Home / Romansa / Pembantu Kesayangan Tuan Muda / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Pembantu Kesayangan Tuan Muda: Chapter 61 - Chapter 70

284 Chapters

61. Usil

Bimo menyeberangi kampus dan menuju kafetaria. Sebelum langkahnya mencapai pintu, Rika dan Mona sudah melangkah lebih dulu di hadapan Bimo. “Pagi, Bim …?” sapa Rika sambil menoleh dan melemparkan senyum penuh arti kepadanya. Lalu Rika berbalik badan dengan sikap tubuh yang provokatif, bokongnya bergoyang indah dibalik roknya yang seksi. Bimo bersiul dan mengulum senyum. Dia sudah mencicipi si montok itu di tahun pertama gadis itu kuliah di sini. Bimo sudah tak penasaran lagi seperti apa rupa bokong menggoda itu tanpa balutan kain. Gundukan bokong menggemaskan itulah yang membuat Bimo dulu penasaran ingin bercinta dengannya, tetapi sekali saja sudah cukup. Rasa penasarannya sudah terpenuhi.Bimo memencet bara rokoknya sampai padam sebelum membuangnya ke tong sampah di dekat pintu masuk kafetaria, karena ruangan itu ber-AC dan dilarang merokok tentu saja. Kemudian Bimo berjalan cepat melalui Rika dan Mona, menerobos pintu masuk ke dalam kafetaria. Rupanya sekumpulan mahasiswa dari klub
last updateLast Updated : 2023-06-03
Read more

62. Licik Tapi Sukses

Auditorium semakin penuh. Bimo menaiki undakan dua-dua sekaligus menuju tempat duduk yang sudah disediakan Stephan di bagian atas. Tepat di bagian belakang, tempat favorit Bimo. Playboy itu tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya yang seksi saat melewati beberapa gadis yang pernah menjadi teman tidurnya, tapi Bimo lupa bagaimana rasa mereka. Bercinta dengan mereka itu cuma iseng, tak ada yang spesial buat diingat-ingat. Kontan saja para gadis itu memekik tertahan, seakan mereka masih punya harapan untuk mendapatkan perhatian spesial lagi dari Bimo yang entah punya ilmu pelet apa, sehingga bisa menjadi salah satu gadis Bimo seperti prestasi tersendiri bagi para wanita itu. Gadis-gadis ramai menyapa Bimo, sebab kehadiran Bimo di kelas selain saat ujian itu kejadian langka. Justru lebih gampang mendapati Bimo di diskotek daripada di kampus seperti sekarang ini. “Bim. Ada tugas yang kudu dikumpul besok, elu udah selesai belum?” “Gue sih udah kelar, Bim. Feel free ya kalau mau nyontek
last updateLast Updated : 2023-06-03
Read more

63. Tom & Jerry

Sabtu pagi, Jelita bersemangat ingin memasak. Dia ingin mencoba resep-resep baru yang diperolehnya dari koki pribadi Nyonya Marta, yaitu Chef Aryo. Jelita beruntung karena Chef Aryo orang yang tak pelit ilmu. Si chef mengizinkan Jelita menghubunginya kapan saja jika ingin bertanya tentang masakan. Jelita ingin memasak aneka kudapan western untuk teman malam minggunya nanti bersama William. Dia menelepon chef Aryo dan si chef langsung memberinya beberapa tips tentang itu.William tiba-tiba menyusulnya ke dapur. “Sayang, aku hampir lupa kalau ada undangan pernikahan temanku. Aku pergi dulu, ya,” katanya.Jelita menoleh dan melihat William sudah rapi dengan baju batik lengan panjang yang dipadunya dengan celana panjang berbahan kain hitam, terkesan formal dan membalut tubuhnya dengan elegan. Membuat pria itu kian tampan dan berkharisma.“Dengan Nadya?”William mendesah pelan dan mengangguk. Melihatnya, Jelita tak ingin membahasnya lagi. Dia tahu keadaannya memang begini. Bagaimanapun yan
last updateLast Updated : 2023-06-03
Read more

64. Pelangi

“Nyonya, ada paket dari Jakarta, dari tuan Deni Subrata,” kata Tina yang merupakan asisten pribadi Nyonya Cindy. Nyonya Cindy menerima map cokelat dan membukanya, iapun tertegun melihat setumpuk foto di sana. “Apa ini?” gumamnya sambil melihat lembar demi lembar foto itu. Dan lututnya seketika gemetar, sebab semua foto itu memperlihatkan sosok William dan Jelita yang sedang berlibur di Bali. Mereka berdua tampak lengket dan mesra. Di foto itu William sedang menggandeng Jelita, ada juga yang sedang merangkulnya, bahkan juga … mencium bibirnya! “Kurang ajar …, anak nakal!” Nyonya Cindy geram, dadanya tiba-tiba saja sesak. “Nggak mungkin!” Dia menggeleng keras-keras. Dia tak mengira puteranya bakal jatuh cinta kepada sosok Jelita. Tidak. Tidak boleh! Ini kesalahan fatal. “Nyonya, tuan Deni Subrata menelepon.” Tina berkata sambil memegangi sang nyonya yang terlihat memucat. “Apa perlu saya katakan kalau Nyonya sedang sakit?” ujarnya. “Mbak Minah, … bikinin Nyonya teh panas!” perintah
last updateLast Updated : 2023-06-03
Read more

65. Dilabrak

“Nggak bawa motor, Ta?” tanya Aya karena tadi melihat Jelita diantar ojek online. Aya teman pertama yang Jelita kenal di hari pertama ospek dan mereka menjadi dekat hingga kini. Jelita nyaman berteman dengan Aya karena mereka sering sepemikiran dan sama-sama tak berminat untuk mengimbangi gaya hidup hedonis mahasiswa metropolitan di sekitarnya. Mereka juga datang ke kampus hanya untuk kuliah, sama sekali tak terlibat organisasi kemahasiswaan satu pun. Sama sekali bukan mahasiswa gaul. “Nggak. Soalnya motorku sering tiba-tiba kempes parah, Ay, aku jadi nggak enak karena sering merepotkan Bimo. Dia selalu bantu ngurusin motorku ke bengkel, tapi nggak pernah mau diganti duitnya.” “Bimo naksir kamu kayaknya.” Jelita cuma tertawa. Dia tahu, tapi pura-pura tak tahu di depan Bimo agar hubungan pertemanan mereka tak menjadi canggung. Dan Jelita selalu menjaga sikap selayaknya teman di depan Bimo. Dia tak mau sebentar-sebentar minta tolong Bimo, apalagi caper kepadanya. Tetapi Bimo selalu
last updateLast Updated : 2023-06-04
Read more

66. Trust Me

Jelita melengos dan berdiri dari kursi, lalu beranjak menuju pintu keluar kafetaria. Bimo menyusulnya di belakang. “Sorry, Ta, gue pastikan nggak akan ada lagi yang berani menyerang elu kayak tadi,” kata Bimo yang kini telah menyejajari langkah Jelita.Bimo berhenti karena tiba-tiba Jelita berhenti. Bimo bersedekap seraya menghadap kepada Jelita yang seperti ingin menyalak kepadanya. Tetapi Bimo sudah siap dan dengan senang hati menerima omelan si cantik itu.“Apa?” tantang Bimo sambil mengedipkan mata. Dan mengulum senyum melihat Jelita memutar bola matanya. ‘Mata yang cantik,’ pujinya sambil tersenyum senang.“Aku betul-betul jijik!”“Denganku?” Bimo masih tersenyum. “Iya, kamu! Bisa-bisanya kamu memanfaatkan perempuan sampai seperti itu!”“Emangnya gue ngapain? Dia ngaku-ngaku sebagai pacar gue, padahal bukan. Gue kan perlu klarifikasi biar dia sadar posisi.”Jelita ternganga tak percaya menyaksikan sikap Bimo yang sedikitpun tak menunjukkan penyesalan. “Kamu sudah sering tidur
last updateLast Updated : 2023-06-04
Read more

67. Pacar Kamuflase

Sebuah mobil sedan hitam berisik sekali mengklaksoni Jelita yang sedang melangkah sendirian di jalanan kampus. Jelita menepikan langkah, memberi jalan lewat, padahal harusnya jalanan itu bisa dimasuki dua mobil sekaligus. Tapi si brengsek Bimo seperti ingin meringsaknya ke tepian. “Masuk!” panggil Bimo dari celah jendela mobilnya yang terbuka. Tetapi Jelita justru berlari-lari kecil menuju halte kampus, titik di mana dia akan dijemput ojek online pesanannya yang sedang menuju ke mari. Bimo melajukan lagi mobilnya dengan pelan, berhenti tepat di depan halte di mana Jelita sedang berdiri. Dia tahu Jelita masih kesal padanya sejak Anita melabraknya dan mereka berdebat panas. Bimo turun dari mobil dan menghampiri Jelita. “Masuk!” katanya sambil menarik lengan Jelita menuju ke mobilnya. Tak peduli jadi perhatian orang-orang. “Apaan sih, gila lu! Bentar lagi ojek gua sampai.” “Cancel!” “Dah telanjur ke sini, dikit lagi sampai.” “Gerimis loh, Ta.” Benar, gerimis tiba-tiba saja turun
last updateLast Updated : 2023-06-05
Read more

68. Mau Putus!

Jelita menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. Dia masih syok usai melihat sendiri isi video itu. Pikirannya kembali memutar kisah pertemuan awalnya dengan William, saat itu William begitu ketus dan terlihat jijik kepadanya, seperti melihat kotoran. Lalu pria itu mulai berubah baik setelah Jelita bekerja di rumahnya. Sampai kemudian terjadi ciuman pertama mereka di puncak Bogor, bertepatan dengan William mengucap cinta pertama kalinya. Namun ternyata pria itu tak sendiri, ada Nadya juga bersamanya. “Apa itu masuk akal?” Jelita bergumam. “Nadya cantik, orang kaya, pengusaha muda, keluarganya juga merestui hubungan asmara mereka. Tetapi Abang malah memilihku yang cuma pembantu dan bukan siapa-siapa?” Jelita mulai menerka-nerka. Lalu pikirannya mendarat pada semua kemesraan yang mereka lalui selama ini, bahkan William pernah melakukan terang-terangan di depan Nadya. Ucapan Bimo terngiang lagi di telinganya, tentang pacar kamuflase. “Apa karena aku pembantu miskin, makan
last updateLast Updated : 2023-06-05
Read more

69. Bom Keputusan

“Sayang, kumohon …? Biarkan kujelaskan dulu tentang apa yang kamu dengar di telepon tadi. Aku—” Jelita menggeleng keras-keras. Dia tak mau mendengar apapun alasan busuk William untuk menjebaknya sebagai wanita kamuflasenya lagi. Dia tak peduli lagi William akan menikahi Nadya atau siapa pun! “Tolong keluarlah, Tuan.” “Sayang—” “Keluar!” William menghela napas dalam-dalam. Jelita tak pernah semarah ini padanya. Gadisnya itu pasti sangat sedih dan sakit hati makanya sampai marah begini. “Baiklah, kita bicarakan ini besok lagi.” “Tak ada lagi pembicaraan soal ini. Hubungan kita sudah selesai.” Jelita berkata sambil melepas cincin dari jari manisnya dan meletakkannya di ranjang, di depan William. “Ambillah, Tuan. Saya bukan tunangan Anda lagi,” ujarnya sambil menatap William dengan sorot tegas dan serius. “Sayang!” William tak tahan untuk tak membentak kekasihnya. Jelita sudah kelewatan! "Saya punya nama, Tuan. Panggil dengan nama saya."“Jangan membuat keputusan apapun dalam kon
last updateLast Updated : 2023-06-06
Read more

70. Dingin

Jelita buru-buru menuruni anak tangga karena dia bangun kesiangan. Jam tujuh pagi itu sudah termasuk siang baginya. Gara-gara menangis semalam, dia baru bisa tidur menjelang waktu subuh. Jelita bergegas menuju dapur, terkejut melihat William ada di sana. Pria itu mencuci piring, memakai celemek yang biasa Jelita kenakan. Padahal dia seharusnya sudah bersiap berangkat ke kantor pagi ini, tetapi pria itu bahkan masih memakai baju rumahan. “Tuan, maaf saya kesiangan. Biar saya yang melanjutkan cuci piringnya. Ini sudah siang, Tuan harus bersiap-siap ke kantor.” William menahan kesal mendengar Jelita masih juga bersikap formal kepadanya dan memanggilnya ‘Tuan’. Sepertinya Jelita sedang berusaha ingin mengembangkan jarak antar mereka. “Aku ke kantor nanti agak siangan. Kamu sarapanlah dulu, aku sudah buatkan susu dan sandwich buatmu. Kamu nanti ada kuliah jam sepuluh, kan?” Jelita sebal karena William hafal dengan jadwal kuliahnya. “Terima kasih, Tuan.” Jelita menuju meja makan. Du
last updateLast Updated : 2023-06-06
Read more
PREV
1
...
56789
...
29
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status