Adriana menggeser map yang sempat dia pegang menjauh. Dia bangkit dari tempat duduknya. Tatapan matanya tidak beralih dari wajah Daren yang menghadap ke arahnya. Daren tidak pernah berubah, sedikit pun. Masih egois, dan berbuat seenaknya.“Apa kau sedang mabuk? Aku sangat yakin tentunya kepalamu masih baik-baik saja.”Sikap Adriana yang tenang dan dingin, sebagaimana perkataannya, membuat Daren kesal. Dengan cepat Daren bergerak maju hingga tidak ada lagi jarak di antara mereka. Matanya tidak berkedip saat memandang Adriana. Lalu dia menundukkan kepalanya, dan mendaratkan ciuman ringan di bibir Adriana.Seketika Adriana menarik tubuhnya menjauh. Tangannya terangkat lalu menutup bibirnya. Dia menatap jijik ke arah Daren, dan menunjukkan rasa bencinya dengan terang-terangan. “Berani-beraninya kau ….”“Apa? Seperti aku tidak pernah menciummu sebelumnya,” potong Daren, lalu mendekatkan jarak mereka lagi. Tangannya meraih pinggang Adriana, dan merangkul pinggang ramping itu dengan erat. “
Baca selengkapnya