rencananya, mulai dari negeri peri hingga terakhir menewaskan salah seorang kepercayaannya di istana bernama Durpala, langsung menerjang ke depan ke arah sang pendekar. Hantaman kaki dan tangan secara bergantian membuat Arya terpaksa beberapa kali mengelak dan menangkis, meskipun serangan itu tanpa dialiri kekuatan ilmu tenaga dalam akan tetapi hawa pukulan Batara Durja sangat terasa dan membahayakan. Tubuh Batara Durja memang tinggi dan kekar, akan tetapi gerakan-gerakannya sangat gesit membuat Arya cukup kewalahan dan harus menghindar kian-kemari. “Deeeeeeees..! Deeeeeeeees..!” sebuah pukulan tangan kosong Arya mendarat keras mengenai dada kanan Batara Durja hingga membuatny
“Sudah dua kali mereka berusaha untuk menguasai Desa Gumanti ini! Dan beberapa hari yang lalu mereka berhasil membuat kami menyerah karena tak kuasa melawan!” tutur Jabari saat mereka telah duduk bersama diruangan terbuka itu. “Sepertinya Kerajaan Angkasa itu memang serakah dan tak pernah merasa jera, sebelum rajanya yang bernama Batara Durja itu ditaklukan!” tutur Arya. “Terima kasih sekali lagi kami ucapkan pada kalian semua yang telah membantu membebaskan Desa Gumanti dari mereka! Kami tak tahu harus bagaimana membalas jasa baik kalian ini!” ucap Jabari mewakili seluruh warganya. “Sama-sama, Jabari!” tutur Arya, Peri Salju dan Wisnu Dharma. “Lantas sekarang apa yang perlu kami bantu? Apakah kami seluruh warga musti ikut ke Kerajaan Angkasa itu?” tanya Jabari. “Tidak usah, biar Aku dan Peri Salju saja yang ke sana!” “Apakah itu tidak terlalu berbahaya Arya, sementara di istana Kerajaan itu ada ribuan prajurit yang tentunya akan menghadang kalian?! Bagaimana jika seluruh muridk
“Dia sosok yang sangat berbahaya! Ambisinya jelas ingin berkuasa atas negeri diatas awan ini! Dia tentu saja sangat membenci yang mulia dan para peri lainnya, yang secara nyata diberikan hak kekuasaan di negeri diatas awan!” tutur Wisnu Dharma. “Ilmu apa yang ia miliki hingga Guru sendiri tak sanggup menghadapinya hingga harus lari dan bersembunyi di goa negeri peri?” kali ini Arya yang bertanya. “Aku sendiri tidak tahu ilmu apa yang ia miliki, Arya! Yang jelas ilmunya itu sangat aneh dan sulit dihadapi! Aku melarikan diri hingga ke negeri peri disamping untuk menyelamatkan nyawaku, juga yang tak kalah pentingnya menyelamatkan kitab tapak budha!” tutur Wisnu Dharma. “Di mana letak Kerajaan Angkasa itu, Guru?” “Kerajaan itu berada diarah utara dari kuil ini! Jika kamu hendak kesana, kebetulan nanti selepas tengah hari kita akan berhadapan dengan para prajurit Kerajaan itu di Desa Gumanti! Kamu bisa menahan salah seorang dari mereka untuk menunjukan jalan ke istana Kerajaan Angkasa