Selamat membaca. Jangan lupa vote ya :)
“Sayang, kumohon …? Biarkan kujelaskan dulu tentang apa yang kamu dengar di telepon tadi. Aku—” Jelita menggeleng keras-keras. Dia tak mau mendengar apapun alasan busuk William untuk menjebaknya sebagai wanita kamuflasenya lagi. Dia tak peduli lagi William akan menikahi Nadya atau siapa pun! “Tolong keluarlah, Tuan.” “Sayang—” “Keluar!” William menghela napas dalam-dalam. Jelita tak pernah semarah ini padanya. Gadisnya itu pasti sangat sedih dan sakit hati makanya sampai marah begini. “Baiklah, kita bicarakan ini besok lagi.” “Tak ada lagi pembicaraan soal ini. Hubungan kita sudah selesai.” Jelita berkata sambil melepas cincin dari jari manisnya dan meletakkannya di ranjang, di depan William. “Ambillah, Tuan. Saya bukan tunangan Anda lagi,” ujarnya sambil menatap William dengan sorot tegas dan serius. “Sayang!” William tak tahan untuk tak membentak kekasihnya. Jelita sudah kelewatan! "Saya punya nama, Tuan. Panggil dengan nama saya."“Jangan membuat keputusan apapun dalam kon
Jelita buru-buru menuruni anak tangga karena dia bangun kesiangan. Jam tujuh pagi itu sudah termasuk siang baginya. Gara-gara menangis semalam, dia baru bisa tidur menjelang waktu subuh. Jelita bergegas menuju dapur, terkejut melihat William ada di sana. Pria itu mencuci piring, memakai celemek yang biasa Jelita kenakan. Padahal dia seharusnya sudah bersiap berangkat ke kantor pagi ini, tetapi pria itu bahkan masih memakai baju rumahan. “Tuan, maaf saya kesiangan. Biar saya yang melanjutkan cuci piringnya. Ini sudah siang, Tuan harus bersiap-siap ke kantor.” William menahan kesal mendengar Jelita masih juga bersikap formal kepadanya dan memanggilnya ‘Tuan’. Sepertinya Jelita sedang berusaha ingin mengembangkan jarak antar mereka. “Aku ke kantor nanti agak siangan. Kamu sarapanlah dulu, aku sudah buatkan susu dan sandwich buatmu. Kamu nanti ada kuliah jam sepuluh, kan?” Jelita sebal karena William hafal dengan jadwal kuliahnya. “Terima kasih, Tuan.” Jelita menuju meja makan. Du
“Apa aku mengambil sesuatu yang menjadi milikmu, Jelita?” Jelita tertegun mendengar pertanyaan Sam yang ditujukan padanya. “Ap-apa?” Jelita bingung. “Caramu menatapku, … seperti aku baru saja mencuri milikmu yang berharga.” Sial! Jelita kesal sekali pada pria ini. Apa sih maksudnya? Terlebih ada sorot mengejek di mata itu saat mengatakannya. 'Ya, kau mencuri William-ku!' ketus Jelita dalam hati. Tapi kemudian Jelita tertawa getir. 'Atau malah aku yang mencuri William-nya?' pikirnya kecut. “Sama sekali tidak. Masa saya menuduh Anda begitu? Padahal ini pertama kalinya kita bertemu.” “Pencopet tak harus bertemu lebih dulu dengan korbannya saat akan mencuri dompetnya. Dia bisa saja mencopet sejak pandangan pertamanya dengan si korban, bukan?” Jelita tertawa garing, tak mengerti ke mana arah bicara orang aneh ini. “Selera humor Anda bagus, tapi maaf …, saya tak paham apa maksudnya.” Kali ini William terbahak-bahak setelah kediaman panjangnya sejak tadi, membuat Jelita menoleh heran
Bimo masih bergelung di atas kasur saat Atika membuka pintu kamarnya, dengan cara mendobrak. Brak! “Woy, kebo, ... bangun lu!” Atika mematikan AC lalu menarik selimut Bimo. “Bangun!” omelnya sambil mencubit bokong adiknya yang meringkuk seperti bayi. “Wadaw!” Bimo mengusap-usap pantatnya sambil melotot kepada Atika yang berkacak pinggang. Atika pun balas memelototinya dengan sebagian rambut yang di roll. Persis ibu tiri! “Apaan sih, Kak!” “Gas dan isi galon habis, buruan beli sono ke warung.” “Telpon aja toko langganan!” “Udah, lagi tutup mereka. Buruan gih, beli. Lagian elu kan ada kuliah ntar jam 10, bangun makanya.” Mendengar kata kuliah disebut-sebut Bimo langsung sadar sepenuhnya. Dia ingat sudah janjian dengan Jelita mau ke kampus bareng. Tanpa menunggu komando Atika lagi, Bimo langsung lompat dari atas kasur menuju kamar mandi. Dia harus siap-siap, jangan sampai telat! Selesai mandi dan berpakaian rapi, Bimo menyambar tas dan menuruni tangga. Di bawah tangga sudah ad
“Gue suka sama elu, Ta.” “Bagus. Berarti elu bukan pelangi.” Bimo garuk-garuk kepala. Bingung menerima reaksi Jelita yang diluar dugaan. Gadis itu sedikitpun tak terlihat canggung apalagi kaget. Malah membandingkan dengan kaum pelangi segala. Apaan sih! Baru kali ini Bimo mengatakan rasa sukanya secara serius dan baru pertama kalinya juga dicuekin. Jika ini gadis lain, mungkin sudah semaput di pelukan Bimo. “Serius loh gue, Ta.” “Aku juga suka sama kamu, Bim. TAPI sebagai teman.” “Teman tapi mesra? Boleh juga. Gue nggak nolak.” Bimo mengedipkan sebelah matanya dan meringis saat Jelita menabok lengannya yang bertato sambil mendelik. Astaga. Kenapa Bimo makin suka melihatnya ya? Jelita tetap cantik meskipun lagi mode galak. Menjelang sore, Jelita mengajak pulang, tapi Bimo malah membawanya makan dulu di resto tepi pantai sambil menikmati angin sepoi-sepoi. “Kira-kira kita ntar sampai rumah jam berapa, Bim?” “Kenapa sih, Ta? Buru-buru amat.” Jelita menghela napas. “Aku kan ngga
“Sayang …?” “Saya punya nama, Tuan!” “Kamu ini kenapa sih, Ta!” William menggebrak meja makan dan membuat Jelita terlonjak kaget. “Saya harap kita bisa berpisah baik-baik, Tuan. Tak perlu ribut-ribut seperti ini.” “Jelita, please …!” William menggenggam tangannya erat-erat, ingin sekali dia memukul meja atau membanting gelas. Tapi dia sadar itu kekanakan dan hanya akan memperkeruh suasana. Bisa-bisa Jelita malah semakin takut kepadanya. Pria itupun menghela napas, mengumpulkan kembali stok kesabarannya yang mulai setipis kertas. “Bukan cuma kamu yang lelah dengan hubungan kita yang rumit ini, Ta. Aku juga. Tapi aku mencintaimu. Aku tak peduli jika keluarga Subrata tak sudi mengakuiku sebagai anggota keluarga mereka lagi, asalkan aku bisa tetap bersamamu. Aku lebih pilih kamu ketimbang mereka, Ta.” Jelita mendesah. Dirinya mulai goyah. Kenapa William bisa mengucapkannya dengan begitu alami dan sepenuh penjiwaan? Seakan memang benar seperti itu. Seolah dia memang menginginkan Jeli
“Elu tuh umur berapa sih! Masih aja gelut kayak gini, sama tetangga sendiri pula. Malu-maluin. Dasar anak nakal!” Bimo meringis karena Atika malah menjewer sambil mengompres hidung dan wajahnya yang memar kebiru-biruan. Bimo ingin balas mengomel, tetapi dia terdiam karena sekarang Atika malah menangis, meskipun mulut kakaknya itu mengomel tetapi tangannya tak berhenti bergerak mengobatinya dengan tatapan sarat kekhawatiran yang muram. “Maafin gue, Kak.” Bimo berkata lirih setelah Atika berhenti mengomel, namun tangan si kakak belum berhenti mengompres wajahnya yang lebam. Bimo tahu, Atika sejak dulu sangat menyayanginya. Saat kecil, ketika Bimo masih bertarung di arena, Atika adalah orang yang paling ramai menyemangatinya di pinggir lapangan dan menjerit paling keras saat Bimo meraih kemenangan. Dan Atika jugalah orang pertama yang akan memeluknya saat Bimo menerima kekalahan. Sedangkan keluarganya yang lain sibuk dengan urusannya masing-masing. Mereka bukan anak yatim-piatu tetapi
“Nah. Jadi? Masih mau putus?” William mengedipkan sebelah matanya saat Jelita menunduk namun mencuri-curi tatap kepadanya. Melihat Jelita masih terdiam sambil menggigiti bibirnya, William sudah tak tahan lagi, direngkuhnya gadis itu dan diciumnya sebanyak-banyaknya bibir Jelita yang sangat dia rindukan. “Awhh.” Dia meringis karena rasa perih di bibirnya akibat pukulan Bimo. “Sakit?” Jelita membelai-belai bibir William dengan mata berkaca-kaca, matanya yang berkabut air mata itu memandang wajah William yang terluka dengan sorot cemas. William tersenyum, ada kelegaan luar biasa menyembul dalam hatinya. “Tak sesakit saat mendengarmu minta putus dariku,” bisiknya seraya menciumi Jelita lagi. Dan dia mendesah bahagia kala gadis itu membalas ciumannya dengan hati-hati, seperti mengkhawatirkan luka di bibirnya. Kembalinya Jelita ke pelukannya bagai penebus segala rasa sakit yang William rasakan belakangan ini. Kerasnya pukulan Bimo tak ada apa-apanya dibandingkan rasa nyeri yang menusuk
Adam Ashford menikahi Laura dengan identitas barunya sebagai Keanu Royce. Hanya Laura dan Sam yang tahu bahwa Keanu Royce adalah Adam Ashford. Mereka menyimpan rahasia itu seumur hidup mereka. Demi melindungi rahasia itu, Laura memutuskan keluar dari lingkaran pertemanannya dengan para sosialita. Semakin sedikit teman yang mengenalnya, akan semakin aman bagi mereka. Laura tak mau terhubung dengan media sosial. Ia ingin hidupnya terlindungi dari mata publik dan jagat internet yang selalu penuh dengan gosip. Dia ingin melindungi sosok suaminya yang baru dari orang-orang yang mungkin memiliki niat jahat. Tak ada yang boleh tahu bahwa Adam masih hidup dalam sosok Keanu Royce. Karena itulah dia hanya mendaftarkan pernikahan resminya dengan Keanu Royce, tanpa perayaan pesta. Lagipula setiap malam bersama Adam adalah pesta baginya, suaminya itu menyentuhnya dengan penuh cinta dan mempersembahkan kepuasan yang tak tertandingi. Mereka berdua hidup bahagia dalam kedamaian dan kebahagiaan mer
Laura lega setelah bicara dengan Nicholas. Anak itu akhirnya melupakan permintaan hadiah ulang tahunnya berupa ‘daddy’. Sebagai gantinya, Laura mengajaknya pergi jalan-jalan ke taman safari. Nick senang sekali menikmati pemandangan satwa liar dari dalam mobil. Ditambah Keanu yang menjelaskannya tentang banyak hal tentang satwa-satwa itu. Nicholas semakin terpukau akan pengetahuan Keanu yang luas tentang dunia hewan.Sementara Laura yang berada di kursi belakang tersenyum melihat antusiasme Nicholas dan kesabaran Keanu dalam memaparkan wawasan tentang dunia satwa kepada Nicholas. Dalam hati Laura mengakui bahwa Keanu memiliki jiwa kebapakan yang sangat dibutuhkan putranya. Bukan hanya Nicholas, Laura juga merasa membutuhkan Keanu. Sejak kedatangan pria itu dalam hidupnya, hari-harinya mulai terasa berbeda. Ada satu ruang kosong di hatinya yang pelan-pelan mulai diisi oleh Keanu. Namun di sisi lain, Laura masih belum siap untuk melengserkan Adam Ashford yang selama ini bertahta dalam h
Ulang tahun Nicholas yang kelima menjadi sebuah perayaan yang berkesan. Meskipun pesta tersebut hanya dihadiri oleh teman-teman sekolah Nicholas, Laura telah merancang segalanya dengan sempurna. Rumahnya yang mewah dan luas menyediakan latar belakang yang indah untuk perayaan ini, tetapi Laura dan Nicholas tetap menjalankannya dengan kerendahan hati.Tamunya tiba dengan senyum penuh kekaguman saat mereka memasuki rumah besar Laura. Mereka melihat sentuhan berkelas dalam setiap sudut rumah Laura yang luas dan mewah. Dan Laura telah mendekor sebuah ruangan dengan dekorasi sederhana namun elegan. Souvenir yang disiapkan Laura untuk para tamu adalah barang-barang bermerk terkenal dan mahal, membuat semua orang terkesan, bahkan kado mereka untuk Nicholas saja tak semewah dan semahal ini. Tetapi mereka tahu, bahwa bagi Nicholas dan juga Laura, kehadiran mereka terasa lebih penting daripada kado apapun yang mereka bawa.Nicholas begitu bahagia, matanya berbinar-binar ketika ia menerima kado
Sambil bergandengan tangan, Laura dan Adam memasuki night club eksklusif dengan sinar lampu berkilauan yang memantulkan warna-warni ke seluruh lantai dansa. Musik berdentum keras menggema di seluruh ruangan, dan orang-orang berdandan glamor berdansa di lantai. Laura merasakan sensasi kebebasan yang luar biasa begitu ia melangkahkan kakinya ke dalam klub ini. Dia merasa begitu hidup, begitu bahagia, dan dia tak sabar untuk menari bebas seperti semasa mudanya dulu.Adam berdiri di sampingnya dengan sikap waspada yang tidak tergoyahkan. Dia berjanji untuk menjaga Laura malam ini, dan dia tak akan melupakan tugasnya. Laura tersenyum pada Adam dan menariknya ke tengah lantai dansa yang penuh dengan kerumunan.Segera setelah mereka tiba di lantai dansa, Laura mulai bergerak dengan bebas dan bersemangat. Laura mengekspresikan dirinya melalui gerakan tubuhnya yang meliuk indah mengikuti irama musik. Sementara itu, Adam berdiri di depannya dengan mata tajam yang memantau setiap gerakan di sek
“Laura, kenalkan ini sepupuku, namanya Nathan,” kata mamanya Carlos ketika Laura muncul di ruang tamu, menemui Mama Carlos yang sudah janjian dengannya untuk datang menjemput. Laura bersalaman dengan Nathan yang mengulurkan tangan padanya sambil tersenyum ramah. “Laura.” “Nathan.” Mama Carlos tersenyum memandangi keduanya secara bergantian. Dia berharap Laura akan tertarik dengan sepupunya yang tampan dan juga seorang artis terkenal asal Jakarta ini. “Sopirku sedang tidak enak badan dan Nathan dengan baik hati mau mengantar kita malam ini. Kebetulan dia baru menyelesaikan jadwal syuting filmnya di Bali dan dia tadi sedang mampir ke rumahku. Ayo, kau sudah siap, kan? Wah. Kau cantik sekali, Laura! Kau seperti masih gadis saja, tak ada yang menyangka kalau kau sudah menjadi seorang ibu,” puji Mama Carlos sambil melirik Nathan yang sedang memandang Laura dengan sorot kagum. Adam menyaksikan hal itu dari ruang tamu, rahangnya menggertak keras menahan marah dan cemburu. Rasanya dia in
Laura tercekat dan menggigit bibirnya.. Mendengar kata-kata Keanu, dia merasa buruk sekali sebagai ibu yang tak bisa menggali lebih dalam sisi psikologis putranya sendiri. Air mata Laura menggenang, merasa bersalah kepada Nick karena lebih mengkhawatirkan luka fisik Gabriel daripada luka batin yang dialami Nick hari ini.Melihat Laura menangis, Adam mengepalkan tangannya, menahan dirinya untuk tidak memeluk Laura detik itu juga. Dia tahu, bukan hal mudah bagi Laura untuk menjadi orang tua tunggal bagi anak lelaki yang aktif dan reaktif seperti Nicholas. “Bu Laura, tenanglah. Mungkin saat ini Anda merasa bersalah, tapi jangan larut dengan rasa bersalah itu. Anda hanya perlu bicara dan mengobrol dengan Nick setelah dia bangun nanti.”Laura mengangguk-angguk. “Terima kasih, Keanu. Kau telah membuka sebuah pemahaman penting yang sebelumnya tak pernah terpikirkan olehku.”Adam mengangguk dan tersenyum. Dan melihat senyum Adam yang lembut dan terasa menenangkan hatinya, perasaan Laura seke
Jantung Laura berdebar kencang saat Keanu meraihnya, menghindarkannya dari tabrakan dengan si pelayan. Sensasi tangan besar dan kuat Keanu yang mendekapnya membuat Laura merasa aman terlindungi. Namun, saat Keanu berbicara dan suaranya berubah menjadi rendah dan tajam, Laura merinding. Dia seperti dalam pelukan Adam Ashford yang telah tiada.Sementara itu, pelayan yang tadi menabrak Laura berdiri ketakutan oleh aura dingin yang dipancarkan Keanu alias Adam. Dia segera membersihkan sisa-sisa gelas yang pecah dengan gemetar, tidak berani melihat langsung ke arah mereka berdua.Laura bisa merasakan kemarahan Adam yang terasa berbahaya. Dia mencoba menenangkan keadaan. "Bukan hanya dia yang salah, aku juga salah,” katanya.“Anda tidak salah,” tegas Adam. “Dia berjalan tanpa melihat ke depan dan mengambil jalur yang tak seharusnya.”“Ma-maaf. Tadi saya terburu-buru.” Si pelayan mengakui kesalahannya, dia sedang tidak fokus bekerja hari ini karena pikirannya sedang kacau memikirkan masalah
Para pelayan di rumah Laura dibuat geger melihat ketampanan bodyguard pribadi Laura yang baru. Mereka bukan hanya mengagumi ketampanannya, tetapi juga merasa heran oleh kemiripan pria itu dengan mendiang sosok suami nyonya mereka yang fotonya terpajang besar di ruang meditasinya. Bahkan Nicholas sempat bengong dan berkali-kali memanggil Keanu dengan tanda tanya yang menggantung di ujung kalimatnya, “Daddy …?”“He’s not your daddy, baby …,” tegas Laura seraya tersenyum kepada putranya yang salah paham melihat sosok bodyguardnya yang begitu mirip dengan Adam Ashford yang dia ketahui sebagai ayahnya.“Halo, Nick. I’m your friend, my name is Keanu.” Adam membungkuk dan mengajak Nicholas melakukan tos dengannya.Nicholas mengerutkan keningnya dengan bingung. Dia menerima ajakan tos Adam dengan ragu-ragu. Tapi dia menyukai keramahan teman barunya ini yang begitu mirip dengan daddy-nya yang sering menjenguknya di malam hari. Bahkan suara Keanu terdengar sama dengan suara daddy yang sering me
Senyum Sam terpancar penuh makna ketika ia menatap Adam. Ia ikut merasa lega akhirnya Adam mendapatkan kesempatan kedua dalam hidupnya, menjalani kehidupan barunya sebagai pria biasa dengan identitas Keanu Royce. Sam memahami bahwa keputusan Adam untuk menjalani "kematian" sebagai Adam Ashford adalah tindakan yang berani demi keselamatan Laura dan Nicholas. Dengan kematian sosok Adam Ashford dalam dunia mafia, kedua orang yang dicintainya itu tidak lagi menjadi buruan musuh-musuh sesama mafia. Sam tahu bahwa Adam telah mengorbankan identitasnya sebagai sosok Adam Ashford yang berkuasa dan kaya raya demi melindungi mereka, dan itulah salah satu tindakan paling mulia yang bisa dilakukan seseorang yang memiliki ketulusan cinta. Sam mengingat lagi bagaimana “transformasi” Adam Ashford menjadi Keanu Royce itu terjadi. Hari itu, setelah John Wick membantai seluruh pasukan Michael dan pasukan Damon Redwood, Laura keluar dari persembunyiannya dan memeluk tubuh Adam Ashford yang bersimbah d